Mengingat Yang Kuasa

Hernawan | Budi
Mengingat Yang Kuasa
Ilustrasi Kehancuran Alam. (Pixabay)

Suara alam kini mulai memanggil.
Amarah yang akan ditumpahkan pada seluruh penjuru jagad raya ini.
Isi perut bumi yang memanas dan akan membakar siapa saja.
Hingga semua yang bernyawa pun akan hancur lebur.

Itu tanda-tanda alam bahwa ia akan mengakhiri hidupnya.
Suatu informasi kalau akhir zaman amatlah dekat.
Tak ada yang dapat lari dari musibah itu.
Kehancuran akan merajalela dan melenyapkan sampai ke akar-akarnya.

Alam yang tak bersahabat tanda Tuhan akan murka.
Tuhan yang selalu memberi peringatan.
Selalu mengingatkan kalau manusia janganlah bertindak semaunya saja.
Karena yang kuasa hanyalah Tuhan semata, tak ada yang lain.

Apakah dengan tanda-tanda kehancuran, manusia tidak akan sombong lagi?
Mesti itu menjadi ciutan agar manusia dapat memperbaiki diri.
Mendongkrak para manusia yang tak kenal penciptanya.
Memukul manusia yang angkuh dan sombong.
Meneropong manusia yang egois dan tak punya rasa saling peduli.

Ya, mesti para menusia sadar kalau kekuatan Tuhan tidak ada tandingannya.
Kekuatan manusia tidak akan ada kalau bukan Tuhan yang berkehendak.
Alam beserta isinya ini jelas sudah menjadi tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Lalu, kenapa masih ada manusia yang tidak sadarkan diri?

Perlu kita selalu mengingat pada Yang Kuasa.
Perlu kita selalu menyembah sesuai ketentuan.
Ini adalah hukum yang sudah pasti.
Manusia memang diciptakan untuk menyembah pada penciptanya.
Yang kuasa teteplah Kuasa, Tuhan Semesta Alam.
Jangan menunggu sampai kehancuran mendekat.
Karena penyesalan pasti selalu datang dari belakang.

Gubuk Marhaenis, 20 Agustus 2021

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak