Menikah adalah sebuah keputusan besar. Siapa pun yang sudah mengambil langkah untuk mengarungi bahtera pernikahan, harus siap berkomitmen dan bertanggung jawab atas biduk rumah tangga yang akan dijalani bersama.
Kerap kali dalam perjalanan berumah tangga, sepasang suami istri akan menemui batu sandungan, jurang menganga, rintangan, hambatan, jatuh bangun berkali-kali. Bagi mereka yang saling memberi dukungan, pasti akan lebih mudah untuk bangkit bersama.
Lain halnya, jika pasangan suami istri tak bisa bahu-membahu mengatasi setiap masalah yang ada. Pertengkaran akan sering mewarnai rumah tangga dan bukanlah tak mungkin berujung pada perpisahan.
Mengenai perpisahan, bisa juga terjadi jika suami istri tak lagi saling mencintai. Seperti tanaman yang bisa dipupuk dan tumbuh subur, cinta pun demikian. Jika dirawat, cinta akan tumbuh besar. Namun, jika salah seorang atau keduanya lalai menjaga cinta, cinta bisa layu bahkan mati.
Mengenai cinta yang layu dalam sebuah pernikahan, ada kisah menarik dalam buku Ketika Saatnya karya dari Darmawati Majid. Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang bisa dijadikan bahan renungan bagi kalian, yang ingin atau sudah berumah tangga.
Dalam cerpen 'Ketika Saatnya', yang berjudul sama dengan judul buku ini, dikisahkan sepasang suami istri, Rafa dan Alaida, tengah berada di ujung jurang pernikahan. Sikap Rafa berubah pada sang istri selama enam bulan terakhir.
Rafa semakin jarang tinggal di rumah. Jika ia kembali ke rumah, itu semata-mata untuk menjalankan kewajibannya sebagai ayah bagi kedua orang putrinya. Ia memperhatikan keperluan Ghaida dan Firry serta menyempatkan diri mengantarkan mereka ke sekolah.
Sedangkan kepada Alaida, sikap Rafa tak lagi lembut seperti dahulu. Ia bicara seadanya, berlaku seperlunya, cenderung ketus, dan seolah tersiksa karena masih bertahan dalam ikatan pernikahan dengan Alaida.
Semuanya karena adanya orang ketiga. Riani, mantan pacar Rafa saat masih di SMA kembali hadir dalam kehidupannya. Cintanya kepada Riani kembali bersemi, sementara cinta Rafa untuk Alaida sudah mengering dan tinggal menunggu waktu saja untuk keduanya berpisah.
Selain cerpen Ketika Saatnya, masih banyak cerpen lainnya dalam buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (2019) ini yang bisa kita nikmati. Seperti cerpen 'Kiriman dari Inggris', berkisah tentang perempuan yang tak mencintai suaminya, sementara sahabatnya berhasil meraih impiannya, terutama dalam memperoleh pendamping hidup.
Kumpulan cerpen dalam buku ini sangat kental dengan lokalitas Makassar, baik dalam bahasa maupun cerita. Adat istiadat dan kebiasaan suku Bugis, terutama dalam pernikahan, digambarkan dengan sangat detail.
Sebagian besar dari cerpen-cerpen ini bertemakan tentang pernikahan. Tentunya, banyak pelajaran mengenai lika-liku pernikahan yang bisa kita ambil hikmahnya. Semoga membuka hati dan pikiran kita tentang pentingnya berkomitmen dalam sebuah pernikahan.