Mengenal Mohammad Isa Anshary, Pimpinan dari Persatuan Islam yang Kritis

Hayuning Ratri Hapsari | Budi Prathama
Mengenal Mohammad Isa Anshary, Pimpinan dari Persatuan Islam yang Kritis
Mohammad Isa Anshary. (Wikipedia)

Dari sekian banyak pahlawan bangsa yang secara tegas menyuarakan ajaran islam dalam perhelatan bangsa Indonesia, mungkin bisa dibilang Mohammad Isa Anshary termasuk salah satunya.

Mohammad Isa Anshary atau biasa disapa Isa Anshary, merupakan pimpinan dari Persatuan Islam (PERSIS) yang dikenal kritis dan memiliki pengaruh amat banyak. Hingga akhirnya, bersama PERSIS mendukung Partai Masyumi untuk meluaskan perjuangan di medan politik.

Mohammad Isa Anshary lahir pada tanggal 1 Juli 1916 di Maninjau, Sumatra Barat, seperti yang disebutkan dalam buku "Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan" karangan Johan Prasetya. Sejak kecil, Isa dikenal sebagai anak cerdas dan tangkas dalam berbicara, namun ia berasal dari keluarga sederhana. Tetapi dengan keunggulannya itu, hingga mengantarkannya menjadi orator ulang dan pandai memikat pendengarnya untuk membela kebenaran.

Pada saat remaja, Isa bergabung dengan Partai Sarekat Islam cabang Maninjau. Selain itu, ia juga aktif di Persarekatan Muhammadiyah. Semangat Isa Anshary untuk berorganisasi tidak berhenti sampai di situ saja, ia juga aktif di Partai Islam, Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia, Partai Islam Indonesia, Indonesia Berparlemen, dan Komite Pembela Islam.

Memasuki usia 16 tahun, Isa Anshary melanjutkan pendidikannya di jenjang sekolah menengah atas di Bandung. Di tempat itulah, ia bertemu dengan Soekarno dan tertarik dengan Persatuan Islam (PERSIS).

Saat bergabung di PERSIS, Isa Anshary tampaknya menjadi perhatian dari tokoh-tokoh pergerakan masa itu. Hal itu disebabkan karena pemikirannya dan ide-idenya tentang pemurnian ajaran islam. Hingga akhirnya, Isa menempati posisi terpenting di PERSIS dan berturut-turut terpilih sebagai pucuk pimpinan sejak 1953-1963.

Di bawah kepemimpinan Isa Anshary, ia berhasil mereorganisasi beberapa ormas islam. Di samping itu, anggota PERSIS pun ditaksir mencapai sepuluh ribuan dan cabang-cabang meluas di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Barat, Bangil Jawa Timur, dan Palembang.

Sejak reorganisasi 1948, PERSIS menerbitkan beberapa majalah yang menjadi ciri khasnya, majalah tersebut umumnya memuat tulisan-tulisan dari anggota PERSIS untuk menyoroti problem yang dihadapi umat islam Indonesia, terutama masalah keagamaan dan politik.

Dalam pandangan Isa Anshary menilai bahwa perjuangan tidak cukup hanya fiqh ritual keagamaan, tetapi harus terjun di ranah politik. Untuk itulah, bersama PERSIS mendukung sepenuhnya Partai Masyumi. Hingga kemudian, Isa Menjadi pemimpin Partai Masyumi untuk wilayah Jawa Barat.

Hal yang paling menonjol bagi Isa Anshary bersama anggota Partai Masyumi yakni perjuangan memenangkan ideologi islam untuk berhadapan dengan komunisme. Bahkan, PERSIS pun dengan sepakat mengatakan bahwa ajaran komunisme tidak bisa hidup di Indonesia.

Pada pertengahan November 1954, PERSIS membentuk "Front Anti Komunis" yang dimotori oleh Isa Anshary. Isa menjelaskan bahwa cara tersebut merupakan bentuk perjuangan membendung bahaya komunisme, fasisme, totalitarisme di Indonesia. Namun pada akhirnya organisasi itu pun dibubarkan pada tahun 1958.

Ketika Soekarno tumbang dan Orde Baru bercokol, tiba-tiba Isa Anshary jatuh sakit dan langsung dilarikan ke rumah sakit Muhammadiyah, Bandung. Tepat 11 Desember 1969, Isa Anshary menghembuskan nafas terakhirnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak