Review Film Anime The Tunnel to Summer, the Exit of Goodbyes: Kisah Suram dan Emosional

Hayuning Ratri Hapsari | Alfanni Nurul
Review Film Anime The Tunnel to Summer, the Exit of Goodbyes: Kisah Suram dan Emosional
Salah satu adegan dalam film anime 'The Tunnel to Summer, the Exit of Goodbyes' (instagram.com/encorefilms)

Film anime The Tunnel to Summer, the Exit of Goodbyes turut meramaikan bioskop Indonesia pada bulan November 2023 lalu. Film ini merupakan adaptasi dari light novel populer Jepang berjudul sama karya Mei Hachimoku.

Film ini mengikuti kisah dua tokoh utamanya, yaitu Kaoru Touno dan Anzu Hanashiro. Kaoru merupakan siswa SMA yang menjalani hidup dengan suram dan perasaan bersalah sejak kematian adiknya perempuannya. Sejak saat itu, keluarga Kaoru hancur dan orang tuanya bercerai.

Suatu hari Kaoru berhenti di sebuah terowongan misterius bernama Terowongan Urashima yang rumornya dapat mengabulkan permintaan seseorang. Kaoru mencoba memasuki terowongan dan menyadari bahwa waktu di luar berjalan lebih cepat. 

Di kemudian hari, Kaoru kembali memasuki terowongan dan menemukan siswa pindahan di kelasnya bernama Anzu Hanashiro di dalam terowongan. Anzu mengetahui rumor tersebut dan melakukan sebuah eksperimen agar permintaannya dikabulkan.

Kaoru dan Anzu bekerja sama untuk mendapatkan keinginan mereka lewat Terowongan Urashima. Namun, ada harga tinggi yang harus dibayar untuk mengabulkan permintaan mereka. 

Film The Tunnel to Summer, the Exit of Goodbyes menggabungkan genre fantasi misteri dengan bumbu romansa. Lewat film ini, penonton diajak mengetahui di balik misteri Terowongan Urashima lewat eksperimen yang dilakukan Kaoru dan Anzu. 

Film ini juga memberikan kisah suram dari kedua pemeran utamanya yang menjadi alasan mereka memasuki terowongan. Hidup Kaoru menjadi suram selepas kematian adiknya. Ia pun menjadi pribadi pendiam dan tak pernah tersenyum.

Di sisi lain, Anzu mengalami penolakan atas mimpinya oleh kedua orang tuanya. Hal itulah yang menyebabkan dirinya meninggalkan rumah dan hidup seorang diri demi mewujudkan mimpinya tersebut.

Film ini tidak hanya menyuguhkan kisah yang emosional. Sinematografi dalam film begitu cantik dan memanjakan mata. Apalagi visual yang ditampilkan dalam scene di dalam terowongan yang begitu bersinar. 

Kemudian, scene akuarium dan festival kembang api juga menyuguhkan sinematografi tak kalah cantiknya. 

Hal tersebut berbeda ketika berada di luar terowongan. Meskipun latar di pedesaan dengan suasana yang sejuk dan masih asri, tone warnanya yang ditunjukkan terasa ada efek abu-abu yang menggambarkan kisah suram Kaoru dan Anzu.

Hanya saja, bagian awal film terasa sedikit membosankan. Apalagi tempo yang cerita yang lambat tanpa ada dialog sehingga tak membuat bosan. Namun, film kembali hidup ketika konflik cerita dimulai.

Film ini menempatkan remaja sebagai pusat cerita dengan impian dan keputusasaan dalam satu waktu. Walaupun terlihat suram, film ini mampu menyampaikan pesan menyentuh kepada penontonnya.

Lewat kisah Kaoru dan Anzu, penonton diajak untuk selalu mengingat dan menikmati setiap momen berharga dalam hidup. Tak hanya itu, penonton juga diperlihatkan kisah seorang remaja berharap dalam mimpinya dan titik balik dari sebuah keputusasaan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak