Salah satu karya fiksi yang telah dijadikan film di Netflix ini tidak kalah seru untuk dibaca. Buku karangan penulis Jennifer Niven ini mengangkat tema tentang hubungan dua orang remaja sekolah menengah atas akhir yang sama-sama memiliki masalah dengan dirinya sendiri, yang satu selalu dicap aneh, dan yang satu selalu menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada kakaknya.
Penasaran dengan isi ceritanya? Kalau kamu belum nonton filmnya, tidak ada salahnya untuk membaca novelnya terlebih dahulu. Atau, kamu sudah menonton filmnya? Coba sensasi berbeda dengan membaca bukunya, yuk!
Identitas Buku
Judul Buku: All the Bright Places (Tempat-Tempat Terang)
Penulis: Jennifer Niven
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 400 halaman
Ulasan:
"Inikah hari yang tepat untuk mati?". Sebuah kalimat pembuka pada paragraf awal dari sudut pandang tokoh utama laki-laki, Theodore Finch. Finch adalah seorang remaja laki-laki yang sering dicap aneh oleh orang-orang di sekitarnya. Hingga pertemuannya dengan Violet mampu membuat dia hidup sebagaimana mestinya orang normal hidup.
Violet Markey. Seorang gadis yang terus-menerus menghitung mundur menuju hari kelulusannya dari sekolah atas. Dia ingin segera meninggalkan sekolah dan wilayah tempat ia tinggal sekarang, pergi sejauh-jauhnya dari segala kenangan tentang kakaknya, Eleanor, yang meninggal karena kecelakaan mobil. Violet selamat, sedangkan Eleanor tidak.
Finch dan Violet bertemu di langkan menara lonceng. Orang-orang mengira Violet lah yang menyelematkan Finch agar tidak melompat dari langkan itu, tetapi kenyataan sebenarnya tidak demikian.
Keduanya mulai terlibat dalam pertemuan-pertemuan lanjutan, hingga akhirnya disatukan dalam proyek tugas untuk mengunjungi berbagai tempat di Indiana, memotret, merekam, dan menggali sejarah tempat tersebut.
Finch memiliki sebutan khusus untuk Violet, yaitu Ultraviolet Remarkey-able. Keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, mulai merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Mereka merasa bahwa hanya mereka satu sama lain lah yang mampu memahami apa yang sedang mereka rasakan.
Membaca dari sudut pandang Finch, kita akan diajak menyelami kehidupan seorang remaja laki-laki yang dicap berbeda, dipandang aneh, dan selalu diremehkan.
Bahkan, ketika Finch menghilang dan tidak pulang berhari-hari, keluarganya sendiri menganggap itu hal yang wajar dan biasa bagi seorang Finch tanpa berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Violet sendiri menunjukkan perasaannya melalui sudut pandangnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan penyesalan, penyangkalan, dan putus asa. Ia terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada Eleanor. Hingga akhirnya, perjalanan di antara ia dan Finch perlahan membuat dunianya kembali terbuka.
Namun sayang, di sisi lain, dunia Finch justru terasa semakin sempit, sampai Finch lebih memilih untuk mengunjungi dunia lain dan pergi meninggalkan Violet untuk menyelesaikan tugas proyek mereka seorang diri. Sebuah kisah cinta remaja yang tragis.