Ulasan Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar: Kritik terhadap Proyek Tambang

Hikmawan Firdaus | Rizky Melinda Sari
Ulasan Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar: Kritik terhadap Proyek Tambang
Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Dok.Pribadi/rizkymelinda)

Karya terbaru Tere Liye kali ini meyinggung tentang isu kesehatan lingkungan. Seperti kita ketahui, dampak yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan bisa membawa bencana dan petaka bagi lingkungan sekitar, apalagi tambang yang dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk memperbaikinya.

Identitas Buku

Judul Buku: Teruslah Bodoh Jangan Pintar

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Sabakgrip

Jumlah Halaman: 372 Halaman

Sinopsis Cerita

Saat hukum dan kekuasaan dipegang oleh serigala-serigala buas berbulu domba. Saat seluruh negeri dikangkangi oleh orang-orang jualan sok sederhana tapi sejatinya serakah. Apakah kalian akan tutup mata, tutup mulut, tidak peduli dengan apa yang terjadi? Atau kalian akan mengepalkan tangan ke udara, LAWAN!

Ulasan Cerita

Sudah puluhan judul buku karya Tere Liye yang aku baca, dan aku selalu yakin bahwa karya-karya beliau ini memang tidak pernah mengecewakan. Termasuk buku dengan judul yang agak nyeleneh ini. Mungkin orang yang belum mengenal dan familiar dengan gaya penulisan Tere Liye akan merasa heran, kenapa ada judul buku seperti ini.

Namun, sejatinya buku ini berisi sebuah kisah fiksi yang sebenarnya bisa kita jumpai di kehidupan nyata. Kisah fiksi ini diawali dengan bab berjudul ‘Ruangan 3x6 meter’. Pembaca akan diperkenalkan pada banyak tokoh yang menjadi saksi-saksi kejadian naas yang disebabkan oleh proyek tambang.

Para tokoh yang diceritakan Tere Liye dalam buku ini seakan nyata. Cerita-cerita yang dibawa para tokoh juga tidak kalah hidup. Satu tokoh yang cukup nyentrik dan menarik perhatian adalah ‘Ibu Siti’. Tokoh ini sangat unik dan menarik, tipikal ibu-ibu yang tidak mau kalah karena memang sadar betul bahwa dirinya membela kebenaran.

Setiap babnya, pembaca akan diajak menyimak sebuah sidang untuk memutuskan apakah proyek pertambangan akan disetujui untuk dilaksanakan atau tidak. Berbagai pihak dengan pendapat dan kepentingan yang berlawanan akan saling berhadapan, menyampaikan argumen, bukti-bukti, dan bantahan-bantahan.

Simak sendiri serunya cerita yang sebagian besar berlatar di ruangan 3x6 meter ini. Jangan lupa untuk menyiapkan mental, karena di beberapa bagian cerita flashback ketika para saksi yang mengalami sendiri akibat buruk tambang mengungkapkan pendapat mereka, cerita menjadi sangat emosional.

Berbicara tentang ending, akhir dari cerita ini bisa dibilang bukan ending yang diharapkan. Tergolong getir malah. Beberapa pembaca buku ini yang kutemui di media sosial juga membagikan pengalaman mereka setelah membaca bagian ending. Banyak yang merasa hampa setelahnya. Aku juga demikian.

Buku ini direkomendasikan untuk orang-orang yang ingin menyaksikan para ‘serigala berbulu domba’ saat sedang beraksi dengan menghalalkan berbagai cara untuk meraih kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Ada peringatan tentang batasan usia untuk pembaca buku ini, jadi bijaklah dalam memilih bacaan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak