Review Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri: Ketika Buku Bisa Menjadi Teman Baik

Hikmawan Firdaus | Ruslan Abdul Munir
Review Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri: Ketika Buku Bisa Menjadi Teman Baik
Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri karya HeloBagas (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)

Kadang hidup memang penuh dengan kejutan dalam perjalanannya. Ada saatnya kita berada dalam suasana kebahagiaan, tapi dengan cepat kita bisa tiba-tiba larut dalam kesedihan.

Kesedihan ini yang membuat kita hanya bisa meratapi nasib dan tak jarang menyalahkan diri sendiri dan mempertanyakan semua yang telah terjadi.

Jika kamu sedang mengalami hal demikian, cobalah untuk jujur pada perasaanmu sendiri, biarkan emosi-emosi yang terpendam itu keluar dengan sendirinya.

itulah premis yang diangkat dalam buku "Nanti Juga Sembuh Sendiri" karya HeloBagas. Buku ini merupakan buku self improvement yang ditrbitkan oleh penerbit Gradien Mediataman.

HeloBagas sendiri merupakan seorang pengisi suara dibalik podcast Kita dan Waktu dan Cerita Sebelum Tidur yang terkenal dengan renungan-renungannya yang dekat dengan kehidupan.

Di antara deretan buku motivasi yang keras kepala menyuruh kita bangkit, Nanti Juga Sembuh Sendiri justru hadir seperti sahabat lama yang tak banyak tanya, tapi duduk tenang di sebelahmu saat kamu merasa hancur.

Buku ini tak memaksa pembacanya untuk kuat, tak menyuruh cepat sembuh. Sebaliknya, ia mengajak untuk diam sejenak, mengenali perasaan sendiri, dan merangkul luka tanpa tergesa.

Buku yang hanya terdiri dari 184 halaman ini berisi sekumpulan kata-kata yang sangat reflektif, jujur, dan tulus dari seorang penulis yang terasa sangat dalam.

Buku ini bukan tipe buku yang berat dan penuh dengan tulisan, tetapi berisi beberapa kalimat dalam setiap halamannya namun sangat menyentuh dan membuat kita merenung.

Buku ini sifatnya personal, dan merupakan tulisan-tulisan penulis yang ia abadikan dalam sebuah karya disaat sedang dalam titik terendahnya.

Buku ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dan tidak perlu untuk berpura-pura kuat di dunia yang serba cepat dan keras ini. Dunia yang mungkin belum bisa berpihak pada kita.

Disetiap perjalanan pasti butuh jeda dan istirahat, jika memang sudah waktunya maka istirahatlah, bahkan kalau perlu menangislah, jika hal itu bisa membuat dirimu menjadi lebih baik.

Tentang cinta, penerimaan, mengikhlaskan, semuanya menjadi satu kesatuan dalam buku yang bisa dibilang ringan dan bisa dijadikan teman ketika kita sedang sendirian.

Teman yang akan menemanimu dalam segala kondisi. Teman yang selalu ada dan tidak akan pernah membuatmu merasa bosan. Teman yang tidak pernah memujimu dengan berlebihan.

Pada beberapa halaman juga dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang membuat setiap halamannya menjadi lebih menarik. 

Kamu bisa membuka halaman mana pun dalam buku ini, tak perlu urutan. Buku ini tidak punya alur, karena hidup dan perasaan juga tidak selalu berurutan.

Kadang kamu bahagia pagi ini, lalu jatuh di sore hari. Kadang kamu tertawa, lalu menangis dalam waktu yang sama. Dan buku ini mengerti itu.

Dalam tiap halaman, pembaca seolah sedang ngobrol dengan seseorang yang tidak menghakimi. Ia tidak bilang “kamu harus semangat”, tapi malah bilang, “boleh kok lelah, nggak apa-apa kok kalau sedih.”

Kalimat-kalimat seperti ini mungkin terdengar sangat sepele, tapi bisa jadi penyelamat bagi orang-orang yang terlalu lama memendam luka.

Memang, buku ini tidak cocok untuk semua. Jika kamu sedang ingin motivasi penuh semangat atau solusi yang cepat, mungkin kamu akan merasa buku ini terlalu melankolis.

Tapi untuk mereka yang sedang berjuang diam-diam, entah karena patah hati, kehilangan, atau hanya merasa sendirian, buku ini bisa jadi teman yang paling jujur.

Buku ini tidak akan menyembuhkanmu dalam semalam. Tapi ia bisa membuatmu merasa sedikit lebih baik. Dan kadang, itu saja sudah cukup.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak