Inspiratif! Suara Voice of Baceprot di Hari Perempuan Internasional

Candra Kartiko | Agnes Judea
Inspiratif! Suara Voice of Baceprot di Hari Perempuan Internasional
Cuplikan Video Klip "[NOT] Public Property". ( Youtube/Voice of Baceprot)

Voice of Baceprot (VOB), sebuah grup musik metal yang digagas tiga wanita muda asal Garut, Jawa Barat pada 2014 silam. Nama Voice of Baceprot mulai viral lantaran aksi hebat mereka menyelenggarakan tur musik Eropa. Siapa sangka, pada perayaan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2022 lalu, Voice of Baceprot menorehkan suatu prestasi melalui lagu terbaru yang dirilisnya dengan judul “[NOT] Public Property”. Sesuai tanggalnya dimana lagu tersebut dirilis bersamaan dengan Hari Perempuan Internasional, “[NOT] Public Property” menjadi sebuah lagu dengan lirik yang amat luar biasa, yang didedikasikan bagi kaum perempuan. “[NOT] Public Property” bukanlah sembarang lagu yang hanya bisa didengarkan namun lagu ini sangat berperan sebagai bahan edukasi bagi seluruh masyarakat, terlebih mereka yang memiliki anggapan akan perempuan sebagai properti publik. Lantas, bagaimana kisah dibalik lagu “[NOT] Public Property” dan seperti apa makna yang tersirat di dalamnya?

Alunan lagu edukatif dengan genre metal yang dinyanyikan oleh suara khas yang lantang milik tiga perempuan personel Voice of Baceprot nyatanya mengandung makna lirik dan kisah yang begitu mendalam bagi semua orang yang mampu menghayatinya, bagi kaum perempuan, terutama para korban pelecehan seksual. Singkatnya, melalui lagu “[NOT] Public Property” inilah hak-hak perempuan disuarakan dengan lantang dan penuh keberanian. Hal ini berarti bahwa lagu “[NOT] Public Property” yang bisa disebut bahan edukasi menjadi sebuah wadah yang mampu mendorong kaum perempuan untuk lebih berani menyuarakan haknya dan menentang segala bentuk pelecehan, terlebih anggapan bahwa tubuh wanita adalah sebuah properti publik. Tak hanya itu, sisi edukatif yang bisa diambil dari lagu ini adalah bahwa “[NOT] Public Property” mampu mendorong masyarakat luas untuk lebih memiliki awareness mengenai perlindungan dan penghargaan terhadap kaum perempuan.

Sebagaimana edukasi merupakan tonggak utama untuk membangun kesadaran dan perubahan pola pikir masyarakat, maka melalui lagu “[NOT] Public Property” inilah Voice of Baceprot bertekad untuk membawa sesuatu yang bermanfaat ke tengah masyarakat luas agar harapannya tidak ada lagi 'peraturan' tidak masuk akal yang mengharuskan perempuan untuk bersikap atau bahkan berpakaian hanya dengan maksud agar pelecehan itu sendiri tidak terjadi. Padahal, kita semua pasti tahu dan sadar bahwa terjadinya suatu pelecehan seksual baik terhadap perempuan maupun laki-laki bukanlah disebabkan oleh cara mereka berpakaian, namun tentu yang salah adalah pada isi pikiran dan kontrol pelaku. Karena itulah, ketiga perempuan hebat itu, melalui grup musiknya, mereka merilis lagu “[NOT] Public Property” agar siapapun yang menghayati liriknya bisa menjadi sadar dan punya pola pikir yang baru terhadap kaum perempuan itu sendiri. Bukan hanya wadah yang mendorong serta sarana edukasi, namun melalui lagu “[NOT] Public Property” ini, Voice of Baceprot menyalurkan rasa simpati dan empatinya terhadap korban pelecehan seksual sebab mereka ikut merasakan seperti apa rasanya dihantui ketakutan dan trauma yang membekas. 

Tak hanya simpati dan empati bagi kaum perempuan yang seringkali dipandang sebelah mata, namun melalui lagu “[NOT] Public Property” ini, Voice of Baceprot turut prihatin atas respon orang-orang terhadap kasus pelecehan yang terjadi dimana biasanya mereka menganggap bahwa korban lah yang memang 'mengundang' pelaku untuk melakukan tindakan yang sama sekali tidak pantas diterima oleh perempuan itu sendiri. 

