Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar malam puncak Masa Ta’aruf (Mataf) bertajuk Unisa Cultural Show pada Sabtu (20/9/2025). Acara ini dipenuhi ragam pertunjukan seni dan budaya, mulai dari tari tradisional, paduan suara, drama musikal, band, bela diri, hingga pameran karya mahasiswa.
Mataf tahun ini mengusung tema kebudayaan. Mahasiswa baru bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menampilkan berbagai tarian daerah seperti Tari Ikan Nae di Pante dari Nusa Tenggara Timur, Tari Saman, tembang dolanan Gundul-Gundul Pacul, Manuk Dadali, Ampar-Ampar Pisang, dan Rasa Sayange.
Selain itu, turut ditampilkan pameran maket arsitektur dari Prodi Arsitektur serta pameran fotografi dan poster film karya mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2023.
Tidak hanya mahasiswa, beberapa dosen juga ikut memeriahkan acara dengan membawakan berbagai genre musik, termasuk lagu Bertaut dari Nadin Amizah, Sesaat Kau Hadir dari Utha Likumahuwa, hingga Tresno Tekan Mati dari NDX A.K.A.
Pesan dan Makna di Balik Unisa Cultural Show

Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Erny Martyatun, menyoroti kehadiran mahasiswa baru dari berbagai provinsi. Selain itu, ia juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Menurutnya, Unisa Cultural Show sejalan dengan budaya Yogyakarta.
“Dari 36 provinsi yang ada di Indonesia, terdapat mahasiswa yang berasal dari 34 provinsi,” ujarnya.
“Kami sangat mengapresiasi acara Unisa Cultural Show ini dan memang sangat sesuai dengan budaya yang ada di Jogja. Kami berharap nilai-nilai budaya ini akan mendorong mahasiswa untuk menjadi cendekiawan sekaligus pemimpin dan agen perubahan bangsa yang menjunjung tinggi moralitas dan nilai keislaman,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya mahasiswa baru untuk aktif berorganisasi. Erny berharap, pengalaman di Unisa dapat meningkatkan daya saing dan membuat mahasiswa mampu mengharumkan nama almamater di masa depan.
Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti, menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar pementasan seni dan budaya, melainkan wadah bagi mahasiswa baru untuk mengekspresikan kreativitas.
“Keberagaman dan kebhinekaan yang ada di Unisa ini bukan menjadi sekat, tetapi menjadi pemersatu kita semua dalam sebuah keluarga besar Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,” tuturnya.
Warsiti juga berpesan agar momen ini dijadikan pengalaman berharga dan menyenangkan dalam memulai perjalanan akademik di Unisa.
Koordinator acara, Abdul Muhaimin, menjelaskan alasan pemilihan tema kebudayaan. Menurutnya, tema ini sejalan dengan jargon kampus yang mengedepankan nilai inklusif, carefull, dan impactful.
“Salah satunya juga berkarya. Alhamdulillah Unisa pada tahun ini ketika masa ta’aruf melakukan paper mob yang pertama kali dilakukan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di DIY,” kata Muhaimin.
Di penghujung acara, Unisa juga mendeklarasikan diri sebagai kampus inklusif dan ramah difabel, sebuah langkah nyata menuju kampus yang lebih terbuka bagi semua kalangan.
Ketua Pelaksana Mataf, M. Refco Refliyani Hakim, mengatakan bahwa tema mataf tahun ini membentuk Unisa muda tangguh, berintegritas, berkarya, dan berdampak.
Melalui tema ini diharapkan mampu melahirkan mahasiswa yang inklusif dan mengamalkan nilai Bhinneka Tunggal Ika. Ia juga menekankan pentingnya keterbukaan dalam berinteraksi dengan mahasiswa dari daerah lain.
“Harapannya, karena Yogyakarta adalah Kota Pelajar yang mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika, mahasiswa baru harus memanfaatkan kesempatan ini tidak hanya berinteraksi dengan satu daerah saja, tetapi juga belajar lebih banyak tentang daerah lain,” ujarnya.
Drama Musikal Bumi Watu Obong

Puncak acara ditutup dengan penampilan drama musikal Bumi Watu Obong hasil kolaborasi Taman Budaya Gunungkidul dan Loka Art Production. Pertunjukan ini menggambarkan kilasan sejarah panjang tanah Gunungkidul, mulai dari masa prasejarah sekitar 700 ribu tahun lalu hingga kondisi masa kini.
Karya tersebut menjadi sorotan utama malam itu, memadukan seni tari, musik, dan narasi sejarah dalam satu panggung. Kehadirannya bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan memperkuat identitas lokal di tengah keberagaman mahasiswa Unisa.
Unisa Cultural Show tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga ruang edukasi dan kebersamaan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa baru diperkenalkan pada kekayaan budaya Nusantara sekaligus ditanamkan nilai inklusivitas, kebhinekaan, dan integritas. Malam puncak Mataf 2025 pun menjadi awal perjalanan akademik yang penuh makna bagi Unisa muda.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS