Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi adalah suatu perubahan yang terjadi secara drastis di mana tujuannya adalah untuk perbaikan di bidang sosial, politik, agama, dan ekonomi, dalam suatu masyarakat atau negara. Di Indonesia pernah mengalami Reformasi. Penyebab terjadinya Reformasi biasanya karena krisis ekonomi dan berkurangnya kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintah karena pemerintah tidak memihak adanya kepentingan rakyat. Hal ini terjadi pada masa Orde Baru hingga lahirnya masa Reformasi.
Angkatan Reformasi dimulai pada tahun 1998 atau pada masa kepemimpinan pasca Soeharto. Latar belakang Angkatan Reformasi ini ditandai dengan banyaknya karya sastra yang muncul, seperti novel, kumpulan cerpen, dan antologi puisi. Banyak penyair yang ikut serta meramaikan sajak-sajak sosial politik pada masa itu. Sastrawan pada Angkatan Reformasi mempertimbangkan keadaan sosial politik yang terjadi akhir tahun 1990.
Perkembangan Sastra pada era Reformasi ini juga ditandai dengan munculnya para pengarang perempuan yang karyanya diapresiasi oleh banyak masyarakat dan para pengamat sastra lainnya. Adapun Sastrawan kaum perempuan, seperti Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Mahesa Ayu, Oka Rusmini, dll. Sedangkan Sastrawan kaum laki-laki, seperti Acep Zamzam Noor, Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda, Andrea Hirata, dll. Karya-karya mereka semakin banyak beredar semenjak adanya Reformasi.
Setelah adanya wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi, namun tidak berhasil dibenarkan karena tidak memiliki pembicara. Pada tahun 2002, Korrie Layun melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Kemudian diterbitkannya buku tentang Sastrawan Angkatan 2000 pada tahun 2002 oleh Gramedia di Jakarta. Seratus lebih penyair dan kritikus sastra yang dimasukkan Korrie Layun ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki Karya Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an, yaitu:
1. Tema sosial-politik, romantik, mewarnai tema karya sastra
2. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa kerakyatjelataan
3. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkre
4. Penggunaan estetika baru yang disebut "antromofisme" (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai 'aku lirik' dengan benda-benda)
5. Karya-karyanya profetik (keagamaan/ religius) dengan kecenderungan menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam
6. Kritik sosial juga muncul lebih keras
7. Banyak muncul kaum perempuan
8. Disebut sebagai angkatan modern
9. Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra koran, contohnya dalam H.U. Pikiran Rakyat
10. Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, dan feminism
11. Banyak muncul karya populer atau gampang dicerna, dipahami pembaca
12. Muncul cyber sastra di Internet
Karya sastra angkatan reformasi dan 2000-an juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan karya sastra angkatan reformasi dan 2000-an, yaitu:
1. Munculnya Sastrawan wanita
2. Kekuatan narasi yang lancar dan mengalir
3. Banyak muncul karya sastra pembangun jiwa
4. Banyak muncul media untuk menerbitkan karya sastra
5. Adanya kebebasan untuk berpikir dan berekspresi dalam menciptakan karya sastra
6. Penggunaan tema yang bermacam-macam, seperti tema percintaan hingga sosial politik
7. Kejadian menarik yang inspiratif banyak digunakan pengarang dalam menuliskan karyanya
Kekurangan Karya Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an, yaitu:
1. Banyak munculnya perkelaminan yang cenderung dapat merusak masa depan bangsa
2. Adanya sastrawan muda dengan ekspresinya yang bergairah, berkarya dengan bebas, dan tidak memperhatikan nilai moral yang ada di masyarakat
3. Beberapa sastrawan cenderung sekuler dan feminis dalam menuliskan karyanya
Berikut beberapa sastrawan Indonesia pada Angkatan Reformasi dan 2000-an beserta karya-karyanya:
1. Acep Zamzam Noor
Acep Zamzam Noor lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 28 Februari 1960. Lingkungan pesantren adalah tempat beliau dibesarkan oleh keluargamya. Acep Zamzam Noor menyelesaikan SMA di Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyyah, Jakarta pada tahun 1991- 1993. Karya-karya Acep Zamzam Noor antara lain:
a. Tamparlah Mukaku! (kumpulan sajak, tahun 1982)
b. Aku Kini Doa (kumpulan sajak, tahun 1986)
c. Dari Kota Hujan (kumpulan sajak, tahun 1996)
d. Di Atas Umbria (kumpulan sajak, tahun 1999)
2. Ahmadun Yosi Herfanda
Ahmadun Yosi Herfanda lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 17 Januari 1956. Beliau adalah Lulusan IKIP Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada tahun 1986. Beliau pemah menjadi guru menggambar di Muhammadiyah Kali wungu dan Ketua Teater Empat Mei. Sebelumnya beliau terjun ke dalam dunia seni lukis dan teater.
Ahmadun Yosi Herfanda pernah menjadi seorang wartawan harian di Kedaulatan Rakyat pada tahun 1983 dan sejak tahun 1992 hingga saat ini menjabat sebagai redaktur budaya harian Republika. Beliau banyak meraih hadiah dalam sayembara penulisan cerpen dan puisi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karya-karya Ahmadun Yosi Herfanda antara lain:
a. Sang Matahari (kumpulan puisi bersama Ragil Suwarna, tahun 1984)
b. Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, tahun 1997)
c. Resonansi Indonesia (kumpulan sajak sosial, tahun 2006)
d. Sajadah Kata (kumpulan puisi, tahun 2013)
3. Andrea Hirata
Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun atau yang lebih dikenal Andrea Hirata lahir di Belitung, Bangka Belitung, pada 24 Oktober 1976. Andrea Hirata mendapat beasiswa program master di Universitas Sheffield Hallam, Britania Raya. Meski pun mengambil jurusan Ekonomi dalam studinya, beliau juga menggemari sains dan sangat menyenangi sastra. Andrea Hirata adalah salah satu pengarang yang merevolusi sastra Indonesia. Karya-karya Andrea Hirata antara lain:
a. Laskar Pelangi (novel, tahun 2005)
b. Sang Pemimpi (novel, tahun 2006)
c. Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas (novel, tahun 2010)
d. Sebelas Patriot (novel. tahun 2011)
4. Ayu Utami
Ayu Utami lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 21 November 1968. Ayu melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Rusia. Ayu pernah memenangi sayembara menulis cerita humor di majalah Horison dan beliau juga seorang peneliti di Institut Studi Arus Informasi. Pada tahun 1991, beliau menulis kolom mingguan bertajuk "Sketsa" di harian Berita Buana. Ayu juga pernah menjadi wartawan dalam Forum Keadilan, serta redaktur jurnal kebudayaan. Karya-karya Ayu Utami antara lain:
a. Saman (novel. tahun 1998)
b. Larung (novel, tahun 2001)
c. Si Parasit Lajang (kumpulan esai, tahun 2003)
d. Cerita Cinta Enrico (novel, tahun 2012)
5. Dewi Lestari
Dewi Lestari lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 20 Januari 1976. Dewi menyelesaikan pendikannya di Universitas Katolik Parahyangan, Jurusan Hubungan Internasional. Dahulu ia dikenal sebagai seorang penyanyi. Dewi adalah salah seorang pengarang yang menyita perhatian dalam dunia sastra ketika novel pertamanya, Supernova 1: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, laku 12.000 hanya dalam 35 hari. Beberapa novelnya telah diadaptasi dalam bentuk film. Karya-karya Dewi Lestari antara lain:
a. Supernova 1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (novel, tahun 2001)
b. Supernova 2: Akar (novel, tahun 2002)
c. Supernova 3: Petir (novel, tahun 2004), Perahu Kertas (novel, tahun 2009), Madre (kumpulan cerita, tahun 2011)
d. Supernova 4: Partikel (novel, tahun 2012)
e. Supernova 5: Gelombang (novel, tahun 2014), Filosofi Kopi (kumpulan prosa dan puisi, tahun 2003).
Sumber:
Syam, Yunus dkk. 2021. Ensiklopedi Perkembangan Bahasa Indonesia: Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Hikam Pustaka.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.