Ulasan Novel A Man Called Ove, Si Pria Tua Pemarah yang Ingin Mati

Hernawan | Tiana Yuthi
Ulasan Novel A Man Called Ove, Si Pria Tua Pemarah yang Ingin Mati
A Man Called Ove (DocPribadi)

Ditulis oleh Fredrik Backman, penulis asal Swedia, A Man Called Ove menyuguhkan kisah sederhana yang menghangatkan hati. Ove adalah pria tua pemarah yang baru saja ditinggalkan istrinya. Sonja, istri Ove, meninggal. Tak ada hal lain yang ingin Ove lakukan tanpa Sonja, jadi ia ingin sekali mati agar bisa menyusul istrinya. 

Namun, suatu hari Ove kedatangan tetangga baru yang amat berisik dan begitu peduli padanya. Dia adalah Parvaneh, perempuan hamil beserta suami dan dua anak perempuannya. 

Ove sudah mencoba bunuh diri berkali-kali, tetapi usahanya selalu saja gagal. Ove semakin sebal karena usaha kerasnya itu digagalkan oleh hal-hal remeh. Seperti gedoran pintu yang dilakukan Parvaneh, misalnya. Perempuan itu memintanya untuk mengantar ia ke rumah sakit karena suaminya jatuh dari tangga. Selagi Parvaneh mengurus suaminya, Ove menjaga kedua putri Parvaneh dan menonjok badut rumah sakit yang mencuri koinnya. 

Setelah lelah dengan berbagai percobaan bunuh diri yang gagal, Ove memutuskan untuk mati dilindas kereta api. Namun, saat ia akan melompat ke rel, pria di sampingnya tiba-tiba kejang dan terjatuh. Tak ada yang melompat turun untuk menolong pria itu, sementara kereta api semakin dekat. Sambil mengomel, Ove akhirnya turun tangan menyelamatkan si pria itu. Karena kejadian tersebut direkam seseorang, Ove terkenal dan dikejar wartawan untuk diwawancarai. 

Namun, Ove tak suka wawancara. Hingga kemudian ada satu kejadian yang membuatnya harus meminta bantuan si wartawan. Ove ingin menyelamatkan Rune, sahabat sekaligus musuhnya, yang akan dibawa paksa ke panti jompo. 

Ove tak tahu mengapa ia jadi terlibat dengan begitu banyak orang. Padahal ia hanya ingin mati. Pada Sonja, Ove mengucapkan permintaan maafnya. 

"Kau menjadi sangat marah ketika aku bertengkar dengan orang-orang. Aku tahu itu. Tapi, inilah kenyataannya. Kau harus menungguku sedikit lebih lama di atas sana. Saat ini aku tidak punya waktu untuk mati." (halaman 388).

Interaksi yang terbuka antara Ove dan para tetangganya itu akhirnya membuat Ove berpikir ulang tentang mengakhiri hidupnya. 

Novel memikat ini berakhir pada halaman 440. Ove mencuri perhatian pembaca dengan perilakunya yang jujur, senang memaki dan marah-marah padahal ia begitu peduli. Ove juga merupakan sosok yang protes pada dunia yang kini serba digital. Menurutnya, hal itu membuat manusia semakin malas dan jadi tak berguna. 

Kisah Ove ditutup dengan manis untuk semua tokoh. Sebagai pembaca, saya puas sekali dan ingin berbagi ulasan agar lebih banyak yang tertarik membaca buku ini. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak