BULUKUMBA, 30 MEI 2025 – Sebuah kemitraan strategis diluncurkan antara Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia dan Universitas Ghent dari Belgia. Kerja sama ini menjadi bentuk nyata dari komitmen kedua pihak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim serta mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Diluncurkan untuk periode 2025 hingga 2030, kemitraan GEF SGP Indonesia dan Universitas Ghent memiliki tujuan utama memperkuat ketahanan iklim, melestarikan keanekaragaman hayati, serta mendukung berbagai inisiatif lingkungan berbasis komunitas.
Kolaborasi tersebut juga merupakan sinergi unik antara pendekatan akar rumput GEF SGP Indonesia dan keunggulan akademis Universitas Ghent dalam bidang sains lingkungan, teknologi, dan kebijakan berbasis bukti.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kolaborasi internasional bisa berdampak langsung bagi masyarakat dan lingkungan. Inilah wujud nyata dari ilmu pengetahuan yang membumi,” ujar Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala dalam pernyataannya di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jumat (30/5/2025).
Adapun fokus utama dari kerja sama ini dituangkan dalam empat pilar strategis. Pilar pertama adalah riset dan inovasi. Dalam pilar tersebut, kedua institusi sepakat menggelar penelitian bersama.
Penelitiannya bertujuan menemukan solusi konkret di bidang pertanian cerdas iklim, energi terbarukan, dan konservasi keanekaragaman hayati. Temuan dari riset ini diharapkan bisa melahirkan inovasi lokal yang relevan dan aplikatif di lapangan.

Dalam hal ini, Universitas Ghent akan menyediakan akses terhadap laboratorium canggih dan basis data ilmiah global untuk mendukung kualitas penelitian. Selain itu, tim peneliti dari Indonesia juga akan difasilitasi untuk melakukan publikasi ilmiah dan presentasi hasil riset di forum internasional.
Pilar kedua mencakup peningkatan kapasitas. Eksekusi pilar ini melalui serangkaian pelatihan, lokakarya, dan pertukaran pengetahuan. Sasaran dari kegiatan ini adalah komunitas lokal, organisasi masyarakat sipil, dan mahasiswa, dengan tujuan memperkuat pemahaman dan keterampilan dalam menjaga lingkungan secara berkelanjutan dan mandiri.
Sebagai bagian dari pilar tersebut, Universitas Ghent diharapkan juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia yang terlibat dalam proyek-proyek GEF SGP untuk belajar langsung di Belgia. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan generasi muda yang tangguh dan berwawasan global namun tetap berpijak pada konteks lokal.
Selanjutnya, pilar ketiga diwujudkan dalam bentuk proyek percontohan. Proyek-proyek komunitas yang mendapat pendanaan dari GEF SGP Indonesia akan memperoleh dukungan teknis dari Universitas Ghent–yang merupakan salah satu universitas terkemuka di Belgia. Proyek ini dirancang sebagai bukti nyata bahwa integrasi antara pengetahuan ilmiah dan kearifan lokal mampu menghasilkan perubahan yang bermakna.
Beberapa proyek awal akan difokuskan di wilayah pesisir dan kawasan hutan adat yang mengalami tekanan ekologis tinggi, dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan para tokoh adat, pemuda lokal, dan perempuan sebagai motor penggerak.
Sementara itu, pilar keempat menyasar advokasi kebijakan. Kedua pihak akan bekerja sama dalam merumuskan rekomendasi kebijakan berbasis data dan sains. Tujuannya tak lain untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam membentuk kebijakan pembangunan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Mereka juga akan menyelenggarakan forum tahunan kebijakan lingkungan yang mempertemukan pembuat kebijakan, akademisi, dan aktivis lingkungan dari dalam dan luar negeri untuk berbagi praktik baik dan solusi inovatif.
Kolaborasi ini lebih dari sekadar kerja sama teknis. Kedua belah pihak, dalam kolaborasi ini, juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam instrumen inti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Alhasil, pembangunan tidak hanya difokuskan pada aspek ekonomi, melainkan juga martabat dan kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok rentan. Penekanan pada kesetaraan gender, inklusi sosial, dan perlindungan terhadap komunitas adat menjadi dasar penting dalam setiap tahapan kegiatan.
Sidi menambahkan, kerja sama ini diharapkan menjadi model bagi kemitraan global yang tidak bersifat top-down. Sebaliknya, dia menekankan pentingnya mendengar suara komunitas lokal dan menjadikan mereka sebagai pelaku utama dalam transformasi lingkungan.
“Masa depan Indonesia yang hijau, adil, dan berkelanjutan kini bukan lagi sekadar wacana—melainkan sedang dibangun bersama, mulai hari ini,” tutup Sidi.