Perihal Cinta, Mencintai dan Dicintai: Ulasan Buku 'Seni Mencintai'

Candra Kartiko | Mulyana Wirianata
Perihal Cinta, Mencintai dan Dicintai: Ulasan Buku 'Seni Mencintai'
Ilustrasi Sampul Buku ‘Seni Mencintai’ karya Erich Fromm (DocPribadi/Mulyana Wirianata)

Cinta adalah salah satu pengalaman manusia yang paling kompleks dan mendalam. Hal ini telah menjadi subjek eksplorasi dan pemahaman selama berabad-abad. Salah satu buku klasik yang menggali makna dan esensi cinta adalah ‘Seni Mencintai’ karya Erich Fromm. Buku ini merupakan terjemahan dari ‘The Art of Loving’, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1956 dan masih relevan hingga hari ini.

Dalam tulisan kali ini, saya akan membagi hasill ulasan dari buku Seni Mencitai karya Erich Fromm menjadi beberapa sub bab, dengan maksud supaya memudahkan pembaca dalam memahami hasil ulasannya.

BACA JUGA: Ulasan Film The Princess Diaries, Film Populer Anne Hathway Tahun 2000-an

Identitas Buku

Judul: Seni Mencintai

Penulis: Erich Fromm

Penerbit: Basa Basi

Tahun Terbit: 2018

Jumlah Halaman: 188

Dimensi: 14 x 20 cm

Jenis Sampul: Soft Cover

Perkenalan dengan Erich Fromm

Erich Fromm adalah seorang psikoanalis dan filsuf kelahiran Jerman yang hidup pada abad ke-20. Ia terkenal karena pemikirannya yang mengkaji aspek-aspek psikologis, sosial, dan filosofis dari kemanusiaan. ‘Seni Mencintai’ adalah salah satu karya terpentingnya yang membahas esensi dan praktik cinta dalam kehidupan manusia.

Cinta sebagai Seni

Dalam bukunya, Fromm mengajukan gagasan bahwa cinta sejati adalah sebuah seni yang perlu dipelajari dan dikuasai. Ia membandingkan cinta dengan seni seperti musik atau melukis, yang membutuhkan latihan, pemahaman, dan pengembangan keterampilan. Menurutnya, banyak orang menganggap cinta sebagai sesuatu yang alami, tetapi dalam realitasnya, cinta adalah hasil dari usaha dan dedikasi yang mendalam.

Komponen Cinta

Fromm mengidentifikasi beberapa komponen penting dari cinta sejati:

1. Kasih sayang: Cinta sejati mengharuskan kita untuk merawat dan peduli terhadap pasangan kita, bukan hanya tentang menerima kasih sayang.

2. Pengorbanan: Cinta sejati mengharuskan kita untuk mengorbankan diri, tanpa kehilangan integritas diri.

3. Kebebasan: Fromm berpendapat bahwa cinta sejati memungkinkan pasangan untuk tetap merdeka, bukan sebagai akibat dari cinta, tetapi sebagai satu-satunya jalan menuju cinta yang sejati.

4. Keterikatan: Hubungan cinta yang sehat adalah hasil dari keterikatan yang kuat antara dua individu, yang terbentuk melalui komunikasi yang terbuka dan kejujuran.

BACA JUGA: Dua Kali Dikutip oleh Prabowo, Buku Ini Sempat Menghebohkan Indonesia akan Hilang

Cinta Narsistik vs Cinta Produktif

Fromm juga mengklasifikasikan cinta menjadi dua jenis: cinta narsistik dan cinta produktif. Cinta narsistik terfokus pada kebutuhan diri sendiri, sementara cinta produktif melibatkan memberi dan melayani pasangan. Menurut Fromm, cinta produktif adalah bentuk cinta yang paling sehat dan memuaskan.

Kritik terhadap Konsumerisme

Salah satu aspek penting dalam buku ini adalah kritik Fromm terhadap konsumerisme dalam hubungan manusia. Ia mengecam pandangan bahwa pasangan adalah objek yang dapat diganti dan dibuang seperti barang konsumen. Fromm mendukung pandangan bahwa cinta sejati melibatkan komitmen dan kesetiaan yang mendalam.

Kesimpulan

Buku karya Erich Fromm ini merupakan buku yang luar biasa dan akan terus relevan dalam pemahaman cinta dalam kehidupan manusia. Dengan gagasannya tentang cinta sebagai seni, komponen cinta yang penting, dan perbandingan antara cinta narsistik dan cinta produktif, Fromm memberikan perspektif yang berharga tentang bagaimana kita dapat mencapai hubungan cinta yang sehat dan bermakna. Buku ini membantu kita menyadari bahwa cinta bukanlah sesuatu yang alami, tetapi suatu seni yang dapat dipelajari dan dikuasai oleh siapa saja yang bersedia meluangkan waktu dan usaha.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak