- Fitria Yusuf, Direktur PT CMNP sekaligus putri Jusuf Hamka, diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi konsesi jalan tol Cawang-Tanjung Priok.
- Meskipun dikenal sebagai ikon fesyen, posisinya sebagai direktur dan komisaris di beberapa perusahaan tol membuatnya menjadi figur sentral dalam penyelidikan.
- Kasus ini menyorot tajam kontras antara citra Fitria Yusuf sebagai sosialita dan filantropis dengan masalah hukum serius yang menjerat perusahaan keluarganya.
Nama Fitria Yusuf selama ini identik dengan dunia glamor, fesyen papan atas, dan status mentereng sebagai putri "bos jalan tol" Jusuf Hamka. Namun, sorotan kamera yang biasa mengarah pada gaya hidupnya kini beralih ke salah satu gedung paling ditakuti di negeri ini: Kejaksaan Agung (Kejagung).
Publik dikejutkan dengan kabar pemanggilan Fitria Yusuf oleh Kejagung sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi. Kasus ini terkait konsesi pembangunan jalan tol Cawang-Tanjung Priok yang melibatkan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), perusahaan raksasa di mana ia menjabat sebagai direktur.
Pemanggilan ini sontak membuka tabir lain dari sosok Fitria. Di balik citranya sebagai sosialita dan filantropis, ia adalah seorang eksekutif kunci dalam gurita bisnis keluarganya. Lantas, siapa sebenarnya Fitria Yusuf dan bagaimana jejak kariernya hingga bisa terseret dalam pusaran kasus hukum yang serius ini?
Dari Catwalk Fesyen ke Ruang Rapat Direksi

Banyak yang mengira Fitria Yusuf langsung duduk nyaman di singgasana bisnis ayahnya. Kenyataannya, perjalanannya jauh lebih berliku dan dimulai dari dunia yang sama sekali berbeda. Lulusan Bachelor of Science in Business Administration dari GS Fame Institute of Business ini justru memilih meniti karier di industri fesyen dan gaya hidup.
Ia mengasah tajinya sebagai seorang editor dan kolumnis di berbagai majalah ternama seperti Dewi dan Eve. Tak puas hanya menulis, Fitria terjun langsung ke dunia bisnis fesyen dengan mendirikan label "Ivyoneph" bersama rekannya, Alexandra Dewi.
Namanya semakin dikenal publik saat ia merilis buku “Little Pink Book: A Girl's Guide to Survival”, sebuah panduan bagi para perempuan urban.
Kariernya terus menanjak saat ia menjabat sebagai Marketing Communications Manager di PT Mitra Adiperkasa (MAP), salah satu grup ritel gaya hidup terbesar di Indonesia. Langkah ini membuktikan bahwa ia mampu membangun reputasi profesionalnya sendiri, lepas dari bayang-bayang nama besar Jusuf Hamka.
Namun, panggilan untuk melanjutkan warisan keluarga akhirnya tiba. Fitria mulai terjun ke dalam bisnis inti keluarganya. Keputusannya ini bukan sekadar formalitas. Ia langsung menduduki posisi-posisi strategis yang menunjukkan kepercayaan penuh dari sang ayah.
Gurita Bisnis di Kerajaan Jalan Tol
Saat ini, Fitria Yusuf bukan lagi sekadar "pewaris". Ia adalah pemain aktif dalam operasional bisnis. Jabatan resminya di CMNP Group membuktikan hal tersebut:
- Direktur PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)
- Komisaris di PT Citra Persada Infrastruktur
- Komisaris di PT Marga Metro Nusantara
Deretan posisi ini menempatkannya di jantung pengambilan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, saat Kejagung mulai mengendus adanya dugaan korupsi dalam proyek desain dan pembangunan tol Cawang-Tanjung Priok oleh CMNP, pemanggilannya sebagai saksi menjadi sebuah keniscayaan.
Posisinya sebagai direktur membuatnya dianggap mengetahui seluk-beluk kebijakan dan operasional perusahaan yang kini tengah diselidiki.
Kehidupan Pribadi: Mualaf dan Filantropi

Di luar ruang rapat dan sorotan hukum, Fitria dikenal memiliki sisi personal yang kuat. Pada tahun 2020, ia membuat keputusan besar dengan memeluk agama Islam (mualaf), mengikuti jejak ayahnya. Momen sakral tersebut dibimbing langsung oleh Jusuf Hamka di Masjid Lautze, Jakarta.
Bersama ayahnya, Fitria juga aktif dalam berbagai kegiatan filantropi. Ia sering terlihat mendampingi Jusuf Hamka dalam program-program sosial, seperti program Nasi Kuning Rp3.000 untuk kaum dhuafa.
Citra positif sebagai sosok yang dermawan dan peduli ini kini harus berhadapan dengan bayang-bayang kasus korupsi yang menjerat perusahaannya.
Kontras antara citra publiknya yang glamor, dermawan, dengan pemanggilannya oleh Kejagung inilah yang membuat kasus ini begitu menyita perhatian. Publik kini bertanya-tanya, sejauh mana keterlibatan sang "pewaris takhta tol" dalam dugaan praktik lancung di perusahaan yang dipimpinnya?
Kasus ini masih terus bergulir, dan status Fitria Yusuf hingga saat ini masih sebagai saksi. Namun, satu hal yang pasti, sorotan tajam kini mengarah pada persimpangan antara dunia gemerlap gaya hidup dan kelamnya dugaan korupsi di salah satu proyek infrastruktur terbesar negeri ini.