Mendidik anak adalah tugas orang tua, baik ayah maupun ibu. Dalam hal mendidik anak, keduanya sama-sama memiliki tugas yang sama. Tidak cukup orang tua hanya memberikan pendidikan di luar rumah saja, seperti di sekolah-sekolah umum. Justru, pendidikan terbaik untuk anak itu dimulai dari rumah.
Keteladanan orang tua menjadi hal penting saat berada di rumah. Bila orang tua mencontohkan hal-hal yang baik, saya yakin anak akan menirunya. Namun sebaliknya, bila orang tua mengajarkan hal-hal buruk, maka bersiaplah kecewa, karena anak-anak juga akan meniru kebiasaan buruk ayah dan ibunya.
M. Safrodin, dalam bukunya, ‘Panduan Mendidik Anak Laki-Laki’ (terbitan Araska, 2011) menjelaskan bahwa orang tua memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang, yang diterimanya dari kodrat ilahiyah. Orang tua adalah pendidik sejati, yang karena itu pula, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak adalah kasih sayang yang sejati pula.
Hal yang penting dipahami bersama, bahwa dalam mendidik anak, orang tua harus membedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Mengapa harus dibedakan? Salah satu alasannya karena anak laki-laki kelak memikul tanggung jawab yang lebih berat, yakni sebagai imam atau kepala rumah tangga ketika ia sudah menikah.
Islam menempatkan laki-laki dan perempuan tidak pada relasi hierarkis. Masing-masing mempunyai tanggung jawab dan keunggulan. Allah menciptakan manusia dengan dua kelamin, namun masing-masing memiliki peran sendiri.
Namun demikian, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang disebabkan perbedaan fungsi masing-masing. Fungsi itu kita kenal dengan istilah kodrat, atau fitrah dalam bahasa Arab (Panduan Mendidik Anak Laki-Laki, halaman 99-100).
Salah satu hal yang penting diajarkan pada anak laki-laki adalah tentang kepemimpinan. M. Safrodin menjelaskan, kepemimpinan merupakan salah satu hal yang mutlak diperlukan bagi seorang anak, terutama anak laki-laki untuk terus tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa.
Membentuk karakter kepemimpinan dapat dilakukan sejak usia dini. Hal yang harus ditanamkan dalam proses tersebut adalah prinsip-prinsip, pemahaman, hingga keterampilan yang dapat digunakan anak ketika ia sudah besar dan menjadi pemimpin di tengah masyarakat (halaman 155).
Selain menanamkan tentang kepemimpinan pada anak laki-laki, orang tua juga harus berupaya mendidik anak lelakinya agar selalu berusaha menghormati kaum wanita. Menghormati di sini tentu memiliki makna yang luas, misalnya tidak memperlakukan wanita dengan semena-mena.
Jadilah anak lelaki sejati. Menjadi laki-laki sejati adalah menjadi seseorang yang mampu menghargai perempuan. Sebelum gerakan feminisme menyeruak seperti sekarang ini, Rasulullah Saw. sudah terlebih dulu mencontohkan sikap menghargai perempuan.
Dalam bersikap dan bertutur kata kepada istri, anak-anak dan para sahabat perempuan, beliau tidak pernah bertindak kasar maupun berucap yang menyakitkan hati (Panduan Mendidik Anak Laki-Laki, halaman 222-223).
Terbitnya buku ‘Panduan Mendidik Anak Laki-Laki’ karya M. Safrodin ini cocok dijadikan sebagai salah satu buku panduan bagi orang tua dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.