Film selalu menjadi media yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam, termasuk dalam konteks filsafat. Satu film yang mengundang kita untuk merenung dan menggali makna kehidupan adalah serial teranyar dari Netflix yang merupakan karya anak bangsa "Gadis Kretek".
Film yang disutradarai oleh Karmila Andini dan Ifa Isfansyah ini sudah tayang sejak 2 November kemarin di Netflix. Selain itu film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Ratih Kumala. Adapun para pemeran utamanya antara lain: Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah (Jeng Yah), Ario Bayu sebagai Soeraja, Putri Marino sebagai Arum, dan Arya Saloka sebagai Lebas.
Tentunya dengan keberhasilan serial ini, respons positif sangat patut dipersembahkan. Namun, di balik itu terdapat beberapa hal yang kian menarik. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi sudut pandang filsafat yang terkandung dalam film "Gadis Kretek" dan mengungkapkan makna-makna mendalam yang dapat ditemukan di balik alur ceritanya.
1. Eksistensialisme: Pencarian Identitas
"Gadis Kretek" memainkan peran eksistensial yang kuat melalui perjalanan karakter utamanya, Jeng Yah. Filsafat eksistensialisme yang diperkenalkan oleh Heidegger, Sartre, Kierkegaard, Karl Jaspers dan Nietzsche menekankan pada kebebasan, tanggung jawab, dan pencarian makna hidup. Hal itupun tergambar dengan jelas di dalam film ketika Jeng Yah berusaha mencari identitasnya dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan, penonton dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang eksistensi dan tujuan hidup dari Jeng Yah itu sendiri.
2. Hedonisme dan Harga dari Kenikmatan
Film ini juga menyentuh konsep hedonisme, filsafat hedonisme pertama dikenalkan oleh murid Ariostoteles yang bernama Aristippus, di mana kebahagiaan diukur dari kenikmatan materi dan sensual. Namun, melalui karakter-karakternya, "Gadis Kretek" mengajukan pertanyaan kritis tentang apakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam kenikmatan duniawi semata. Ini memicu refleksi tentang nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam kehidupan.
3. Etika dan Pertentangan Moral
Dalam perjalanan karakter, kita menyaksikan pertentangan moral yang kompleks. Dilema etis dan keputusan sulit menyoroti konflik antara benar dan salah baik dalam diri Jeng Yah, Soeraja, Arum, bahkan Lebas. Dalam kerangka filosofis, ini merangsang pemirsa untuk mempertanyakan esensi moralitas dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang diambil oleh para karakter. Salah satu dari sekian banyaknya filsuf yang mendalami tentang etika dan moral antara lain; Thomas Aquinas dan Immanuel Kant.
4. Pencerahan dan Transformasi: Jalan Menuju Kebijaksanaan
Seperti banyak kisah filsafat, "Gadis Kretek" mencerminkan perjalanan pencerahan karakter utamanya. Melalui perjuangannya, kita melihat perubahan dari ketidakpastian menjadi kebijaksanaan. Hal ini dapat diartikan sebagai perwujudan perjalanan manusia menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya dan dunia di sekitarnya.
5. Simbolisme: Rokok sebagai Metafora Kehidupan
Rokok, yang menjadi elemen sentral dalam film ini, dapat dianggap sebagai simbolisme untuk kehidupan. Rokok dapat merepresentasikan kejenuhan, ketergantungan, atau bahkan kebebasan. Pandangan filosofis dapat mengajak penonton untuk merenung tentang bagaimana elemen sederhana seperti rokok dapat mengandung makna yang mendalam tentang kondisi manusia.
Dalam film "Gadis Kretek", kita menemukan perpaduan yang menarik antara narasi sinematik dan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Film ini bukan hanya tentang hiburan semata, tetapi juga mengundang penonton untuk merenung dan meresapi makna-makna yang lebih dalam tentang kehidupan, identitas, moralitas, dan eksistensi manusia. Dengan merenung pada sudut pandang filsafat, kita dapat menemukan kebijaksanaan dan inspirasi dari kisah sederhana yang teranyam dalam untaian gambar dan dialog.