Istana Basa atau lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung merupakan sebuah museum yang menjadi replika dari kerajaan di Minangkabau yaitu Kerajaaan Pagaruyung.
Istana Basa yang berdiri sekarang merupakan replika dari istana asli yang terletak di atas Bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 akibat perang Paderi.
Istana ini sendiri sudah berulang kali dibangun karena sempat rusak karena terbakar, dan yang terbaru pada tanggal 27 Februari 2007 mengalami kebakaran akibat petir yang menyambar.
Akibatnya bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar, sebagian dokumen serta kain hiasan ikut habis terbakar. Barang barang yang masih terselamatkan saat ini disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar, sementara harta karun kerajaan sendiri tersimpan di Istana Silinduang, berjarak 2 Km dari lokasi.
Istana Pagaruyung menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang berlokasi di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah Pagaruyung Tj Emas, Kabupaten Tanah Datar, dengan menempuh perjalanan kurang lebih 111 Km atau berkendara sekitar 3 jam dari kota Padang.
Pada masa lalu, istana ini berfungsi selain tempat tinggal raja juga sebagai pusat pemerintahan dari kerajaan Pagaruyung, rentang waktunya cukup panjang dan melalui 2 fase keagamaan yaitu masa Budha dan Islam.
Istana saat ini memiliki 3 lantai yang terdiri dari 72 tonggak dan 11 gonjong atap, ciri khas bangunan dapat dilihat dari bentuk fisik bangunan yang dilengkapi dengan ukiran falsafah alam dan budaya Minangkabau.
Ruang bangunan di lantai 1 memiliki lantai yang beranjung atau kenaikan pada sisi yang lain, sehingga tidak rata antara sisi kiri dan kanannya. Ini menunjukkan jati dirinya sebagai Rumah Gadang Koto Piliang yang masih bersifat aristokrat.
Di lantai 1 ini kita disajikan singgasana raja, berbagai pakaian dari Tungku Tigo Sajarangan, serta gambar raja-raja Pagaruyung. Bangunan di belakangnya berfungsi sebagai dapur dan tempat persediaan.
Seperti khasnya Rumah Gadang Minangkabau di halaman depan dari istana ini juga ada dua buah Rangkiang atau lumbung padi yang berfungsi sebagai tempat cadangan pangan di waktu paceklik.
Lantai dua bangunan ini merupakan ruang aktivitas bagi putri putri raja yang belum berkeluarga. Sementara itu, lantai tiga lebih bersifat khusus yaitu untuk kamar tidur raja, semadi atau untuk mengintai pasukan musuh jika terjadi peperangan.
Sumatera Barat memang kaya dengan wisata sejarahnya, apabila anda menyukai wisata sejarah dapat berkunjung ke sini dengan tarif masuk sebesar Rp 15.000 untuk dewasa dan Rp 7.500 untuk anak anak, selain berfoto ria kita juga semakin mengenal sejarah dan budaya Minangkabau.
Selain itu, jika kita ingin berfoto layaknya putra dan putri Kerajaan Minang juga ada jasa penyewaan bajunya yaitu Rp.75.000 dewasa dan Rp 40.000 anak-anak.