Seperti yang kita ketahui, kasus pelecehan seksual yang terjadi secara fisik, verbal, maupun visual baik terhadap perempuan maupun laki-laki bukan lagi menjadi suatu hal yang asing ditelinga kita. Sejak dahulu, marak sekali berita pelecehan yang beredar di tengah masyarakat, bahkan hingga saat ini pun masih sering ditemukan berita serupa. Pelecehan seksual sendiri merupakan musibah yang dapat menimpa siapapun, dimanapun, dan kapanpun, bahkan hal ini tidak memandang gender yang berarti bahwa siapapun, perempuan atau laki-laki, tua atau muda, semua dapat tertimpa. Namun, secara spesifik pada konteks kali ini dimana Voice of Baceprot mendedikasikan lagu "[NOT] Public Property" untuk kaum perempuan, berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), tercatat sebanyak 13,403 jumlah kasus pelecehan sepanjang 2022 dengan 12,397 diantaranya terjadi pada perempuan, maka dalam hal ini pembahasan akan lebih mengarah kepada pemenuhan dan pemberdayaan emansipasi wanita. 

Bicara soal pelecehan seksual, hal ini memiliki keterkaitan terhadap bagaimana cara masyarakat memandang apa yang disebut dengan kesetaraan gender. Kesetaraan gender yang ada tentu semestinya menjadi pembuktian bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kebebasan berekspresi yang sama tanpa merasa dikekang oleh segala bentuk anggapan atau stereotip yang membuat mereka merasa dibatasi atau bahkan membuat mereka berpikir bahwa tidak seharusnya mereka berekspresi dengan cara yang mungkin akan menyebabkan kejadian tidak mengenakan, misalnya cara berekspresi melalui gaya berpakaian, seolah akan menjadi salah mereka bila setelahnya mereka mendapat perlakuan atau respon yang tidak mengenakan dari orang lain hanya karena keterbelakangan pola pikir yang tertanam dalam otak pelaku. Sayangnya, di zaman sekarang yang sudah mengalami kemajuan dari berbagai aspek ini, hal demikian masih banyak terjadi dimana tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap sepele kesetaraan gender hingga berakibat pada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dari segi hak. Sejak dahulu, hak dan peran perempuan selalu dipandang rendah oleh masyarakat luas, seperti sulitnya akses pendidikan bagi perempuan. Masyarakat selalu memandang bahwa seorang perempuan tidak perlu bekerja, serta harus bisa memasak dan melayani keluarganya. Pandangan lama inilah yang mempengaruhi kedudukan wanita hingga sekarang. Ketika seorang wanita tidak memenuhi standar masyarakat seperti tidak bisa memasak dan bekerja setiap hari, maka akan dianggap sebagai perempuan yang ‘kurang baik’ di tengah masyarakat. Terkadang perilaku ini masih terbawa hingga zaman sekarang, seperti ketika seorang perempuan ingin melamar kerja maka akan dipandang sebelah mata. Perlu diketahui bahwa masih banyak kaum perempuan yang merasa tidak diperlakukan secara adil akibat adanya budaya patriarki yang belum dapat dikendalikan. Budaya patriarki seolah membuat kehidupan ini lebih didominasi oleh laki-laki dimana belum banyak perempuan yang berani untuk terjun ke tengah masyarakat luas, menunjukkan bahwa dirinya mampu berperan dan pantas mendapatkan haknya sebagaimana kaum laki-laki mampu dan pantas untuk hal itu. Hal ini dikarenakan oleh masyarakat yang mempunyai pandangan bahwa hak laki-laki berbeda dengan hak wanita. Di dalam masyarakat, perempuan kerap kali dianggap memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada laki-laki. Sehingga ada kasus dimana perempuan dianggap tidak penting dalam masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan budaya patriarki itu di tengah-tengah masyarakat yang seharusnya sudah memiliki kemajuan akan kesadaran dan pola pikir terhadap hal-hal seperti itu. 

Dalam lagunya yang berjudul "[NOT] Public Property", Voice of Baceprot menegaskan dengan jelas mengenai pandangan masyarakat terhadap perempuan. Dalam lirik mereka yang berbunyi “Everyone has the right to live safely, But why do people ignore it”, mereka menegaskan bahwa semua orang memiliki hak untuk hidup secara aman, akan tetapi masyarakat menghiraukan hal tersebut. “They are still busy, talking 'bout dressing appropriately, (Because) We are forced to obey by unwritten fucking rules”, lirik ini menegaskan bahwa masih banyak orang yang membuat ‘aturan’ tidak tertulis mengenai cara berpakaian 'yang semestinya'. Sedangkan, perempuan seharusnya bebas untuk mengenakan pakaian apapun yang mereka pakai secara nyaman sebab itu juga merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri. Ada peraturan tidak tertulis di tengah masyarakat bahwa seorang perempuan harus menggunakan pakaian 'yang semestinya' dimana apabila seorang perempuan menggunakan pakaian yang dianggap tidak sesuai dengan 'peraturan' yang tertanam di pola pikir masyarakat tertentu, maka akan ia akan dicap oleh masyarakat sebagai perempuan yang 'tidak baik'. “This is how the fight will be remembered And this is how the voice getting stronger and louder”, pada lirik ini, Voice of Baceprot menyampaikan bahwa mereka akan melakukan perjuangan yang akan diingat oleh masyarakat dan dengan dirilisnya lagu "[NOT] Public Property" ini menjadi salah satu cara mereka agar suara dan pendapat mereka dapat diperhatikan oleh masyarakat dengan harapan bisa merubah pola pikir serta meningkatkan kesadaran mereka. “Our body is not public property, We have no place for the dirty mind”, lirik tersebut memiliki makna bahwa tubuh perempuan bukanlah properti publik dan tidak ada tempat untuk berpikir kotor, hal ini berarti bahwa perempuan sama sekali tidak layak untuk 'dilihat' dalam konteks yang mengarah kepada hal-hal yang tidak senonoh. Tubuh perempuan pun juga bukanlah properti publik yang bisa 'diatur' oleh masyarakat, sehingga seharusnya seorang perempuan memiliki kebebasan atas tubuhnya sendiri, dimana kebebasan yang ditekankan dan disuarakan melalui lagu "[NOT] Public Property" ini adalah kebebasan bagi perempuan untuk berpakaian serta berperilaku tanpa harus merasa takut atau terancam akan pola pikir dan pandangan masyarakat yang mengekang mereka. 

Namun, meski demikian, pada zaman sekarang ini, berita baiknya adalah bahwa peningkatan pandangan, pola pikir, serta kesadaran masyarakat yang lebih maju mengenai kesetaraan gender sudah mulai merebak dimana masyarakat luas sudah mulai sadar akan adanya hak-hak perempuan yang seharusnya setara dengan hak laki-laki. Kesadaran inilah yang berujung kepada munculnya gerakan-gerakan feminis. Gerakan feminis sendiri menjadi semakin besar di seluruh negara sejak tahun 2012. Pada tahun tersebut, gerakan feminisme menekankan persoalan norma gender dan marginalisasi perempuan di dalam masyarakat. Dengan adanya kemajuan teknologi, para feminist mulai menyebarkan dan memperluas pengaruhnya terhadap pandangan, pola pikir, dan kesadaran masyarakat melalui dunia digital. Hal ini pun membuat perubahan yang sangat besar di tengah masyarakat sehingga dinamakan sebagai “Fourth-wave of feminism”. Tidak hanya membahas mengenai norma gender dan marginalisasi perempuan di dalam masyarakat, namun istilah "Fourth-wave of feminism" juga difokuskan untuk membahas mengenai adanya pelecehan seksual, body shaming, dan isu-isu lainnya yang mengarah kepada pelecehan terhadap perempuan yang harus ditentang dan dihilangkan. Dalam kemajuan teknologi yang ada, media sosial pun menjadi wadah dan kunci utama untuk menyebarluaskan pandangan terhadap hal-hal tersebut serta sebagai wadah bagi masyarakat luas untuk berdiskusi dan membahas mengenai masalah-masalah yang sampai saat ini dikatakan masih sangat membatasi perempuan untuk memiliki kebebasan hak dan berekspresi yang sama sebagaimana laki-laki memiliki kedua hal tersebut. 

Kembali lagi pada lagu "[NOT] Public Property" milik Voice of Baceprot, harapannya adalah bahwa semua perempuan semakin memiliki keberanian untuk menyuarakan hak nya dengan lantang, serta semakin merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya, terutama melalui cara mereka berpakaian. Namun, tidak hanya perempuan, begitu juga laki-laki, melalui lagu "[NOT] Public Property" ini, Voice of Baceprot berharap agar sudah seharusnya laki-laki dan perempuan bisa saling menjaga dan menghargai, sebab sebagaimana telah dituliskan bahwa pelecehan seksual baik secara verbal, fisik, maupun visual dapat terjadi kepada siapapun tanpa memandang gender. Selain itu, masyarakat luas pun juga diharapkan semakin punya kesadaran yang tinggi serta pola pikir yang semakin maju terhadap pandangannya akan hak dan kebebasan perempuan yang setara seperti laki-laki.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak