Review Novel 'Fighting, Son Seng Nim!', Lika-liku Seputar Kehidupan Guru

Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Review Novel 'Fighting, Son Seng Nim!', Lika-liku Seputar Kehidupan Guru
Novel Fighting, Son Seng Nim! (Dok.Pribadi/Fathorrozi)

Novel tebal berjudul Fighting, Son Seng Nim! ini mengisahkan perjalanan panjang seorang guru bahasa Inggris di sekolah Korea bernama Little Lolita. Guru bahasa Inggris yang kesehariannya berinteraksi dengan sahabat-sahabat lintas agama dan budaya tersebut bernama Teacher Fatima.

Nuraisah H selaku penulis novel setebal 391 halaman ini merupakan lulusan Sastra Inggris, yang usai kuliah lanjut mengajar di sebuah TK Korea di Jakarta. Lima tahun berikutnya, dia resign, dan mengajar di SDIT di Tangerang.

Ketika membaca perjalanan Teacher Fatima yang di tahun kelima ia dipindah-tugaskan oleh kepala sekolah dari Little Lolita Kebayoran Baru ke cabang yang ada di Kota Tangerang ini, seolah membaca pengalaman nyata yang dialami oleh penulis novel ini. Sebab, jurusan kuliah, lama mengajar, mata pelajaran yang diajarkan, serta tempat mengajar sama dengan kejadian di kehidupan nyata Nuraisah H.

Banyak lika-liku dan keluh-kesah yang ditemukan oleh Guru Fatima di tempat mengajarnya yang baru. Tak jarang saat jam istirahat ia bercerita tentang kejadian di kelas bersama anak-anak di hari perkenalan. Ada anak didiknya yang sangat kesulitan berbahasa Inggris, justru lebih nyaman berbahasa Indonesia.

Ada anak didik yang memanggilnya Kakka (panggilan anak-anak Korea kepada pengasuh mereka). Terdapat pula anak didiknya yang laki-laki suka mukul temannya dan gemar berteriak, hingga orangtua dari anak didiknya yang lain waswas sambil terus memegangi anak masing-masing sebab takut jadi korban pemukulan.

Semua perjalanan guru itu dituturkan dengan bahasa lugas dalam novel ini. Serta tak luput kisah asmara antara Teacher Fatima dengan Angga dan Lee Jun Ho. Dan akhir kisah pertemanan Fatima dengan teman sesama guru, Anna.

Anna yang setelah hengkang dari Little Lolita, dia mendalami agama Islam di Universitas Al Azhar. Lalu dia bekerja di sebuah media dakwah sebagai penulis di kolom Komparasi Agama.  Padahal sejak SMA hingga kuliah dia sudah masuk asrama gereja. Dia kemudian menjadi siswa berprestasi di kampusnya dan seorang yang rajin beribadah.

"Sejak tinggal di mes bersama Kakak, aku mencoba mengkaji kembali agama yang kuyakini. Kini aku lebih yakin bahwa yang kujalani sekarang adalah yang paling layak untuk jadi pedoman hidupku. Seperti kata Kakak, Islam sangat rasional, tidak hayal, tidak dogmatis, mencakup seluruh aspek kehidupan, dan memberi solusi bagi permasalahan apa pun dalam hidup," tulis Anna di website media dakwah tempatnya bekerja.

Inilah sebuah novel komplet yang mengisahkan pribadi seorang guru saat menghadapi diri sendiri, anak didik, teman-teman, juga kekasih. Sebagai individu yang telah mengemban amanah suci, guru harus mendedikasikan hidupnya kepada negara, guru dituntut untuk tetap bekerja totalitas penuh tanggung jawab, serta mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak