Ulasan Novel 24 Jam Bersama Gaspar, Kisah Detik-Detik Terakhir Seorang Detektif Amatir

Hikmawan Firdaus | Athi S. R.
Ulasan Novel 24 Jam Bersama Gaspar, Kisah Detik-Detik Terakhir Seorang Detektif Amatir
Buku "24 Jam Bersama Gaspar" (Dok. pribadi penulis)

Gaspar adalah lelaki berusia 35 tahun. Ia hidup dari warisan ayahnya. Gaspar adalah lelaki bebas yang pernah menjadi penulis tapi gagal, dan baru saja putus dari pacarnya. Suatu hari, ia berencana merampok sebuah toko emas milik Wan Ali, demi mengambil sebuah kotak hitam.

Ia pun membujuk beberapa orang agar mau diajak masuk komplotan. Ia bertemu Afif, yang kemudian dipanggilnya Agnes. Keduanya bertemu Bu Tati secara kebetulan, yang kemudian mengantar mereka menemui Yadi, anak Bu Tati.

Gaspar pun semakin mendesak Yadi untuk ikut merampok, saat melihat Nurida, istri Yadi, mereong karena suaminya tidak punya uang. Suami istri tersebut bekerja di toko Wan Ali. Gaspar juga bertemu Njet, seorang tukang bengkel, yang kemudian ia jodohkan dengan mantan pacarnya.

Akhirnya, berkat kemampuan menghasutnya yang hebat, Gaspar beserta motornya yang ia namai Cortazar, dan lima orang tersebut bersama-sama merealisasikan rencana perampokan toko Wan Ali dalam 24 jam.

Buku ini menyenangkan, bahkan sangat menyenangkan. Kita akan temukan humor khas Dio, sapaan akrab Sabda Armandio, di setiap halamannya. Kelakar yang ceplas-ceplos, tanpa filter dan penuh plot twist.

Misalnya, di halaman 20, lihatlah bagaimana Gaspar berusaha memaklumi sifat keras kepala orang tua, yaitu Wan Ali dengan seramah mungkin.

“Beberapa orang jadi menarik karena mempertahankan sifat polosnya. Saat kau kecil, kau akan tampak imut setengah mati dengan kepolosanmu yang pelan-pelan berubah menjadi ketololan yang tentu tak kalah lucunya seiring usia bertambah.

Di halaman berikutnya, Dio kembali menuliskan kalimat yang endingnya bikin kecele. 

“Kunyalakan mesin Cortazar dan memikirkan bagaimana cara mengajak seorang guru Bahasa Inggris merampok toko emas. Guru Bahasa Inggris ini mantan teman SMA dan mantan atlet sepak takraw dan mantan pacarku.”

Dio juga dengan santainya membuat karakter-karakternya menyinggung tokoh-tokoh publik. Seperti dialog dua penggemar Budi Alazon, musisi yang telah dianggap legenda, berikut ini.

“Kau tahu berapa harga tiket konser reuni Dewa 19? Bisa buat beli seratus slop rokok, dan ludes. Ludes. Orang suka nostalgia, baik Ahmad Dhani dan Budi Alazon tahu itu.”

“Hei, Kurap, jangan letakkan nama Budi Alazon dengan Ahmad Dhani dalam satu kalimat. Enggak selevellah. Kita ini sedang membicarakan tuhan, bukan dewa abal-abal.” (h. 30)

Gaspar merupakan sosok dengan pemikiran yang aneh, random. Ia menggunakan himne pramuka sebagai nada dering ponsel, hal yang tidak ada orang lain selain dirinya yang melakukannya.

“Sejak menggunakan lagu itu sebagai nada dering, aku merasa dipandu dan diawasi segerombolan bocah pramuka sepanjang hari.” (h. 23)

Gaspar juga selalu berkelakar, dan humornya bervariasi, termasuk humor badut.

“Aku memasukkan kaki ke dalam sepatu yang sedari tadi diinjak Afif.

‘Jadi dari tadi kau enggak pakai sepatu?’

Aku cuma cengar-cengir kuda.” (h. 52)

Saat menemui Yadi untuk membujuknya agar ikut komplotan, ia beralasan bahwa ia butuh orang dalam, yang secara tidak langsung menyindir nepotisme yang terjadi secara merata di setiap sistem di negara ini.

“Segala sesuatu di negeri ini lebih mudah kalau punya orang dalam.” (h. 70)

Gaspar juga selalu bertingkah dramatis, salah satunya lewat kata-kata yang cocok dijadikan dialog novel.

“Tinggalkan pekerjaanmu,” kataku, “dan merampoklah.” (h. 74)

Ia selalu punya cara mengancam orang lain walau dia sendiri tidak benar-benar serius dengan kata-katanya, hanya untuk mendapatkan kesan intimidatif. Lihatlah saat ia mengancam Yadi menggunakan kelemahan pria itu, yaitu istrinya.

“Kau pernah dengar cerita tentang suami yang ditinggal istrinya karena dia miskin?” bisiknya pada Yadi. (h. 90)

Dio juga tak pernah kehilangan akal untuk mengakhiri paragraf dengan kalimat jenaka. Dengarkanlah perkataan Yadi saat mereka datang ke rumah Njet, yang di halamannya ada tiga tengkorak kepala kerbau di atas papan nama bengkel.

“Ini bengkel motor atau rumah dukun santet?” (h. 92)

Namun begitu, perjalanan Gaspar selama kurang dari 24 jam dalam buku ini sebetulnya adalah catatan perjalanan Gaspar sepanjang hidupnya. Ia menjadi Gaspar setelah melewati kisah hidup yang tak terduga sejak masa kecilnya, kehilangan banyak hal di masa remaja, hidup kesepian, lalu berdamai dengan keadaan.

“Setelah itu kuceritakan pada Cortazar bahwa ada masa ketika apa yang manusia sebut cinta dan empati memiliki wujud, bisa dipegang dan ditendang-tendang, lalu suatu hari banjir besar menghanyutkan keduanya. Apa yang kita pahami hari ini tentang kedua benda itu hanya legenda yang setengah mati dihidupkan dalam setiap percakapan.” (h. 171)

Novel ini sangat berat. Bukan dari jumlah halamannya, tapi dari bobot yang terkandung pada narasi dan dialog tokoh-tokohnya. Ia memberikan rasa segar dengan humor-humor spontan, cerkas, tapi juga terasa gelap dan sedih. Setiap karakter memegang posisi sama penting, kemudian berkembang dan bersamaan dengan plot yang dirajut super mulus, menjelaskan sosok dan kisah seorang Gaspar secara utuh.

Barangkali, kutipan di awal buku dari lagu Blind Melon berjudul “Mouthful of Cavities” adalah ringkasan yang tepat untuk buku ini.

“Your soul’s a bowl of jokes.”, bahwa jiwa kita sesungguhnya selalu penuh oleh hal-hal lucu dan jenaka.

Saya sangat merekomendasikan novel ini, bila Anda ingin menikmati cerita “detektif” dengan narasi yang kritis, humor bertebaran hampir di setiap halamannya, bernuansa sedih, sekaligus penuh plot twist di sana-sini.

Sebagai info, naskah novel ini adalah Pemenang Unggulan Sayembara Novel DKJ tahun 2016. Kata panel juri, “Ringan dan menyenangkan. Ia menghadirkan individu-individu yang sepintas tampak sepele namun sesungguhnya kaya dan mengayakan; mengandung kesadaran sekaligus kritik atas konvensi cerita detektif. Dialog tokoh-tokohnya tampak berbobot, mengena, dengan alusi yang mengarah ke semesta dunia.”

Tahun 2021, Visinema mengumumkan akan membuat film dari novel ini. Pada 6 Oktober 2023, film tersebut telah tayang perdana di Busan International Film Festival, dengan pemeran Reza Rahadian, Shenina Chinnamon dan Laura Basuki.

Selamat membaca dan menyelami semesta Gaspar!

Judul : 24 Jam Bersama Gaspar

Penulis : Sabda Armandio

Penerbit : Mojok

Cetakan : I, 2017

Tebal : 228 halaman

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak