Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"

Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Buku ‘You Are Not Alone’ (Koleksi pribadi/Sam)

Jangan pernah merasa sendirian. Karena kita memiliki Tuhan yang selalu ada untuk kita di kala suka maupun duka. Ketika kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam diri kita, maka kita tidak akan merasa sendirian. Kita akan dapat menikmati kesendirian tanpa harus merasa kesepian.

Itulah di antara kesimpulan yang bisa saya petik dari buku berjudul ‘You Are Not Alone’ karya Arvan Pradiansyah yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo (Jakarta). Sebuah buku motivasi yang bisa dibilang sangat inspiratif dan perlu dibaca oleh siapa saja, khususnya orang-orang yang sedang merasa kesepian karena hidup dalam kesendirian.

Setiap orang pasti butuh kehadiran Tuhan. Hal ini tak bisa dibantah oleh siapa pun. Bahkan mereka yang tak memercayai keberadaan Tuhan pun sebenarnya dalam hati kecil mereka meyakini adanya Tuhan.

Sebagaimana diungkap oleh Arvan Pradiansyah dalam buku ini, “Bahkan orang yang ateis sekalipun sesungguhnya sangat merindukan Tuhan walaupun mereka senantiasa menutupi kerinduan tersebut dengan berbagai macam cara."

Tuhan bukanlah sosok yang jauh. Dia sangat dekat dengan diri kita dan senantiasa memperhatikan kita. Pemikiran inilah yang semakin meyakinkan penulis bahwa kalimat ‘You Are Not Alone’ sangatlah powerful (hlm. xiii).

Saya sangat yakin bahwa setiap orang ingin menjadi manusia yang cerdas. Cerdas dalam segala hal atau bidang, termasuk cerdas secara spiritual.

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, dia akan mampu melewati kehidupan ini dengan tenang, bijaksana, dan selalu bisa menemukan remah-remah hikmah dari setiap kejadian yang dilalui atau dilihatnya.

Kecerdasan spiritual menurut Marsha Sinetar adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang terinspirasi, the is-ness atau penghayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian.

Sedangkan Khalil Khavari menerjemahkan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dari dimensi nonmaterial kita. Inilah intan yang belum terasah yang kita semua memilikinya (hlm. 6). 

Menurut Arvan Pradiansyah, definisi kecerdasan spiritual yang tertinggi terbagi menjadi tiga. Pertama, orang yang cerdas spiritual adalah orang yang selalu merasa bersama Tuhan dalam setiap situasi.

Kedua, orang yang cerdas spiritual adalah orang yang seakan-akan dapat melihat Tuhan. Namun ketika ia tidak dapat melihat-Nya, ia senantiasa sadar sesadar-sadarnya bahwa Tuhan senantiasa melihat dan memperhatikannya kapan pun dan di mana pun ia berada.

Ketiga, orang yang cerdas spiritual adalah orang yang merasakan kebersatuan dirinya dan Tuhan di dalam cinta. Orang yang spiritual adalah orang yang sangat mencintai Tuhan dan begitu merindukan kehadiran Tuhan bersamanya.

Orang yang seperti ini tidak akan melakukan perbuatan yang tercela bukan karena ia takut akan hukuman Tuhan, tetapi karena ia tidak mau merusak cinta Tuhan, karena ia tidak mau mengecewakan Tuhan.

Menjalankan perintah agama sama artinya menjalankan perintah Tuhan. Orang yang beragama, mestinya dapat tumbuh menjadi orang yang baik atau berbudi pekerti yang luhur. Gemar menolong sesama atau rajin bersedekah misalnya, termasuk bukti bahwa kita orang yang beragama.

Hakikat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Oleh karena itu, orang yang “beragama” seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong dan melayani sesama manusia (hlm. 106).

Buku ini layak dibaca karena membahas banyak hal yang sangat penting untuk kita renungi sebagai bekal menjalani kehidupan. Selamat membaca dan semoga para pembaca dapat menemukan hikmah atau pelajaran berharga di dalamnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak