Dengan sentuhan sutradara Lee Isaac Chung, Film Minari besutan Studio A24 yang rilis pada 2020, telah menghadirkan kisah mengharukan. Dibintangi oleh Steven Yeun sebagai Jacob Yi, Han Ye-ri sebagai Monica Yi, dan Alan S. Kim sebagai David Yi. Dengan penulisan yang kuat oleh Lee Isaac dan penampilan yang mengesankan dari para bintangnya, Film Minari berhasil meraih penghargaan bergengsi Golden Globe sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik.
"Minari" menggambarkan perjalanan keluarga Korea-Amerika yang pindah ke Arkansas, Amerika Serikat, tahun 1980-an. Jacob dan Monica Yi, bersama anak-anak mereka, Anne dan David, pindah dalam upaya untuk membangun kehidupan lebih baik. Meskipun Monica meragukan keputusan ini, Jacob yakin bahwa tanah di Arkansas akan membawa kemakmuran bagi keluarga mereka.
Mereka menemukan tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang berbeda secara budaya dan geografis. Ketika, Soonja, ibunya Monica, mendadak hadir dan bergabung dengan mereka, Sonnja membawa semangat dan kegembiraan yang membantu menghidupkan kembali semangat dalam keluarga itu. Sementara Jacob berjuang untuk mengembangkan usaha pertaniannya, Monica bekerja di pabrik ayam untuk mendukung keluarga.
Kisah ini juga menyoroti ketegangan dalam hubungan antara Jacob dan Monica, yang terkadang disebabkan oleh tekanan keuangan dan perbedaan visi tentang masa depan. Namun, di tengah-tengah semua kesulitan, keluarga ini tetap bersatu dan bertahan satu sama lain.
Analisis:
Jujur saja aku cukup tergelitik dengan judulnya. Mengapa harus Minari? Dan butuh sekian kali nonton untuk, setidaknya memahami filosofinya. Kukasih tahu, ya. Minari merupakan tanaman sayuran yang tumbuh subur di tanah basah. Dalam film "Minari", tanaman ini menjadi simbol penting; mencerminkan tema utama tentang keberanian, ketahanan, dan adaptasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan kehidupan. Seperti minarix dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, keluarga Yi juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru mereka di Arkansas, Amerika Serikat.
Tanaman minari yang dianggap sebagai "rumput liar" oleh beberapa orang, tetapi sangat berharga bagi keluarga Yi, mencerminkan kekuatan dalam kesederhanaan dan keberanian untuk mengejar impian meskipun dihadapkan pada kesulitan. Dalam sekali makna dari judulnya, dan sukses bikin aku merinding. Itulah pentingnya pemilihan suatu judul karya, termasuk film.
Selain itu, minari juga merupakan simbol persatuan dan kekuatan keluarga. Dalam film, keluarga Yi mengalami berbagai cobaan dan perubahan, tetapi mereka tetap bersatu dan saling mendukung satu sama lain, seperti akar yang menguatkan tanaman minari. Dan pada beberapa scene, keberadaan tanaman menari di tepi sungai, yang bisa saja diterjang banjir, rupanya menggambarkan harapan dan impian yang terus tumbuh meskipun dihadapkan pada permasalahan yang akan muncul.
Bahkan, minari juga melambangkan identitas dan akar budaya. Meskipun keluarga Yi berada di lingkungan yang berbeda, mereka tetap mempertahankan akar budaya Korea mereka, seperti minari yang tetap tumbuh subur di tanah baru. Buat penonton yang sekadar nonton, mungkin nggak akan ambil pusing, tetapi buatku yang sering banget bertanya-tanya dalam konteks film, hal demikian merupakan detail luar biasa. Pantas saja filmnya mendapatkan penghargaan di ajang Golden Globe.
Dan untuk menyikapi "Minari" sebagai drama "slice of life" dengan ending yang ‘bikin penonton mengernyitkan kening’ karena banyak penonton hampir gagal menangkap esensi terbesarnya, alias menganggap Film Minari berakhir dalam keadaan ‘sudah begitu doang?’ Maka, kamu perlu tahu, film ini sebenarnya bergantung pada penggambaran intim tentang pengalaman hidup keluarga.
Dengan ending yang terkesan ‘sudah begitu doang?’ Bagiku, Film Minari telah mempertahankan nuansa realistisnya yang berjalan sepanjang film. Dalam artian, terkadang dalam kehidupan realita, nggak selalu ditutup dengan momen dramatis atau berakhir tuntas. Nah, begitu juga cerita dalam Film Minari. Ketika layar hitam muncul, penonton dibiarkan dengan kesan bahwa sepertinya,’‘kehidupan para karakter masih berlanjut tapi kita cukup nonton sama di sini’.
Penutup seperti itu, memang memperkuat tema slice of life. Intinya, film semacam itu bukan tentang momen besar atau akhir yang memuaskan secara dramatis, tetapi tentang perjalanan kecil dan intim yang membentuk kehidupan sehari-hari. Dan kayaknya, ending yang begitu memang disengaja oleh sang kreatornya. Dengan demikian, penonton diberi kesempatan untuk merenungkan perjalanan karakter keluarga itu, serta bagaimana pengalaman mereka merefleksikan pengalaman hidup para penontonnya.
Dengan demikian, Film Minari adalah pengingat bahwa kehidupan merupakan sebuah perjalanan yang terus berlanjut, meskipun layar sudah hitam. Intinya, "Minari" nggak membutuhkan resolusi dramatis untuk menyampaikan pesan mendalamnya. Maka skor dariku: 8/10, karena nggak semua penonton suka, tetapi secara personal aku sangat menyukainya.