Panduan Ziarah di Arab Saudi: 4 Aturan Penting yang Wajib Diketahui Jamaah!

Hikmawan Firdaus | Oktavia Ningrum
Panduan Ziarah di Arab Saudi: 4 Aturan Penting yang Wajib Diketahui Jamaah!
Masjid Sayed Al-Shuhada (Dok.Pribadi/Oktavia)

Banyaknya tempat bersejarah islam di Arab Saudi menjadikan negara ini ramai menjadi tempat ziarah bagi umat muslim sedunia. Selain menapaki jejak perjuangan Islam, ziarah juga menjadi sarana untuk memperdalam iman dan merenungi kehidupan akhirat. Namun, tahukah kamu bahwa pemerintah Arab Saudi telah menetapkan panduan resmi dalam berziarah?

Salah satu contohnya dapat ditemukan di kawasan Makam Syuhada Uhud, yang berlokasi di dekat Jabal Uhud, Madinah. Menariknya, di area ini berdiri papan panduan ziarah resmi yang diterbitkan langsung oleh pemerintah Arab Saudi dalam empat bahasa yakni: Arab, Inggris, Turki, dan Indonesia.

Panduan ini tidak hanya bersifat informatif, tapi juga menjadi rambu bagi jamaah agar tetap menjaga kemurnian akidah selama berziarah. Berikut penjelasan rinci dari empat poin utama dalam papan panduan tersebut.

1. Ziarah Kubur Tidak Perlu Melakukan Safar Jauh

Poin pertama menegaskan bahwa ziarah kubur sebaiknya dilakukan tanpa melakukan safar (perjalanan jauh) yang diniatkan semata-mata untuk berziarah. Prinsip ini didasarkan pada ajaran syariat Islam yang menganjurkan agar perjalanan ibadah hanya ditujukan ke tiga masjid utama: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa. Artinya, ziarah ke makam atau situs bersejarah boleh dilakukan bila bersamaan dengan ibadah utama, bukan sebagai tujuan utama perjalanan.

2. Dua Tujuan Utama Ziarah Kubur

Dalam poin kedua, dijelaskan bahwa ziarah kubur memiliki dua tujuan utama.
Pertama, untuk mengucapkan salam dan mendoakan ahli kubur. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Muslim:

Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari golongan orang-orang beriman dan orang-orang Islam. Kami, insya Allah, akan menyusul kalian. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian.”

Kedua, ziarah kubur bertujuan untuk mengingatkan diri pada kehidupan akhirat. Melihat makam para sahabat dan syuhada seharusnya menumbuhkan kesadaran bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Rasa haru dan introspeksi ini menjadi nilai utama dari ziarah itu sendiri, bukan sekadar ritual tanpa makna.

3. Larangan Mengusap atau Menyentuh Kubur

Poin ketiga berisi peringatan agar tidak mengusap, mencium, atau menyentuh makam dengan tujuan mencari berkah. Tindakan ini termasuk dalam kategori bid’ah alias amalan yang diada-adakan dalam islam, karena tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dapat berpotensi mengarah pada syirik. Pemerintah Arab Saudi sangat menekankan prinsip tauhid  bahwa segala bentuk ibadah dan permohonan hanya ditujukan kepada Allah SWT, bukan melalui benda atau makam.

4. Tidak Mencari Berkah di Gunung Uhud dan Bukit Rumat

Poin keempat mengingatkan agar tidak mendaki Gunung Uhud atau Bukit Rumat dengan tujuan mencari berkah. Begitu pula dengan mengambil tanah, batu, atau pasir dari kedua tempat tersebut. Meski tempat ini memiliki nilai sejarah tinggi dalam Perang Uhud, menjadikannya sebagai objek pencarian berkah justru bertentangan dengan ajaran Islam.

Hal ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa masih banyak saudara semuslim kita melakukan hal seperti ini. Tak hanya di Arab Saudi, tapi di Indonesia sendiri banyak yang menziarahi makam wali demi "ngalap berkah" pada orang yang telah meninggal. Juga mendaki gunung tertentu yang dianggap sakral untuk memberikan kekayaan. 

Makna Penting di Balik Panduan Ini

Papan Panduan Ziarah di kawasan Jabal Uhud (Dok.Pribadi/Oktavia)
Papan Panduan Ziarah di kawasan Jabal Uhud (Dok.Pribadi/Oktavia)

Ziarah ke tempat-tempat bersejarah di Arab Saudi menjadi salah satu pengalaman spiritual paling berkesan bagi jamaah umrah maupun haji. Panduan empat poin ini menunjukkan upaya pemerintah Arab Saudi dalam menjaga kemurnian praktik ibadah para jamaah. Ziarah seharusnya menjadi momen refleksi spiritual, bukan ajang ritual simbolik yang keluar dari tuntunan syariat.

Dengan memahami panduan ini, jamaah dapat berziarah dengan penuh kesadaran: berdoa untuk para syuhada, mengambil pelajaran dari perjuangan mereka, dan memperkuat keimanan tanpa melanggar batas-batas tauhid. Karena sejatinya, ziarah bukan sekadar perjalanan lahiriah, melainkan perjalanan hati yang menuntun manusia untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak