Film Teri Baaton Mein Aisa Uljha Jiya, membawa penonton ke dalam dunia yang menggabungkan unsur artificial Intelligence, perasaan manusia, dan batasan teknologi. Pada 14 Februari 2024, penonton di bioskop-bioskop Indonesia sudah bisa menyaksikan kisah cinta antara Aryan Agnihotri (Shahid Kapoor) dan Sifra (Kriti Sanon), robot wanita super cerdas. Film ini dikemas sedemikian apiknya oleh Sutradara Amit Joshi dan Aradhana Sah.
Kisahnya menyoroti Aryan, seorang insinyur robotika, yang mengunjungi Amerika Serikat atas undangan bibinya, pemilik perusahaan teknologi Robotex. Di sana, dia bertemu dengan Sifra, ciptaan bibinya yang cerdas dan menawan. Namun, kebahagiaan Aryan hancur ketika dia mengetahui bahwa Sifra adalah robot. Dalam situasi patah hati, Aryan kembali ke India, dan setuju untuk menikah dengan orang lain.
Namun, dia nggak bisa melupakan perasaannya pada Sifra. Puncak drama terjadi saat Aryan memutuskan membawa Sifra ke India. Keputusan ini mengubah arah hidupnya dan membawa dampak yang nggak terduga.
Ulasan:
Penampilan Shahid Kapoor sebagai Aryan dan Kriti Sanon sebagai Sifra sangat mengesankan. Mereka berhasil membawakan karakternya dengan kedalaman emosi yang membuat aku bisa merasakan perjuangan batin yang mereka alami. Chemistry di antara mereka menciptakan keintiman yang meyakinkan. Selain itu, peran Dharmendra sebagai Jai Singh Agnihotri dan Dimple Kapadia sebagai Urmila Shukla, cukup memberikan tambahan lapisan yang memperkaya cerita.
Sepanjang durasi yang lebih dari dua jam, aku cukup suka dengan iringan musiknya. Harus kuakui, komposisi musik yang bagus memang sangat mendukung menciptakan suasana yang sesuai dengan setiap momen dalam film. Bahkan, menurutku, tim produksi berhasil menciptakan dunia visual yang memikat.
Kisah percintaan manusia dengan robot memang sudah banyak dijumpai, tetapi ini cukup berbeda. Masih ada kesan ‘segar’ dan ‘menarik’ dalam merajut alur kisahnya. Dalam "Teri Baaton Mein Aisa Uljha Jiya" dikatakan ‘menarik’, itu karena kisahnya menciptakan dinamika unik antara robot dan manusia.
Ketika Aryan jatuh cinta pada Sifra, pertanyaan filosofis seputar cinta dan hubungan manusia dan teknologi menjadi pusat perhatianku.
Keunikan Sifra terletak pada kemampuannya untuk mengeksplorasi dan merespons emosi manusia. Bagaimana Sifra beradaptasi dengan perasaan dan bagaimana hal ini memengaruhi interaksinya dengan Arya, itu menjadi elemen menarik dalam cerita. Pertanyaan moral tentang kecerdasan buatan dan perasaan yang dibangkitkannya menjadi sorotan, sehingga menciptakan dinamika yang membuat aku terus berpikir.
Sifra, sebagai karakter yang lebih dari sekadar mesin canggih, membuat film ini ada daya tarik tambahan. Kombinasi antara kecanggihan teknologi dan kehadiran emosi dalam karakter Sifra (baik itu emosi sungguhan atau emosi yang diprogramkan) nyatanya telah menciptakan konflik yang menyentuh hati, dan tentunya memancing pertanyaan tentang batas dan etika dalam perkembangan kecerdasan buatan.
Dengan demikian, Film Teri Baaton Mein Aisa Uljha Jiya, telah mewakili sebuah eksplorasi menarik tentang peran robot dengan kecerdasan buatan dalam hubungan manusia. Ini jadi refleksi tentang bagaimana teknologi dapat memengaruhi dan bahkan memperdalam hubungan emosional antara manusia dan mesin. Maka, skor dariku: 8,5/10, karena sudah berhasil menciptakan keseimbangan antara drama yang dipadukan elemen fiksi ilmiah, dan itu sudah menjadi warna tersendiri dalam perfilman Bollywood.
Sudah makin yakin mau menonton filmnya, kan? Seharusnya nggak perlu banyak pikir lagi. Selamat menonton, ya!