Hari Bahasa Ibu Internasional, Berikut 3 Fakta Menarik Tentang Bahasa Ibu

Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Hari Bahasa Ibu Internasional, Berikut 3 Fakta Menarik Tentang Bahasa Ibu
Ilustrasi Berbagai Macam Bahasa (unsplash/jacquelin brandwayne)

Pada setiap tanggal 21 Februari di seluruh dunia diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day. Peringatan yang dilakukan setiap tahunnya ini merupakan salah satu langkah dalam mempertahankan keragaman bahasa di seluruh dunia yang kian hari kian diambang kepunahan. Melansir dari situs National Today, Hari Bahasa Ibu Sedunia mulai diresmikan oleh PBB pada tahun 2002 dan dipilih tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Sedunia, meskipun secara umum peringatan Hari Bahasa Ibu Sedunia telah dilakukan sejak tahun 2000.

Merujuk kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), bahasa ibu sejatinya merupakan sebagai bahasa yang pertama kali dikuasai oleh seseorang ketika lahir melalui proses interaksi yang terjadi dengan sesama anggota keluarga atau lingkungannya yang memiliki bahasa yang sama atau sejenis. Dengan kata lain, bahasa ibu memang dapat diartikan sebagai bahasa yang dikuasai oleh seseorang yang dipengaruhi oleh bahasa yang terdapat di lingkungannya saat itu. 

1. Semakin Mengalami Kepunahan Dari Waktu Ke Waktu

Ilustrasi Pembelajaran Bahasa (unsplash/jr korpa)
Ilustrasi Pembelajaran Bahasa (unsplash/jr korpa)

Penggunaan beberapa bahasa ibu di seluruh dunia kian mengalami kemunduran hingga berujung punahnya beberapa bahasa dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut tentunya cukup disayangkan bagi beberapa pihak karena bahasa ibu selain merupakan bahasa pertama yang diketahui juga menjadi salah satu media penghubung antara kultur masyarakat setempat. Beberapa kalangan berpendapat punahnya bahasa ibu dikarenakan tidak terjadi regeneresi yang baik dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam ranah pendidikan yang memang kurang memperhatikan bahasa-bahasa lokal sebagai salah satu media pembelajaran.

BACA JUGA: Putus dari Fuji, Tangis Thariq Pecah Dipelukan Atta Halilintar: Udah Sayang Banget

2. Memiliki Jumlah Sekitar 7.000 Bahasa di Dunia

Banyak Ragam Bahasa di Dunia (unsplash/sigmund)
Banyak Ragam Bahasa di Dunia (unsplash/sigmund)

Menurut data yang dirilis oleh UNESCO, jumlah bahasa ibu diseluruh dunia saat ini berkisar antara 7.000 bahasa. Namun, terdapat fakta ironis yang menyertai jumlah bahasa tersebut saat ini. Pasalnya, sekitar kurang lebih 2.600 bahasa tersebut rentan mengalami kepunahan akibat dari perkembangan waktu yang kian mengabaikan eksistensi dari bahasa ibu. Hal tersebut selain memang kurangnya regenerasi, juga dipengaruhi oleh kurang didukungnya eksistensi bahasa lokal yang lazimnya menjadi bahasa ibu bagi manusia oleh pemerintah di beberapa negaran di dunia.

Bahasa lokal yang menjadi cikal bakal bahasa ibu seakan-akan tergerus oleh globalisasi yang kian masif pada era modern ini. Ironisnya, beberapa anak muda di zaman sekarang memang kurang mendapat pembelajaran mengenai bahasa lokal mereka yang sejatinya menjadi bahasa ibu yang diketahui olehnya. Tidak jarang pula mereka lebih fasih berbahasa luar daripada bahasa lokal yang menjadi bahasa ibu. 

3. Sejarah Munculnya Peringatan Hari Bahasa Ibu Sedunia

Ilustrasi Tata Bahasa (unsplash/brett jordan)
Ilustrasi Tata Bahasa (unsplash/brett jordan)

Asal muasal dari sejarah munculnya peringatan bahasa ibu sedunia ternyata cukup diwarnai sebuah kontroversi. Asal-muasal dari munculnya peringatan ini bermula dari seorang keturunan Bangladesh yang tinggal di Kanada menulis sebuah surat Kofi Annan di tahun 1998 yang merupakan Sekretaris Jendral PBB kala itu. Dia menulis sebuah surat yang berisikan mengenai penyelamatan bahasa-bahasa lokal di seluruh dunia dan mengusulkan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional.

Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan disetujuinya oleh UNESCO dengan menjatuhkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Tanggal tersebut dipilih karena pada tahun 1952 di Bangladesh yang saat itu masih menjadi bagian dari Pakistan terjadi aksi protes yang berujung dengan kekerasan berdarah imbas dari kondisi politik saat itu. Hal tersebut juga dipengaruhi dengan pemilihan bahasa nasional yang menjadi pemicu pecahnya konflik berdarah.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak