Apa yang terlintas di benakmu ketika pertama kali mendengar kata Tokyo? Sebuah kota yang penuh gemerlap kehidupan, suasana ramai, futuristik, dan serba glamour? Tujuan pemeran utama dalam buku berjudul Tokyo dan Perayaan Kesedihan ini sama sekali bukan untuk itu semua.
Penasaran apa yang dicari para tokoh dalam novel ini? Simak dulu identitas lengkap bukunya berikut ini.
Judul buku: Tokyo dan Perayaan Kesedihan
Penulis: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 208 halaman
Sebelum masuk ke ulasan, simak dulu yuk blurb novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan!
Joshua Sakaguchi Widjaja meneruskan perjalanan ke Tokyo untuk sejenak menjadi pecundang dalam hidupnya. Dia mengimpikan duduk-duduk santai bersama kopi di dekat taman dan menemukan gadis cantik untuk dijadikan teman menyenangkan. Tapi, di Tokyo yang menyambutnya dengan hangat, dia malaj dipertemukan dengan Shira yang banyak bersedih dan meninggalkan banyak surat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, alih-alih menjadi pecundang, Joshua malah sibuk menjawab banyak pertanyaan yang tak pernah dia pertanyakan.
Shira Hidajat Nagano melarikan diri ke Tokyo untuk menemukan penyelesaian paling terencana dalam hidupnya. Dia membayangkan terjebak di dalam lautan hutan bersama berbagai penyesalan untuk selama-lamanya ditenggelamkan. Namun, di Tokyo yang menggigilkan hatinya, dia justru bertemu Joshua yang semarak dan mampu memvalidasi keputusasaannya. Untuk kali terakhir hidupnya, bukan mengerjakan penyelesaian, Shira dihentikan sejenak oleh jawaban-jawaban yang tak pernah dia kira akan didapatkannya.
Ulasan lengkap Novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan
Pertemuan antara Shira dan Joshua terjadi di bandara, saat keduanya sama-sama baru tiba di Tokyo. Joshua yang saat itu sangat membutuhkan tolak angin, melihat Shira memasukkan sebungkus tolak angin dengan tidak berminat ke dalam kopernya. Tawar menawar mengenai harga tolak angin mengantarkan Shira pada tiket resital biola Joshua.
Novel setebal 200 halaman ini sangat mengalir saat dibaca. Latar tempat yang diceritakan terkesan hidup, membuatku seakan ikut berada di Jepang.
Shira, memutuskan ke Jepang untuk bebas, lari, dan menikmati kesendiriannya. Selama ini ia selalu hidup sesuai rencana, segala sesuatu harus selalu diperhitungkan. Mulai dari akan pergi ke mana, setelah ini mau apa.
Namun sesungguhnya di Jepang pun ia telah mempersiapkan sebuah 'penyelesaian.' Ia menulis surat untuk orang tuanya, sahabat-sahabatnya, sebagai salam terakhir. Namun pelukan oleh seorang laki-laki yang ia temui di bandara bernama Joshua, berhasil menggagalkan misi 'penyelesaian' yang telah ia susun sedemikian rupa dan tinggal dieksekusi di Hutan Aokigahara.
Bagaimana kesan yang kamu dapatkan? Tertarik untuk mengetahui kelanjutan kisah Joshua dan Shira dalam Tokyo dan Perayaan Kesedihan?