Resensi Novel Karya Tere Liye Berjudul "Pulang Pergi"

Candra Kartiko | Zidane Imanadin
Resensi Novel Karya Tere Liye Berjudul "Pulang Pergi"
Novel Pulang Pergi karya Tere Liye (Dok. Pribadi/

Identitas Buku

Judul                            : Pulang-Pergi

Penulis                         : Tere Liye

Jumlah Halaman     : 417 halaman 

Tahun Terbit               : 1 Januari 2021

Penerbit                       : Sabak Grip Nusantara

ISBN                               : 9786239554521

Cover buku dari novel ini di dominasi warna biru dan ada tambahan warna kuning di bagian atas, selain itu terdapat gambar seperti rumah yang mana jika diperhatikan, rumah tersebut berasal dari rusia. Rumah ini juga menggambarkan isi dari cerita novel ini yang berlatar belakang di negara rusia. 

Novel yang berjudul Pulang-Pergi merupakan cerita fiksi yang dibumbui dengan aksi dan kriminal. Sekitar 80% di dalam novel ini berisi perkelahian dan sisanya ada sedikit humor dan romantis. Penulis novel Pulang-Pergi yaitu Darwis atau yang lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye. Ia lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di Lahat, Sumatera Selatan. Pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini sempat bekerja sebagai akuntan sebelum menjadi penulis. Sudah banyak karya-karya yang ditulis oleh Tere Liye dan Pulang-Pergi menjadi salah satu novel yang paling banyak disukai oleh para penggemar Tere Liye. 

Sinopsis

Novel Pulang-Pergi mengisahkan seorang tokoh utama bernama bujang, dia adalah seorang mantan tukang pukul (pembunuh bayaran) terkenal dari keluarga salah satu shadow economy. Awalnya ketika Bujang berziarah di makam kedua orangtuanya, tiba-tiba ia diserang oleh Natascha yaitu orang kepercayaan Otets. Otets adalah ketua atau kepemimpinan tertinggi dari Brotherhood Bratva. Tujuan Natascha hanya sekedar menyampaikan pesan kepada bujang agar jangan melewatkan acara pertunangan Bujang dengan putri Otets yang bernama Maria. Tidak hanya itu, jika si Bujang tidak datang di acara tunangannya dengan si Maria maka akan ada perang besar. Akhirnya bujang mendatangi Otets yang ditemani oleh Salonga (sahabat bujang dan juga teman dekat Otets) Junior (orang kepercayaan Salonga).

Sebenarnya rencana awal Bujang menemui Otets bukan memenuhi keinginan Otets untuk bertunangan dengan putrinya, melainkan si Bujang ingin bernegosiasi agar acara tunangannya ditunda dahulu karena antara Bujang dengan Maria belum saling mengenal satu sama lain, sehingga Bujang memerlukan waktu untuk mengenal Maria dahulu. Namun ternyata di hari itu tidak ada pertunangan antara Bujang dengan Maria melainkan diganti langsung dengan pernikahan. Dengan berat hati Bujang pun mengikuti keputusan Otets, karena Bujang tidak mau membuat masalah dengan penguasa shadow economy paling kuat di Rusia.

Tak di sangka dihari acara pernikahan tersebut, ada insiden yang membuat acara pernikahan menjadi sangat menakutkan. Ternyata si Natascha menyerang Otets di acara pernikahan tersebut, karena Natascha memiliki dendam pribadi kepada Otets dan pada acara tersebut Otets meninggal dibunuh oleh Natascha dengan pasukannya Black Widow. Namun Natascha belum secara resmi menjadi pemimpin Bratva jika Maria, Bujang, Salonga, dan Junior belum dapat ia singkirkan. Di tengah pelarian, Bujang dan kawan-kawan harus menghadapi berbagai kelompok pembunuh bayaran yang mengincar mereka. Dalam pelariannya Bujang berusaha untuk menyusun rencana bersama kawan-kawannya dan meminta bantuan kepada orang yang tepat untuk melawan balik Natascha.

Kelebihan 

Menurut saya ini adalah novel yang sangat baik karena buku ini bercerita tentang shadow economy. Maksudnya yaitu selain perekonomian yang legal/sah agar masyarakat membayar pajak, ada juga perekonomian yang tidak sah, tidak membayar pajak, dan tidak diketahui oleh masyarakat, Istilahnya yaitu black market atau underground economy. Akan tetapi di dalam novel ini definisi tersebut sudah tidak relevan lagi karena menurut cerita di dalam novel ini, keluarga penguasa shadow economy itu sudah terlalu besar, maka kekuasaannya bukan hanya yang tidak membayar pajak akan tetapi mereka mampu merubah struktur negara hingga mengganti presiden. Tanpa disadari novel ini memberikan suatu point penting tentang literasi keuangan yaitu bagaimana sistem perekonomian di suatu negara bekerja. 

Selain itu cerita fiksi berbumbu aksi merupakan alur cerita yang bisa terbilang penuh dengan tantangan yang tidak membuat pembaca jenuh, sebab kebanyakan penulis di Indonesia banyak yang bergenre romantis daripada aksi dan kriminal. Padahal pasar untuk penikmat novel aksi yang berbumbu petualangan dan kriminal seperti ini sudah besar dan amat sangat berpotensi di Indonesia. Tere Liye bisa membawakan ceritanya melalui tulisan yang tidak menyulitkan pembaca, sehingga membantu pembaca untuk menikmati dan memahami setiap bagian ceritanya. Tere Liye bisa menghipnotis pembaca dengan setiap pilihan kata yang ia gunakan dalam setiap kalimatnya.

Banyak kata kata mutiara di dalam novel ini yang berkesan dan mewakili perasaan hati para pembacanya seperti:

"Terserah aku mau melakukan apa dengan hidupku sendiri. Aku mengurus hidupku, kau silahkan mengurus hidupmu sendiri, yang belum tentu juga lebih menarik dibanding milikku" (Thomas)

"Saat dia mati, bukankah dia hanya dikuburkan sendirian, harta sebanyak itu mau kalian bawa kemana saat dia mati, heh! Tidak ada satu koin emas pun yang dimasukkan ke liang kuburan, atau kalian bisa mentransfer uang ke alam kubur sana Bujang?"(Salonga)

Yang menurut saya menarik yaitu Salonga yang padahal seorang pembunuh dan penembak pistol nomor 1 di dunia yang sudah membunuh puluhan orang yang ternyata ia memiliki sisi yang melankolis, romantis, dan bisa memberikan nasihat yang mendalam. Tokoh-tokoh dari novel ini dipenuhi dengan tokoh yang paradoks. Jadi seakan-akan penulis mengajak kita bercermin untuk diri sendiri, terkadang kita merasa menjadi orang yang baik dan bisa jadi kita malah menjadi penjahatnya. Bisa jadi saya adalah penjahatnya, kalian saja yang tidak tahu apa yang saya lakukan selama ini.

Kekurangan

Tere liye “Pulang Pergi’ adalah serial lanjutan dari "pulang" dan "pergi" akan tetapi penerbit serial ini berbeda dengan serial sebelumnya, sehingga cover dan gaya bahasanya sedikit berubah. Namun kekurangan ini tidak terlalu berpengaruh pada ceritanya. 

Meskipun “Pulang Pergi” merupakan serial lanjutan, akan tetapi pembaca tidak perlu membaca serial sebelumnya karena kompleksnya alur dan konflik yang disajikan oleh penulis akan membuat kita merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama. 

Video yang mungkin Anda suka

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak