Mengunjungi Thaif: Napak Tilas Spiritualitas Rasulullah di Kota di Atas Awan

M. Reza Sulaiman | Oktavia Ningrum
Mengunjungi Thaif: Napak Tilas Spiritualitas Rasulullah di Kota di Atas Awan
Kota Thaif (Dok.Pribadi/Oktavia N)

Di balik teriknya Jazirah Arab, terdapat sebuah kota pegunungan yang menyimpan kesejukan alam sekaligus kedalaman makna spiritual: Kota Thaif. Terletak sekitar 80 kilometer dari Mekkah, Thaif bukan sekadar destinasi wisata alam, melainkan juga ruang sejarah yang merekam salah satu fase paling berat dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW.

Thaif adalah titik paling sunyi dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW, tempat doa dipanjatkan dari luka dan kesabaran diuji hingga batas terdalam. Di kota inilah Nabi Muhammad SAW ditolak, dihina, dan dilempari batu, namun justru memilih memaafkan ketika langit menawarkan pembalasan.

Hari ini, Thaif dikenal sebagai "Kota Mawar" yang indah dan damai. Namun, di balik aromanya, tersimpan sejarah getir yang mengajarkan bahwa iman tidak selalu tumbuh di tempat yang ramah, melainkan di medan ujian yang paling keras.

Keistimewaan Thaif terletak pada pertemuan antara sejarah kenabian, keindahan alam, budaya agraris, serta perannya yang penting dalam ibadah haji dan umrah.

Kota Mawar yang Menyimpan Luka, Doa, dan Keteguhan Rasulullah SAW

Secara historis dan spiritual, Thaif memiliki kedudukan istimewa karena menjadi saksi langsung perjuangan Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwah Islam. Setelah mendapat penolakan dan tekanan keras di Mekkah, Rasulullah mendatangi Thaif dengan harapan memperoleh perlindungan dan dukungan.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Beliau ditolak, dihina, bahkan dilempari batu hingga tubuhnya terluka.

Peristiwa ini menjadikan Thaif simbol kesabaran, keteguhan iman, dan keluhuran akhlak Nabi. Di kota inilah Rasulullah memanjatkan doa yang sangat menyentuh, menyerahkan seluruh luka dan kesedihannya hanya kepada Allah.

Karena itu, bagi umat Islam, Thaif bukan sekadar tempat bersejarah, tetapi juga ruang refleksi tentang makna keteguhan dalam menghadapi ujian hidup.

Kota Thaif (Dok.Pribadi/Oktavia N)
Kota Thaif (Dok.Pribadi/Oktavia N)

Napak Tilas Kesabaran Rasulullah dan Perjalanan Hati Jemaah

Hingga kini, Thaif menyimpan sejumlah situs ziarah penting. Masjid Addas, misalnya, menjadi penanda pertemuan Rasulullah dengan Addas, seorang budak Nasrani yang kemudian menunjukkan empati dan keimanan kepada Nabi. Selain itu, terdapat makam sahabat besar Abdullah bin Abbas, seorang ulama dan mufasir terkemuka, yang menambah nilai spiritual bagi para peziarah.

Tak kalah penting, Thaif juga dikenal sebagai lokasi miqat Qarnul Manazil, salah satu titik miqat utama bagi jemaah haji dan umrah. Di sinilah jemaah memulai niat ihram, menjadikan Thaif bagian tak terpisahkan dari perjalanan ibadah yang sakral.

Kota di Atas Awan dan Negeri Mawar

Dari sisi alam dan budaya, Thaif menawarkan wajah yang berbeda dari kota-kota lain di Arab Saudi. Berada di dataran tinggi, Thaif memiliki udara sejuk dan pemandangan pegunungan yang hijau sehingga dijuluki “kota di atas awan”. Sejak dulu, kota ini menjadi tempat peristirahatan favorit bagi penduduk Mekkah dan Jeddah.

Thaif juga dikenal luas sebagai “Kota Mawar”. Mawar Taif terkenal akan aroma khas dan kualitasnya yang tinggi. Dari bunga inilah dihasilkan Attar Taif, minyak mawar bernilai tinggi yang bahkan digunakan untuk membersihkan Ka’bah. Selain mawar, Thaif memiliki pertanian buah-buahan yang subur, seperti anggur, delima, hingga stroberi, menjadikannya pusat agrowisata yang unik di kawasan Arab.

Dari Tempat Penolakan Menjadi Destinasi Spiritualitas

Bagi jemaah haji dan umrah, Thaif menawarkan lebih dari sekadar kunjungan wisata. Ia adalah napak tilas perjuangan Nabi, tempat merenungi bagaimana iman diuji dalam kondisi paling sulit. Mengunjungi Thaif berarti menjalani perjalanan hati, menyelami sejarah, kesabaran, dan kasih sayang Rasulullah SAW.

Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau dari Mekkah menjadikan Thaif destinasi penting dalam wisata religi. Di kota ini, sejarah, alam, dan spiritualitas berpadu, mengingatkan bahwa keindahan iman sering lahir dari luka, kesabaran, dan pengharapan yang tulus kepada Allah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak