Ulasan Novel Melody & Mars, Humor Menggelitik di Antara Masalah yang Pelik

Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Ulasan Novel Melody & Mars, Humor Menggelitik di Antara Masalah yang Pelik
Ilustrasi novel Melody & Mars (Ipusnas)

Membebankan tanggung jawab yang teramat besar kepada anak, apalagi jika tanggung jawab yang disodorkan tersebut bukanlah kewajiban sang anak, agaknya bukanlah tindakan yang bijak. Orang tua yang memaksakan kehendak mereka, pada akhirnya cuma akan menghancurkan masa depan dan semua impian yang dimiliki sang anak.

Itu pula yang terjadi pada Marshall dalam novel Melody & Mars karya dari Mia Arsjad dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2015), yang akan saya berikan ulasannya berikut ini.

Marshall sejak dari SD hingga duduk di bangku kuliah selalu menuruti kemauan kedua orang tuanya. Sifatnya yang easy going dan tak mau ambil pusing membuat Marshall terima-terima saja dengan pilihan orang tuanya di segala hal dalam hidupnya.

Sampai suatu hari Marvel, kakak dari Marshall, meninggal dunia. Dian, istri Marvel, shock dengan kepergian suaminya yang tiba-tiba di saat dirinya tengah hamil.

Kehidupan Marshall jungkir balik seketika dengan beban tanggung jawab yang kemudian dipaksakan kedua orang tuanya untuk ia ambil alih.

Di tengah kegalauan, Marshall bertemu Melody. Gadis polos dan gampang panikan yang menolong Marshall karena menyangka lelaki itu bermaksud bunuh diri. Pertemanan kemudian terjalin antara Melody dan Marshall, Mel dan Mars.

Mel yang seorang pendengar yang baik dan suka melempar kalimat lucu dengan muka datar, membuat Mars selalu terhibur dan bisa melupakan beban berat yang menggantung di pundaknya.

Suatu kali seusai curhatan Mars tentang hidupnya, Mel mengucapkan sesuatu yang membuat Mars tertegun.

“Hidup cuma untuk menjalankan perintah orang lain, itu sama aja nggak hidup. Hidup itu pilihan. Biarpun berat, kalau itu pilihan sendiri, kita pasti ikhlas dan sepenuh hati memperjuangkannya.” (hlm 149)

Demikian pula dengan Mel. Kejailan Mars, celetukan-celetukan penuh humor, dan sifat ceria dan santai lelaki itu, membuat Mel yang hidupnya serba terjadwal (bahkan sekadar untuk fotokopi) menjadi berani belajar spontan.

Mars juga yang gantian menasihati Mel ketika gadis itu bersedih karena nilai ujiannya yang kemungkinan salah nilai dan harus ia tanyakan pada dosennya.

“Mendingan lo happy dengan yang ada di depan mata daripada sedih karena sesuatu yang nggak pasti. Ibaratnya, kalaupun besok lo sedih, jangan lo buang kebahagiaan lo hari ini.” (hlm 77)

Melody & Mars, novel romance comedy yang konyol dan menggelitik. Humor-humornya segar dan bikin saya ngakak berkali-kali, apalagi di bagian Mel akhirnya tahu jika Mars seorang bintang iklan ‘nyeleneh’.

Gaya penceritaan penulis sangat kental dengan nuansa komedi, tapi semuanya begitu pas dan tidak berlebihan. Konflik yang disajikan juga beragam, tak hanya tentang masalah Mars, tapi juga masalah Mel yang terjerat kasus pelecehan dan pemerasan.

Kemistri antara Mel dan Mars, juga dengan kedua sahabatnya, Darla dan Pipit, terbangun dengan sangat baik dan penuh kekocakan.

Sebagai penggemar buku bergenre komedi, novel ini sudah membuat saya sangat puas. Buat kalian yang sedang galau, suntuk, sedih, stres, dan masalah hidup lainnya, membaca buku ini dijamin bisa membuat masalah kalian tadi terlupakan. Jadi, tunggu apalagi?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak