Trending Topic atau Tragedi? Ketika Meme Menormalisasi Kekerasan, Kasus Charlie Kirk Jadi Alarm

M. Reza Sulaiman
Trending Topic atau Tragedi? Ketika Meme Menormalisasi Kekerasan, Kasus Charlie Kirk Jadi Alarm
Charlie Kirk dan Presiden Donald Trump (instagram.com/charliekirk1776)

Meme biasanya hanya jadi bahan ketawa atau sekadar kritik sosial tipis-tipis di media sosial. Tetapi pada beberapa kasus, rupanya meme bisa berubah jadi sesuatu yang sangat serius, bahkan berdampak di dunia nyata.

Contoh paling baru dan ekstrem adalah kasus penembakan terhadap aktivis konservatif Amerika Serikat, Charlie Kirk, yang membuat dunia heboh.

Charlie Kirk, yang dikenal melalui organisasinya, Turning Point USA, ditembak pada saat sebuah acara di Utah Valley University. Pelaku penembakannya adalah Tyler James Robinson. Rupanya, Robinson bukanlah seorang politisi ataupun aktivis garis keras, melainkan seseorang yang sangat aktif online dan hidup di dunia forum, game, dan meme.

Peluru yang Diukir dengan Lelucon Internet

Yang membuat kasus ini berbeda dari kasus-kasus penembakan serupa adalah detailnya yang absurd sekaligus menyeramkan. Pelaku mengukir kata-kata dari berbagai meme ke selongsong pelurunya.

Ada yang mengacu pada referensi game Helldivers 2, lagu perlawanan "Bella Ciao", hingga kalimat khas meme seperti “OwO what’s this?” dan “if you read this you are gay LMAO.”

Mungkin buat orang awam yang tidak begitu mengerti tentang budaya internet, hal ini terdengar tidak masuk akal. Tapi bagi komunitas online, ini adalah sebuah kode insider.

Detik-detik Charlie Kirk ditembak di bagian leher (X/Worldsource24)
Detik-detik Charlie Kirk ditembak di bagian leher (X/Worldsource24)

Seolah-olah, pelaku sengaja membingkai aksinya agar dianggap sebagai "konten" dalam budaya meme. Jadi, ini bukan hanya sekadar penembakan, tetapi sebuah performa yang bisa dipahami dan diviralkan di komunitas online tertentu.

Radikalisasi Lewat Humor: Saat 'Dark Jokes' Jadi Normal

Dengan cepat, hal ini menjadi sangat serius. Saat ini, radikalisasi politik tidak melulu datang dari ideologi yang kaku, tetapi juga bisa meresap melalui humor dan meme.

Karena dibungkus dengan gaya yang lucu atau ironis, ide-ide ekstrem kini bisa dipandang lebih ringan dan lebih mudah diterima. Efek sampingnya perlu diwaspadai, karena kekerasan akhirnya dinormalisasi melalui dark jokes.

Masalahnya, sebuah tragedi yang jelas-jelas termasuk dalam kasus pelanggaran HAM malah berisiko dijadikan lelucon baru bagi publik. Publik jadi kehilangan sensitivitas terhadap kekerasan itu sendiri.

Tragedi Jadi 'Trending Topic': Sensitivitas yang Hilang

Alih-alih memandang ini sebagai ancaman terhadap kebebasan sipil, sebagian justru menertawakan dan membuatnya menjadi sebuah konten yang dianggap dapat menghibur.

Tragedi yang seharusnya mengundang empati dan refleksi mendalam berubah menjadi lelucon meme, reaction post, bahkan jadi trending topic semata.

Fenomena ini memperlihatkan betapa tipisnya batas antara hiburan dan kekerasan di era digital. Ketika peristiwa serius diperlakukan seperti konten viral, ada risiko generasi muda dan publik luas jadi terbiasa melihat kekerasan sebagai sesuatu yang normal, bahkan menghibur.

Ini adalah masalah besar dari budaya meme dalam politik, karena dapat membuat kita kesulitan untuk membedakan antara kritik yang sah dan normalisasi ekstremisme yang sangat berbahaya.

Penulis: Flovian Aiko

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak