Di tengah situasi negara yang lagi panas, media sosial kita dibanjiri oleh narasi berbahaya soal perpecahan TNI dan Polri. Puncaknya adalah hoaks yang menuduh anggota TNI jadi provokator kerusuhan dan ditangkap polisi. Tapi, dari mana sebenarnya isu liar ini berasal?
Usut punya usut, semua ini berawal dari satu insiden nyata di Palembang. Sebuah kesalahpahaman di lapangan yang videonya kemudian viral, dipelintir, dan dijadikan "bensin" untuk membakar suasana oleh pihak tak bertanggung jawab.
Inilah cerita lengkap bagaimana sebuah insiden lokal nyaris memicu kekacauan nasional.
Awal Mula Cerita: Insiden Dini Hari di Palembang
Semua dimulai pada Minggu (31/8/2025) dini hari di Palembang. Saat itu, kota sedang rusuh akibat ulah geng motor yang merusak dan membakar Pos Polisi Simpang Polda Sumsel. Di tengah pengejaran yang chaos, polisi mengamankan seorang pemuda di area SPBU.
Sebuah video yang merekam momen interogasi ini pun viral. Yang bikin heboh adalah, pemuda yang diamankan itu ternyata seorang anggota TNI aktif bernama Pratu Handika Novaldo dari Batalyon Kavaleri 5 Prabumulih.
Momen 'Salah Paham' yang Dipelintir Jadi Hoaks Nasional
Inilah titik di mana fakta mulai dibengkokkan. Video nyata seorang anggota TNI yang diamankan polisi di tengah kerusuhan ini adalah "bahan mentah" yang sempurna bagi para provokator.
Tanpa menunggu klarifikasi, video ini langsung menyebar luas di WhatsApp dan media sosial lain dengan narasi-narasi jahat. Muncul tuduhan bahwa Pratu Handika adalah provokator, bahwa TNI ikut serta dalam kerusuhan, dan yang paling berbahaya, narasi seolah-olah sedang terjadi konflik antara TNI dan Polri di lapangan.
Markas Besar TNI Turun Tangan Melawan Hoaks
Melihat "bola liar" ini makin berbahaya, Markas Besar TNI pun langsung turun tangan. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen Freddy Ardianzah, memberikan pernyataan keras yang ditujukan langsung untuk memadamkan api hoaks yang berawal dari Palembang ini.
Ia menegaskan bahwa narasi yang menuduh anggotanya sebagai provokator adalah kebohongan total.
"Perlu saya tegaskan bahwa tidak ada anggota TNI yang ditangkap Polri maupun menjadi provokator, itu narasi jahat, bohong dan menyesatkan," kata Freddy, Minggu (31/8/2025).
Pernyataannya ini adalah bantahan langsung terhadap pelintiran video Pratu Handika. Freddy juga meminta masyarakat untuk tidak mudah termakan isu adu domba.
“Kami menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh berita bohong (hoax) dan informasi yang belum tentu benar, yang bertujuan mengadu domba,” jelasnya.
Klarifikasi dari Lapangan: Pratu Handika Tidak Terlibat
Untuk memperkuat bantahan dari pusat, aparat di Palembang juga bergerak cepat memberikan klarifikasi. Komandan Satuan Brimob Polda Sumsel, Kombes Pol Susnandi, meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.
Ia membenarkan adanya pengamanan terhadap Pratu Handika, namun menegaskan itu murni kesalahpahaman di tengah situasi yang kacau.
“Pagi tadi sempat terjadi kesalahpahaman saat penindakan terhadap geng motor. Setelah diperiksa, tidak ditemukan indikasi keterlibatan Pratu Handika dalam kerusuhan tersebut,” ujar Susnandi.
Pihak kepolisian dan TNI di Palembang sudah berkoordinasi dan menyelesaikan masalah ini. Pratu Handika, yang terbukti tidak bersalah, telah dibebaskan.
Kisah ini menjadi pelajaran penting buat kita semua. Sebuah insiden nyata di satu kota bisa dengan mudah dipelintir menjadi hoaks berbahaya berskala nasional. Di tengah situasi yang panas, jadi netizen yang cerdas itu wajib hukumnya. Jangan ikut-ikutan sebar sebelum tahu cerita lengkapnya!