Akhir-akhir ini karena sangat menggemari membaca novel terjemahan, saya melanjutkan membaca novel terjemahan Thailand. Berjudul You are My Moon, novel ini adalah sekuel dari novel You are My Moonlight karya Rompaeng.
Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 2016, yang artinya lebih dulu diterjemahkan novel ini sebelum novel pertamanya yang baru diterbitkan 2017 oleh penerbit Haru.
Memilki jumlah halaman yang bisa dibilang sedikit yaitu 296, novel ini sangat bisa dijadikan bacaan sekali duduk. Pasalnya ceritanya yang ringan membuatmu tak akan berhenti membacanya.
Kenapa bisa dikatakan kita dapat memetik pelajaran dari novel You are My Moon ini bahwa hidup dapat berubah dalam sekejap?
Bercerita tentang Darika “Dao” yang seorang anak tanpa ayah dan cucu pengurus kuil yang memiliki tempat tinggal dari bekas peti mati, lalu berubah menjadi sosok yang mendapat keberuntungan.
Hidup bisa berubah dalam sekejap entah itu kenikmatan yang kita punya direnggut Yang Maha Kuasa, atau justru kehidupan kita menjadi lebih baik dalam sekejap. Dalam novel ini, Dao memiliki keberuntungan karena dia diminta menjadi sekretaris pribadi Mom Luang Juntharakan Navarat–keturunan bangsawan Thailand.
Dengan sifat Dao yang blak-blakan dan tidak takut membuatnya direktur menjadi sekretaris yang dapat menghalau Pitchaya, istri sahabat Junthakan yang menginginkan lelaki itu. Meski awalnya sempat ragu, ketika ditawari gaji yang tinggi membuat Dao tidak bisa menolak.
Selama bekerja dengan Junthakan, Dao malah menginginkan lelaki itu. Sebelumnya dia bertekad tidak akan jatuh cinta selain kepada pria kaya. Saat Junthakan hadir, dia menginginkannya bukan hanya karena dia kaya, tetapi karena dia mulai mencintainya.
Dao mulai merasa cemburu pada perempuan yang digadang-gadang akan menjadi pendamping Junthakan. Akan tetapi, dia sadar posisinya dan dia tahu bahwa Juntharakan tidak akan menganggapnya sebagai wanita. Ditambah status keluarga mereka berbeda bak bumi dan langit. Apalagi jika ditambah dengan usia Dao yang lebih tua beberapa tahun dari Junthakan.
Tanpa Dao ketahui, Junthakan ragu dengan perasaannya sendiri ketika dia bersama Dao. Pasalnya, kepribadian Dao yang mirip ibunya itu selalu membuatnya nyaman. Ketika Dao selesai menjalankan tugasnya yakni membuat Pitchaya menyerah untuk mendapatkan Junthakan, Dao pergi dan hal itu membuat Junthakan sadar.
Dalam benaknya, Junthakan mengira bahwa Dao berpacaran dengan sekretaris lelaki Junthakan, yaitu Viwat. Sampai dia sempat pasrah dengan cintanya. Akan tetapi, setelah mengetahui kebenarannya dan mendapat suntikan semangat dari orang tuanya, Junthakan mulai yakin dengan cintanya pada Dao.
Tak sampai disitu, Dao seorang perempuan cerdas itu menguji ketulusan cinta Junthakan. Dia tidak ingin hidup seperti ibunya yang ditinggalkan ayahnya. Dia tidak ingin jatuh cinta pada lelaki yang hanya bisa mempermainkannya.
Tidak perlu menjelaskan akhir ceritanya karena pasti kamu dapat menebak endingnya seperti apa.
Saya hanya akan berkomentar tentang gaya penulisan Rompaeng yang semakin nikmat untuk dibaca. Meski tokoh utamanya memiliki segudang ide gila, tetapi saya tak bisa berhenti membaca.
Dari novel ini banyak yang dapat dipetik seperti, seorang perempuan tidak boleh langsung percaya pada ucapan manis laki-laki, percaya bahwa kekuatan ucapan adalah doa adalah hal nyata.
Selain itu, saya dapat memetik bahwa hidup ini penuh kejutan tak terduga. Bisa saja hidup kita yang biasa-biasa menjadi luar biasa atas kuasa Yang Maha Esa, atau bisa sebaliknya. Jika tertarik membaca, kamu bisa membelinya bisa dari toko buku atau dari marketplace online.