Kisah seru Harry Potter berlanjut ketika namanya diikutkan dalam turnamen Triwizard di tahun keempatnya bersekolah di Hogwarts. Bagaimana bisa ia yang belum memenuhi syarat menjadi peserta bisa terpilih menjadi salah satu wakil Hogwarts di turnamen bergengsi ini?
Identitas Buku
Judul Buku: Harry Potter and The Goblet of Fire
Judul versi bahasa Indonesia: Harry Potter dan Piala Api
Penulis: J. K. Rowling
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 882 Halaman
Sinopsis Novel Harry Potter dan Piala Api
Tahun ini akan berlangsung Piala Dunia Quidditch. Harry ingin sekali menontonnya, tetapi akankah keluarga Dursley mengizinkannya? Tahun ini Hogwarts juga akan menjadi tuan rumah turnamen sihir yang sudah lebih dari seratus tahun tak pernah diadakan.
Tahun ini, Harry beranjak remaja, juga mulai naksir cewek. Siapakah cewe beruntung yang kejatuhan cinta penyihir dan Seeker beken ini? Tapi tak semua yang dialami Harry peristiwa hura-hura. Karena mendadak bekas luka di keningnya terasa sakit sekali. Dan di langit malam, muncul Tanda Kegelapan, tanda yang menyatakan bangkitnya Lord Voldemort. Dan itu baru permulaan.
Wujud Lord Voldemort akan kembali sempurna bila dia berhasil mendapatkan darah musuh besarnya, Harry Potter. Dan dengan bantuan abdinya yang setia, Lord Voldemort menculik Harry.
Akhirnya, untuk pertama kalinya selama tiga belas tahun, Harry berhadapan dengan langsung dengan musuh besarnya. Dan tak terhindarkan lagi, keduanya berduel…
Ulasan Novel Harry Potter dan Piala Api
Petualangan Harry Potter di tahun keempatnya bersekolah di Hogwarts ini semakin menegangkan saja! Bagaimana tidak, melalui sinopsis atau blurb yang ada di bagian belakang buku, disebutkan bahwa Harry akhirnya berduel langsung dengan Lord Voldemort, musuh terbesarnya yang telah menewaskan kedua orangtuanya.
Pengalaman pribadiku saat membaca buku ini adalah super seru! Meski sangat tebal hingga lebih dari 800 halaman, nyatanya tidak perlu waktu berminggu-minggu untuk menuntaskannya. Seperti biasa, terjemahan yang enak dibaca, serta penggambaran setiap situasi dan adegan yang detail tetap menadi salah satu kelebihan novel ini.
Hogwarts kedatangan dua sekolah sihir lainnya, dan ketiga sekolah sihir ini akan bertarung untuk memperebutkan Piala Triwizard. Pertarungan ini sendiri sebenarnya hanya akan diwakili oleh masing-masing satu murid dari setiap sekolah, tetapi tentu saja nama Harry Potter muncul di detik-detik terakhir.
Aku pribadi sangat suka dengan pengembangan karakter setiap tokohnya. Ada Ron yang awalnya merasakan kecemburuan sosial terhadap sosok Harry karena ia menganggap dirinya hanya ‘bayangan’ Harry yang populer, akhirnya sadar bahwa persahabatan mereka lebih dari itu.
Sedikit hal yang memuatku cukup kesal adalah sepertinya antara Harry Potter dan Hermione tidak akan ada apa-apa. Aku yang sejak membaca novel pertama Harry mendukung adanya hubungan istimewa antara Harry-Hermione sepertinya harus berlapang dada.
Meski demikian, melihat tingkah Ron yang agak senewen saat Hermione dekat-dekat dengan Krum lucu juga. Aku akan mengikuti saja ke arah mana penulis akan membawa hubungan para tokoh ini.
Di novel keempat ini, ada banyak pelajaran berharga yang ditemukan Harry, salah satunya adalah ketika ia menghadapi tugas-tugas di turnamen Triwizard tersebut.
Ada satu momen ketika Harry merasa sangat gelisah dan tidak bisa berhenti memikirkan tugas pertama, tetapi ternyata apa yang ia cemaskan tidak terbukti. Rupanya, waktu yang dihabiskan untuk mencemaskan hal yang belum tentu terjadi lebih panjang daripada waktu untuk menyelesaikan tugas itu sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS