Tidak ada lampu, ditempati menunggu
Gelap, di bawah pohon randu
Duduk di atas batu, di depan daganganku
Cobek batu, tak satupun yang laku
Orang lalu lalang, tidak menghiraukanku
Apa mungkin di rumahnya sudah ada cobek batu?
Ahhh ... Itu bukan urusanku
Aku hanya ingin cobek batu ini laku
Sejenak aku membatu, menyerupai daganganku
Meratapi hidup, apakah adil bagiku?
Ahhh... Mengapa aku menggerutu
Sedangkan cobek batu menunggu untuk laku
Hidup tidak untuk diratapi, itu kata Ibu
Tidak terjadi sekaligus, itulah mengapa ada waktu
Esok sudah menunggu, mungkin saatnya laku
Sekarang aku pulang, cinta dan buah cinta menunggu