Komodo masuk ‘daftar merah’ hewan terancam punah dalam rilis tahunan IUCN atau International Union for Conservation of Nature di Kongres Konservasi Dunia (4/9/2021). IUCN memindahkan status komodo dari “rentan” menjadi “terancam punah” dalam daftar tersebut. Ini merupakan pertama kali dalam 20 tahun terakhir. Apa sebabnya?
Perubahan iklim dan aktivitas manusia disebut sebagai dalangnya. Naiknya suhu dan permukaan air laut, diprediksi bisa mengurangi sampai 30 persen habitat komodo dalam 45 tahun ke depan. Itu karena habitat mereka berada 700 meter di atas permukaan laut dan tak bisa dipindahkan ke wilayah yang lebih tinggi.
Dilansir dari The Guardian, karena tekanan manusia, hutan perlahan-lahan ditebang dan menghilang. Dan sabana terkena kebakaran degradasi. Itulah mengapa habitat komodo menjadi semakin sempit. Masalah komodo yang mendekati kepunahan, bukan kali ini saja disampaikan. Para peneliti dari Australia sudah lebih dulu menyebut krisis iklim mengancam eksistensi hewan prasejarah ini.
Peneliti Universitas Adelade, Dr Alice Jones dalam Journal Ecology and Evolution mengatakan perubahan iklim kemungkinan akan menyebabkan penurunan tajam dalam ketersediaan habitat komodo, sangat mengurangi populasi mereka dalam hitungan dekade. Studi memprediksi kepunahan lokal akan terjadi di 3 dari 5 habitat komodo yang ditemukan saat ini.
Disebutkan pula pada 2050 habitatnya bisa menyusut sampai 87 persen, bahkan punah. Model perubahan iklim yang dipakai dalam penelitian ini juga mendapati kalau Indonesia akan mengalami kenaikan suhu dan curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya akan terjadi kemarau panjang, peningkatan frekuensi kebakaran dan penurunan kelembapan tanah yang berdampak negatif pada komodo.
Komodo adalah spesies kadal ikonik dunia yang sudah ada sejak 1 juta tahun yang lalu. Namun, cuma 4.000 sekor saja yang diperkirakan bertahan hidup di alam liar, yaitu yang ditemukan di lima pulau wilayah tenggara Indonesia: Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode, Gili Matang, dan Flores. Apa yang seharusnya dilakukan?
Studi menemukan bahwa konservasi seperti di Pulau Rinca dan Pulau Komodo bisa membantu turunkan risiko ancaman pemanasan global dan kenaikan air laut. Namun, para peneliti ragu soal kebijakan yang bisa menjamin kehidupan komodo disana. Ditambah lagi, di Pulau Rinca yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Komodo sedang dibangun proyek KSPN alias Kawasan Strategis Parawisata Nasional, Super Prioritas Labuan Bajo.
Proyek itu bahkan diminta berhenti oleh UNESCO, sebab ada potensi berdampak pada nilai universal luar biasa (OUV) di kawasan itu. Dr Alice Jones juga menambahkan bahwa intervensi seperti membangun cagar alam baru di daerah yang diperkirakan bisa mempertahankan habitat di masa depan, mungkin bisa bekerja untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada komodo.