Relung Waktu: Melintasi Waktu di Tengah Kisah Cinta & Penderitaan Kolonial

Sekar Anindyah Lamase | Muhamad Ali
Relung Waktu: Melintasi Waktu di Tengah Kisah Cinta & Penderitaan Kolonial
Novel Relung Waktu karya Dede Pratiwi (Doc/Muhamad Ali)

Dede Pratiwi telah berhasil menghadirkan sebuah karya yang menggugah dan mendalam dengan novel terbarunya, "Relung Waktu."

Melalui penggambaran yang realistis dan penuh emosi, novel ini membawa pembaca ke dalam alam kolonial di Pulau Jawa pada awal abad ke-19, menyoroti kehidupan sehari-hari keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis gizi yang disebabkan oleh kebijakan penjajahan Belanda.

Dalam "Relung Waktu," pembaca diperkenalkan pada protagonis utama, seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Meskipun keluarganya tidak miskin, mereka juga tidak begitu kaya, bergantung pada usaha pabrik tahu rumahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Namun, kesejahteraan keluarga ini perlahan mulai memudar, terutama karena tekanan ekonomi yang diberlakukan oleh penguasa kolonial.

Di tengah situasi yang sulit ini, cerita cinta antara gadis ini dan kekasihnya menjadi pusat perhatian. Sang kekasih memutuskan untuk pergi ke Borneo demi idealismenya untuk memerdekakan bangsa, meninggalkan sang gadis di Batavia.

Pertanyaan sulit muncul: apakah sang gadis harus menyusul kekasihnya ataukah dia harus tetap setia di tempatnya dan menunggu?

Dalam "Relung Waktu," Dede Pratiwi menggambarkan dilema moral yang kompleks, pertarungan emosional yang menghantui hati sang gadis, dan penderitaan keluarga yang harus bertahan di tengah krisis ekonomi dan politik.

Namun, di tengah semua penderitaan dan keputusasaan, cerita ini juga menyampaikan pesan tentang kekuatan cinta, ketabahan, dan pengorbanan.

Satu aspek menarik dari novel ini adalah penggunaan waktu dan ruang sebagai elemen naratif yang kuat. Dengan membagi cerita menjadi beberapa bab yang diatur dalam rentang waktu yang berbeda-beda, pembaca diberi kesempatan untuk melihat perkembangan karakter dan plot dari berbagai sudut pandang.

Ini memberikan dimensi yang lebih dalam pada cerita dan memungkinkan pembaca untuk merasakan kedalaman emosi dan kompleksitas situasi yang dihadapi oleh para karakter.

Selain itu, penggambaran latar belakang yang kuat juga merupakan salah satu kekuatan dari "Relung Waktu." Dede Pratiwi dengan cermat menggambarkan kehidupan sehari-hari di Batavia pada masa itu, menyoroti aspek-aspek budaya, sosial, dan politik yang memengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu.

Ini tidak hanya memperkaya pengalaman membaca, tetapi juga memberikan konteks yang penting bagi pemahaman yang lebih baik tentang situasi yang dihadapi oleh para karakter.

Dengan 256 halaman dan dimensi 13 x 19 cm, "Relung Waktu" adalah sebuah karya yang memikat dan layak dibaca. Dede Pratiwi berhasil menciptakan sebuah kisah yang menggugah, memukau, dan tak terlupakan, menggabungkan elemen sejarah, cinta, dan penderitaan dengan indahnya.

Novel ini diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer dan tersedia untuk pembelian di toko buku terdekat. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan pengalaman yang mendalam dan mengharukan dalam "Relung Waktu" karya Dede Pratiwi.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak