Review Film 'Mayhem' Kritik Satir terhadap Dunia Korporat

Hikmawan Firdaus | Caca Kartiwa
Review Film 'Mayhem' Kritik Satir terhadap Dunia Korporat
Adegan film Mayhem (IMDb)

Film "Mayhem," yang dirilis pada tahun 2017 dan disutradarai oleh Joe Lynch, menyuguhkan perpaduan yang unik antara aksi, horor, dan satir sosial. Dengan premis yang tidak biasa, film ini mengeksplorasi tema kebijakan perusahaan dan frustrasi karyawan melalui suasana yang penuh dengan kekacauan dan ketegangan. 

Melibatkan Steven Yeun sebagai pemeran utama, film ini menyajikan pengalaman yang intens dan mengundang penonton untuk merenung tentang realitas dunia korporat.

Cerita "Mayhem" berpusat pada Derek Cho (Steven Yeun), seorang pegawai di sebuah perusahaan hukum yang terlibat dalam kasus virus misterius yang menghapus semua filter sosial dan membebaskan nafsu dan keinginan terlarang. 

Ketika kantor perusahaannya dikarantina, Derek dan seorang karyawan lainnya, Melanie Cross (Samara Weaving), harus menavigasi lingkungan yang kacau dan kompetitif untuk mencapai puncak gedung dan menghadapi para eksekutif yang bertanggung jawab atas keadaan tersebut.

Satir sosial dalam "Mayhem" terutama difokuskan pada dunia korporat yang terkadang kejam dan tidak manusiawi. Film ini mengambil sudut pandang yang kritik terhadap kebijakan perusahaan yang hanya memandang karyawan sebagai angka-angka statistik tanpa memperhatikan kesejahteraan dan kepuasan pribadi mereka. 

Dengan memanfaatkan virus sebagai metafora, "Mayhem" mengeksplorasi apa yang terjadi ketika semua norma sosial dihapus dan individu bebas untuk melampiaskan segala ketidakpuasan mereka.

Steven Yeun memberikan penampilan yang memukau sebagai Derek Cho. Ia berhasil membawakan karakter yang awalnya terkendali dan profesional, kemudian berubah menjadi individu yang penuh keberanian dan penentangan terhadap sistem yang menindas.

Sementara kehadiran Samara Weaving sebagai Melanie Cross memberikan dinamika yang menarik, menciptakan pasangan yang komplementer dalam perlawanan mereka terhadap ketidakadilan korporat.

Aksi dalam "Mayhem" pun dihadirkan dengan keganasan dan keberanian yang menarik. Ketika karyawan-karyawan yang terinfeksi virus berusaha melewati lapisan-lapisan tantangan, penonton dibawa dalam serangkaian pertarungan dan kekacauan yang memicu adrenalin. Sinematografi yang dinamis dan penyutradaraan aksi yang cerdas membantu menciptakan atmosfer yang tegang sepanjang film.

Namun, kekuatan sejati "Mayhem" terletak pada kemampuannya untuk memadukan aksi dan satir sosial. Dialog-dialog tajam dan komentar-komentar pahit mengenai dunia korporat memberikan dimensi tambahan pada cerita. Film ini menciptakan keseimbangan yang baik antara kritik sosial dan hiburan, menjadikannya lebih dari sekadar film aksi biasa.

Selain itu, "Mayhem" juga berhasil menyisipkan elemen dark humor  yang efektif. Beberapa momen komedi melibatkan adegan kekacauan yang absurd, memberikan hiburan ringan dan memecah ketegangan yang terbangun.

Meskipun demikian, "Mayhem" mungkin tidak sesuai untuk semua penonton, terutama mereka yang tidak menyukai aksi yang intens atau tema yang mencerminkan sisi gelap dunia korporat. Beberapa adegan kekerasan dan cenderung horor juga perlu menjadi pertimbangan bagi penonton yang lebih sensitif terhadap konten tersebut.

Secara keseluruhan, "Mayhem" adalah film yang menyajikan kombinasi unik antara aksi, horor, dan satir sosial. Dengan performa menawan dari Steven Yeun, penggambaran yang tajam terhadap kebijakan perusahaan yang memilukan dan aksi yang memukau, membuat film ini berhasil menciptakan pengalaman menonton menghibur. 

"Mayhem" adalah perpaduan gelap dan menarik, mengajak penonton untuk menyelami dunia korporat dengan cara yang tidak terduga dan memicu tanda tanya tentang keadilan dan martabat manusia. Skor 79/100.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak