Dalam kehidupan tentunya akan banyak sekali hikmah, entah apa pun itu. Yang baik ataupun buruk, seharusnya bisa dijadikan hikmah terhadap sesuatu yang telah kita lewati. Begitu pun di dalam hubungan, perasaan yang melibatkan sesama manusia tentunya akan tumbuh hal-hal yang sudah terjalin.
Dalam hubungan, hal yang sudah pasti harus diperhatikan adalah tentang kedewasaan. Bagaimana kita akan menyikapi, memaknai, bahkan menjalaninya. Tentunya, selain melibatkan romansa, di dalam hubungan juga harus sadar akan takdir. Kenapa demikian? Karena tidak secara tiba-tiba hubungan itu akan terjalin, pasti sudah ada garis takdir yang mempertemukan.
Mengenai tentang kedewasaan, romansa, dan takdir, mengingatkan penulis kepada sebuah film yang berjudul "Past Lives". Film ini tayang sejak 15 November 2023. Past Lives adalah film berbahasa Korea karya Studio A24 yang bekerja sama dengan studio Amerika Serikat, CJ ENM.
Berkat adanya kolaborasi dua studio beda negara, kita juga disuguhkan kolaborasi aktor Korea dan Amerika. Menariknya, ternyata film epic ini adalah karya debut dari seorang sutradara bernama Celine Song, ia merupaan keturunan Kanada-Korea.
Film ini diperankan sangat apik oleh Greta Lee, ia memerankan Nora, kemudian pemeran lainnya diperankan oleh Teo Yoo sebagai Hae Sung dan John Margaro sebagai Arthur. Ketiga pemeran itu sukses menyuguhkan persoalan asmara yang dikemas secara elegant.
Tak seperti film-film kebanyakan, justru film ini tampil berbeda. Jika dalam film romansa umumnya akan seperti terasa romantis dan penuh dengan drama, dalam film ini kita akan disuguhkan kerealistisan bagaimana kita menghadapi hubungan yang sedikit pelik dengan kematangan yang dikemas secara mahal.
Tentunya, film bergenre romansa kini sangat digandrungi karena romantika drama yang melibatkan emosi penonton. Pertama kali menonton film ini saya pun awalnya mengira akan biasa saja, seperti film romansa pada umumnya.
Namun, setelah menikmati menit per-menitnya, saya sadar, ini bukan hanya sekedar film romansa biasa. Jauh melibatkan perasaan yang dalam atas dasar kesadaran yang matang. Untuk itu, mari kita ulas pembahasan film ini ke dalam beberapa bagian yang menarik.
Syarat akan Filosofis dan Etika
Di dalam film, Nora, sang pemeran utama meyakini bahwa kehidupan ini saling terkait. Bagaimana manusia bisa bertemu dengan manusia lainnya, bagaimana takdir akan menutunnya, itu semua diyakini Nora dengan baik. Ia menyebutnya dengan In-Yun.
Ketika dirinya berada di Korea dan berteman dengan Hae Sun, memiliki hubungan yang baik, hingga akhirnya keluarga Nora harus bermigrasi ke Kanada yang menyebabkan hubungan dirinya dan Hae Sun menjadi asing. Itu semua adalah konsep In-Yun yang diyakini oleh Nora.
“Jika kau meninggalkan sesuatu, kau pun akan dapatkan gantinya”, itu adalah ucapan dari ibu Nora saat dirinya dan ibu dari Hae Sung menyaksikan anak mereka saat bermain di taman sebelum kepergian Nora ke Kanada.
Kutipan-kutipan langsung dari pemeran film ini pun banyak mengandung filosofis dan mendekati konsep dari In-Yun itu sendiri. Dari awal film saja kita sudah disuguhkan dengan alur yang pelan tapi seakan setiap moment-nya sampai kepada penonton. Kita jadi lebih fokus ke dalam percakapan antar karakter yang berisi, meskipun penyuguhan visualnya pun sangat ciamik.
Kematangan Emosional dalam Hubungan
Nora dan Hae Sung, dua teman masa kecil yang sangat dekat, terpisah setelah keluarga Nora bermigrasi dari Korea Selatan. Dua puluh tahun kemudian, mereka dipertemukan kembali untuk satu minggu yang menentukan saat mereka menghadapi gagasan tentang cinta dan takdir dengan posisi Nora yang kini telah menikah dengan seorang yang seprofesi dengannya sebagai penulis, Arthur. Apa yang terbayang di benakmu ketika dua karakter utama dipertemukan kembali setelah beberapa lamanya tidak bertemu?
Kematang emosional mereka patut diacungi jempol dalam situasi yang sulit, terutama Arthur, suami Nora. Karena bagaimanapun pasti sulit mengizinkan istri menemui masa lalunya untuk menyelesaikan hal-hal yang belum tersampaikan dan terselesaikan.
Semuanya dikemas dengan elegant dan matang, tak ada adegan berlebihan ataupun dilebih-lebihkan, semuanya berjalan seperti natural dan sewajarnya. Sangat realistis.
Konsep In-Yun dalam Hubungan
Filosofi Korea kaya akan konsep-konsep yang mencerminkan pandangan hidup dan nilai budaya yang dalam. Salah satu konsep yang menarik perhatian adalah "In-Yun," yang merupakan gagasan tentang takdir atau nasib.
In-Yun mencerminkan keyakinan bahwa kejadian-kejadian dalam hidup kita tidak terjadi secara acak, tetapi diatur oleh kekuatan tak terlihat yang menghubungkan semua hal.
"In" berarti penyelarasan, sedangkan "Yun" berarti hubungan atau keterkaitan. In-Yun menggambarkan gagasan bahwa setiap peristiwa dalam kehidupan kita terkait satu sama lain, dan bahwa tidak ada yang terjadi tanpa alasan yang jelas.
Konsep ini memperkuat pandangan bahwa kita sebagai individu tidak terpisah dari alam semesta, tetapi merupakan bagian integral dari keseluruhan yang lebih besar.
Dalam kehidupan sehari-hari, konsep In-Yun dapat membantu orang Korea untuk menerima tantangan dan kesulitan dengan lebih tenang. Mereka percaya bahwa setiap ujian atau cobaan yang mereka alami adalah bagian dari rencana yang lebih besar, dan bahwa dengan menerima takdir mereka dengan lapang dada, mereka dapat mencapai kedamaian dan keseimbangan dalam hidup.
Dalam sejarah Korea, konsep In-Yun juga sering dihubungkan dengan konsep karma dalam agama-agama Asia lainnya. Artinya, tindakan baik atau buruk seseorang akan mempengaruhi nasib mereka di masa depan. Oleh karena itu, In-Yun juga mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam budaya Korea.
Dengan demikian, In-Yun bukan hanya sekadar konsep filosofis, tetapi juga suatu pandangan hidup yang membentuk cara orang Korea memandang dunia dan menghadapi tantangan dalam hidup mereka.
Konsep ini mengajarkan kesabaran, penerimaan, dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi dengan alasan yang baik, meskipun kadang-kadang sulit untuk memahaminya pada saat itu.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS