Ada kabar yang dijamin bikin kita semua, terutama yang nggak bisa hidup tanpa nasi, auto cemas. Selama ini kita selalu berpikir kalau musuh utama tanaman padi itu adalah kekeringan. Tapi, sebuah penelitian terbaru dari Universitas Stanford justru membongkar fakta yang sebaliknya dan jauh lebih mengerikan.
Ternyata, ada pembunuh baru yang diam-diam menghancurkan panen padi di seluruh dunia: banjir ekstrem! Dan dampaknya? Nggak main-main. Produksi beras dunia kini berada dalam tekanan serius.
Saat 'Kelebihan Air' Jadi Sama Mematikannya dengan 'Kekurangan Air'
Kita semua tahu kalau padi itu butuh air buat tumbuh. Tapi ternyata, ada batasnya. Menurut penelitian ini, tanaman padi, terutama yang masih muda, akan mati jika terendam air hujan lebat secara total selama tujuh hari atau lebih.
Inilah yang disebut oleh para ilmuwan sebagai "banjir mematikan padi". Sebuah definisi baru yang menunjukkan bahwa kelebihan air ternyata bisa sama berbahayanya dengan kekurangan air.
'Rapor Merah' Produksi Beras Dunia: 18 Juta Ton Lenyap Setiap Tahun!
Dampak dari "banjir mematikan" ini ternyata sudah terasa. Para peneliti menganalisis data dari puluhan tahun ke belakang dan menemukan fakta yang bikin syok.
Antara tahun 1980 hingga 2015, banjir ekstrem telah memangkas sekitar 4,3% hasil panen padi global. Kalau dikonversi, angka ini setara dengan hampir 18 juta ton beras yang lenyap setiap tahunnya!
Jumlah ini cukup untuk mengguncang ketahanan pangan dunia, apalagi kalau mengingat beras adalah makanan pokok bagi separuh populasi manusia di planet ini.
Siapa Saja yang Paling Kena Imbas?
Dengan menggunakan berbagai data, dari catatan banjir, hasil panen, sampai simulasi kelembapan tanah, para ilmuwan berhasil memetakan negara-a yang paling parah terkena dampaknya. Beberapa di antaranya adalah Korea Utara, Tiongkok Timur, dan India.
Tapi jangan senang dulu. Penelitian ini secara spesifik menyebutkan bahwa negara-negara lain seperti Indonesia, Filipina, dan Nepal juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam kejadian "banjir mematikan padi" dalam beberapa dekade terakhir. Artinya, sawah-sawah di negara kita juga sedang berada dalam ancaman yang sama.
'Paket Kombo' Bencana dari Perubahan Iklim
Yang bikin makin ngeri, perubahan iklim kini menciptakan "paket kombo" bencana yang silih berganti. Kadang kekeringan ekstrem, tiba-tiba disusul hujan lebat yang menyebabkan banjir. Kombinasi "siksaan" ini bisa menggandakan potensi kerusakan tanaman.
Penelitian ini lebih dari sekadar data statistik. Ini adalah alarm paling nyaring bagi kita semua. Tanpa langkah adaptasi yang cepat, dari inovasi bibit padi yang lebih tahan banting sampai pengelolaan air yang lebih cerdas, ancaman krisis beras di masa depan itu bukan lagi sekadar fiksi.
Jadi, lain kali kamu menyisakan nasi di piringmu, ingat ya, betapa sulitnya perjuangan untuk bisa sampai ke sana.
(Muhamad Ryan Sabiti)