Ulasan 'Dalbo: Basa-Basi Bumi,' Novel Rasa Cerita Azab yang Dikemas Secara Puitis

Ayu Nabila | Hafsah Azzahra
Ulasan 'Dalbo: Basa-Basi Bumi,' Novel Rasa Cerita Azab yang Dikemas Secara Puitis
Dalbo: Basa-Basi Bumi (Gramedia)

Dalbo: Basa-Basi Bumi karya Heru Patria adalah novel yang punya bahasa cukup berat. Novel terbitan Elex Media Komputindo ini ditulis dengan diksi-diksi yang sangat puitis.

Dari membaca blurbnya saja belum terlihat buku ini akan seperti apa. Namun seiring berjalannya cerita, saya bisa paham juga. 

Meski harus membacanya pelan-pelan dan sering dibaca ulang untuk mencerna, tapi novel ini punya pesan yang dalam dan menyentuh. 
 
Secara keseluruhan, awalnya saya bingung karena baru kali ini saya membaca novel tapi tidak memiliki tokoh favorit. Bahkan saat melihat tokoh utamanya mati, saya justru merasa puas. Tidak hanya itu, keluarganya pun bermasalah. 

Novel ini mengangkat isu lingkungan dan tanah. Tentang bagaimana kita sebagai manusia hidup dari tanah dan di atas tanah.

Kutipan novel ini yang paling saya suka adalah:

"Sehingga, sifat manusia bergantung dari jenis tanah yang dipakai saat penciptaannya. Jika diciptakan dari tanah subur, manusia yang lahir akan bersifat jujur dan tidak takabur. Jika diciptakan dari tanah gersang, sifatnya garang dan selalu ingin menang. Jika tercipta dari tanah liat, biasanya akan memiliki tekad dan pendirian kuat. Namun jika tercipta dari tanah sengketa, dapat dipastikan bahwa selama hidupnya manusia itu akan banyak masalah."

Sungguh puitis, bukan? 

Alur novel ini mirip cerita azab yang dikemas dalam bahasa sastra dan sarat pesan moral serta agama. Bila manusia yang hidup di atas tanah bersifat tamak maka ia akan menuai hasilnya.

Bagian yang saya suka dari novel ini adalah alam yang dijadikan bagian dari cerita. Sehingga ia seolah menjadi tokoh yang memiliki nasibnya sendiri dan pada akhirnya punya peran untuk mengontrol kehidupan toko yang hidup di atasnya.

Akhir kata, novel ini mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian melainkan berdampingan dengan orang lain dan alam. Dimana tanah tidak sepenuhnya mati larena bisa mengendalikan sifat dan hidup manusia serta membuat kita harus bertanggungjawab atasnya. Sehingga novel ini menjadi pengingat yang baik untuk menjalani kehidupan. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak