Buku berjudul ‘Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Sama Penting’ karya Femi Olivia ini menguraikan betapa pentingnya menyeimbangkan antara otak kiri dan otak anak bagi pendidikan anak-anak. Fakta membuktikan kalau kedua belahan otak manusia berfungsi identik. Otak kiri memiliki kemampuan berpikir analitis yang mengandalkan nalar dan logika, sementara otak kanan berpikir sintesis membentuk konsep, emosi, intuisi, dan imajinasi kreatif.
Femi Olivia dalam buku ‘Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Sama Penting’ menguraikan, berdasarkan penelitian otak, fungsi otak kanan lebih dominan sampai anak berusia 3 tahun. Setelah usia itu, fungsi otak kiri mulai berangsur-angsur mengambil alih. Kemudian setelah anak berusia 6 tahun, fungsi otak kirinya yang lebih dominan seperti halnya orang dewasa. Anak yang lebih dominan otak kirinya memang lebih berhasil di masa-masa awal pendidikan dasar, tapi saat melanjutkan sampai jenjang tertinggi, otaknya ‘melempem’ karena otaknya kecapekan terlalu dipaksa bekerja keras dan kurang kreatif.
Penting kita pahami dan renungi bersama bahwa IQ tinggi sewaktu kecil bukanlah jaminan kesuksesan di masa depan. Banyak berita yang mengungkapkan tentang orang ber-IQ tinggi yang justru melakukan pembunuhan massal, menjadi tunawisma, bunuh diri, kurang diterima di lingkungan kerja, dan sebagainya ( Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Sama Penting, hlm. 13-14).
Oleh karenanya, penting bagi para guru dan mereka yang terjun di dunia pendidikan untuk memahami pentingnya menyeimbangkan otak kiri dan kanan saat melakukan kegiatan belajar-mengajar kepada para peserta didiknya. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak monoton. Selama ini, anak sudah bosan dengan sistem belajar-mengajar yang begitu-begitu saja, misalnya anak kerap mendapat tugas (pekerjaan rumah) yang bisa jadi tidak dikerjakan oleh anak tetapi oleh orang lain seperti kakak atau orangtuanya.
Dalam buku ‘Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Sama Penting’ penulis menjelaskan, anak-anak yang otak kanannya sudah aktif sejak kecil, maka otak kirinya tidak dipaksa bekerja terlalu keras. Saat anak sudah dewasa, karena otak kanannya sudah aktif, maka pada akhirnya terjadi keseimbangan antara otak kiri dan otak kanannya. Mereka pun bisa meningkatkan IQ, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kecerdasan majemuk lainnya. Itu sebabnya para genius dianggap sebagai orang-orang yang mampu menyeimbangkan otak kiri dan otak kanannya.
Menariknya, buku ‘Otak Kiri dan Otak Kanan Anak Sama Penting’ terbitan Elex Media Komputindo (2013) ini dilengkapi dengan kisah tokoh-tokoh ternama yang dulu sempat dicap sebagai anak bodoh atau dungu. Namun, nyatanya dia berhasil menjadi ilmuwan yang namanya terus bersinar hingga kini, Thomas Alva Edison misalnya. Si penemu bola lampu listrik ini dulu pernah disebut gurunya anak dungu. Bahkan konon ia pernah duduk mengerami sejumlah telur ayamnya. Perbuatan yang dianggap konyol, tapi justru membuatnya memahami ilmu sains lebih mendalam.
Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.