Bukan Antisosial, Ini 6 Tantangan Berteman di Usia Dewasa Awal

M. Reza Sulaiman | Riswanda Aristiawan
Bukan Antisosial, Ini 6 Tantangan Berteman di Usia Dewasa Awal
Ilustrasi persahabatan dua wanita di usia dewasa awal. (freepik.com/lookstudio)

Dulu, berteman terasa gampang. Duduk sebangku, satu tongkrongan, atau satu grup chat sudah cukup untuk merasa memiliki “orang”. Memasuki usia dewasa awal, semua berubah pelan-pelan. Kita pindah kota, berganti lingkungan, dan sibuk mengejar hidup masing-masing.

Anehnya, keinginan untuk memiliki teman baru masih ada, tetapi prosesnya terasa jauh lebih rumit. Bukan karena kita antisosial, melainkan karena hidup sudah tidak sesederhana dulu.

Berikut adalah beberapa tantangan yang sering dirasakan banyak orang saat mencoba membangun pertemanan baru di usia dewasa awal.

1. Lingkungan Tidak Lagi Mempertemukan Kita Secara Alami

Ilustrasi anak muda yang berkumpul bersama.(freepik.com/pressfoto)
Ilustrasi anak muda yang berkumpul bersama.(freepik.com/pressfoto)

Setelah lulus sekolah atau kuliah, tidak ada lagi ruang yang otomatis mempertemukan kita dengan orang lain setiap hari. Tidak ada kelas, tidak ada jadwal tetap, dan tidak ada keharusan untuk mengobrol.

Lingkungan kerja pun sering kali tidak cukup aman untuk membangun kedekatan personal. Ada batas profesional, ada kepentingan, dan ada kehati-hatian. Akhirnya, berteman menjadi sesuatu yang harus diusahakan, bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya.

2. Waktu Menjadi Barang Mewah

Ilustrasi anak muda yang meluangkan waktu untuk berkumpul.(freepik.com/freepik)
Ilustrasi anak muda yang meluangkan waktu untuk berkumpul.(freepik.com/freepik)

Di usia dewasa awal, waktu tidak lagi terasa longgar. Energi habis untuk pekerjaan, keluarga, urusan pribadi, dan kelelahan mental. Mengatur jadwal untuk sekadar nongkrong terasa seperti proyek besar.

Bahkan, membalas chat saja kadang tertunda berhari-hari. Bukan karena tidak peduli, tetapi karena hidup memang sedang padat-padatnya.

3. Kita Menjadi Lebih Selektif Tanpa Sadar

Ilustrasi dua anak muda yang berinteraksi akrab.(freepik.com/freepik)
Ilustrasi dua anak muda yang berinteraksi akrab.(freepik.com/freepik)

Jika dulu bisa akrab dengan siapa saja, sekarang ada banyak pertimbangan di kepala: nyaman atau tidak, aman atau melelahkan, satu frekuensi atau justru membuat lelah.

Selektif bukanlah hal yang buruk. Sifat ini muncul dari pengalaman dan proses mengenal diri sendiri. Hanya saja, selektivitas ini membuat lingkaran pertemanan baru tumbuh lebih lambat.

4. Takut Terlihat Terlalu Berusaha

Ilustrasi dua wanita yang menunjukkan rasa canggung.(freepik.com/drobotdean)
Ilustrasi dua wanita yang menunjukkan rasa canggung.(freepik.com/drobotdean)

Ada rasa canggung yang khas di usia dewasa. Mengajak nongkrong duluan kadang terasa seperti terlalu agresif. Mengirim pesan lebih dulu takut dianggap butuh.

Akhirnya, banyak yang memilih untuk menunggu. Sama-sama menunggu, tetapi tidak ada yang benar-benar melangkah. Padahal, sering kali orang lain juga sedang berharap ada yang memulai.

5. Trauma Pertemanan Lama Ikut Terbawa

Ilustrasi wanita yang merasa ditinggalkan.(freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita yang merasa ditinggalkan.(freepik.com/freepik)

Pengalaman ditinggalkan, dikhianati, atau tidak dihargai dalam pertemanan sebelumnya bisa meninggalkan bekas. Tanpa sadar, kita menjadi lebih waspada, menahan diri, dan tidak mudah terbuka.

Keinginan untuk memiliki teman baru ada, tetapi ada bagian diri yang masih ingin melindungi diri dari rasa sakit yang sama.

6. Standar Kedekatan Berubah

Ilustrasi dua wanita yang menikmati kebersamaan.(freepik.com/freepik)
Ilustrasi dua wanita yang menikmati kebersamaan.(freepik.com/freepik)

Dulu, sering bertemu berarti dekat. Sekarang, kedekatan tidak selalu soal frekuensi. Banyak orang dewasa merasa cukup dengan satu atau dua teman yang benar-benar mengerti daripada banyak kenalan tanpa kedalaman. Masalahnya, menemukan koneksi yang “klik” secara emosional memang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Menemukan teman baru di usia dewasa awal memang tidak mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Prosesnya lebih lambat, lebih hati-hati, dan lebih sadar. Tidak apa-apa jika lingkaran pertemanan tidak sebesar dulu. Tidak apa-apa jika butuh waktu lama untuk merasa klik.

Terkadang, satu hubungan yang tulus sudah cukup untuk membuat hidup terasa lebih hangat. Sering kali, pertemanan terbaik datang justru saat kita tidak memaksakannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak