Menjadi Orang Biasa dan Tetap Bahagia dari Buku 'The Art of Being Mediocre'

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Menjadi Orang Biasa dan Tetap Bahagia dari Buku 'The Art of Being Mediocre'
Sampul Buku The Art of Being Mediocre (ipusnas)

Menjadi seorang manusia rata-rata dengan hidup yang biasa-biasa saja mungkin bukan impian banyak orang.

Kebanyakan di antara kita tentu mendambakan hidup yang sesuai dengan cita-cita yang kita punya.

Bahkan sejak kecil, kita diajarkan untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan menjadi orang yang sukses sesuai standar masyarakat. 

Tapi, ukuran kesuksesan itu sebenarnya apa, sih? Kenyataannya, mayoritas di antara kita pada akhirnya hanya menjadi kaum medioker, atau orang biasa.

Hal inilah yang kemudian dibahas oleh Novita Widyastuti dalam bukunya, 'The Art of Being Mediocre'. Buku ini membahas cara agar tetap bahagia sekalipun kita hanyalah orang yang biasa-biasa saja.

Pada dasarnya, menjadi luar biasa hanyalah mereka yang tergolong dalam kaum minoritas yang mampu menanggung semua beban dan tanggung jawab yang ada. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan.

Kita tidak tahu derita dan beban macam apa yang telah dilalui oleh tiap orang.

Boleh jadi kita mengidam-idamkan kehidupan yang dimiliki oleh orang lain, tapi tidak sanggup dengan konsekuensi yang harus dihadapi. 

Semua orang berjuang dengan caranya sendiri, dan itu tetap hebat.  

Kalaupun harus menjadi orang biasa dan rata-rata, memangnya kenapa? Menjadi kaum medioker pun tidak selamanya buruk, kok.  

Seorang medioker adalah mereka yang bebas menikmati hidupnya sendiri tanpa perlu khawatir akan penilaian orang lain.

Tidak ada kamera yang merekam, tidak ada pula cahaya lampu yang menyorot.

Hidup dengan privasi dan ketenangan adalah sebuah privilese yang boleh jadi juga dirindukan oleh orang-orang yang tiap hari berkutat dengan kewajiban dalam status sosial yang harus mereka tunaikan. 

Salah satu stigma buruk yang sering kali melekat pada kaum medioker adalah anggapan bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang berambisi dan tidak berani memperjuangkan cita-cita.

Tapi pada dasarnya, menjadi medioker tidak berarti pasrah dan menyerah. Menjadi medioker itu juga adalah sebuah pilihan hidup.  

Pilihan untuk menjalani kehidupan yang sederhana dan tidak ngotot untuk mengejar sesuatu yang melelahkan. 

Menurut penulis, jika kita memilih menjadi orang biasa, hendaknya kita tetap memiliki tujuan yang besar, tapi di satu sisi juga tahu kemampuan dan batasan diri.  

Sebab, hidup bukanlah sebuah perlombaan yang menuntut menang dan kalah. Pada akhirnya, kita semua mendambakan hidup yang bahagia sesuai dengan orientasi nilai yang kita miliki. 

Jadi, jika hari ini kamu merasa hanya menjadi orang biasa yang tidak punya banyak pencapaian, it's ok, kok. Menjadi medioker itu juga tetap membahagiakan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak