Review Buku Coretanino Bandung: Cerita Perjalanan Seru Melalui Sketsa

Hernawan | Gita Fetty Utami
Review Buku Coretanino Bandung: Cerita Perjalanan Seru Melalui Sketsa
Buku Travelogue Coretanino Bandung Travel Sketch. (Dok. Pribadi/Gita Fetty Utami)

Ada banyak buku yang membahas tentang pengalaman traveling ke suatu tempat. Umumnya buku-buku tersebut  berisi narasi yang dilengkapi dokumentasi berwujud foto. Namun kali ini, saya menemukan sebuah buku yang mendokumentasikan perjalanan dalam bentuk ilustrasi sketsa. Nama lain untuk buku seperti ini adalah travel sketch; artinya dokumentasi apa yang dilihat, temui,amati di sebuah perjalanan dalam wujud sketsa manual.

Wah, tentu saya penasaran, dong.

Benar saja, sejak halaman pertama dari buku setebal 108 halaman dan diterbitkan oleh B first (PT. Bentang Pustaka) tahun 2017, saya seolah membaca cergam. Karena perjalanan si tokoh Nino bersama kawannya, Agung, kala menyusuri destinasi  menarik di Bandung, benar-benar dirupakan dalam bentuk sketsa keren. Adapun penempatan teks amat efektif, dan efisien, tidak bertele-tele.

Perjalanan Nino dan Agung sendiri terbagi dalam lima chapter atau hari, sesuai waktu menginap Agung di Bandung. Hari pertama dimulai dengan kabar kedatangan Agung ke Bandung. Sedangkan pada saat bersamaan Nino masih dalam perjalanan pulang dari Bandara Changi, Singapura, ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Namun Nino mengirimkan panduan destinasi wisata,  makanan khas, serta transportasi untuk Agung. Semua penjelasan Nino tersebut divisualkan kepada pembaca melalui sketsa ciamik bernuansa warna kalem.

Di hari kedua Nino dan Agung sepakat berkeliling di Bandung Utara. Nino mengajak Agung ke Lembang yang terkenal dengan Observatorium Bosscha, Farmhouse Susu Lembang, naik ke Tangkuban Perahu, The Lodge Maribaya, dan Dusun Bambu. Tak lupa Nino menggambar sketsa kuliner khas di sana. Membuat pembaca ikut ngiler karena  lapar. 

Tak kalah seru, di hari ketiga perjalanan mereka menyusuri daerah Dago atas. Di sana ada Tahura atau Taman Hutan Raya Juanda, galeri seni yang asyik, dan jalur kuliner yang tiada habisnya. Ilustrasi sketsa untuk tempat-tempat tesebut benar-benar realis, dan membuat kita tak bosan untuk terus mengikuti.

Perjalanan di hari keempat dan kelima mereka lalui dengan menyusuri wilayah Bandung Tengah. Jalur ini meliputi area Dago bawah, Jalan Riau, Gasibu, hingga daerah Braga. Di  kawasan ini terkenal sebagai surga belanja fesyen, factory outlet, dan distro. Di samping sebagai pusat belanja, banyak pula bangunan heritage di kawasan tersebut.

Selain menyajikan sketsa tempat wisata, Nino pun melengkapi buku ini dengan informasi sejarah bangunan peninggalan masa kolonial.  Karena sebagaimana kita ketahui Bandung masih memelihara gedung heritage yang memiliki arsitektur khas Eropa. Contohnya, pembaca diberi pengetahuan ringkas tentang Gedung Sate, Hotel Savoy Homann, Villa Isola, Masjid Raya Cipaganti, Museum Geologi, Bioskop Majestic,  hingga cagar budaya Gardu Pos Jaga Lintasan di Jalan Braga.

Tak ketinggalan pula sisipan informasi mengenai wisata kuliner ikonik yang melegenda dari Bandung seperti Bubur Ayam Mang Zaenal, Es Krim “Rasa”, Kafe Lekker, dan Kopi Tubruk “Aroma”. Benar-benar buku panduan traveling paket komplit.

Meskipun buku ini terbit tahun 2017 tetapi  destinasi wisata  dan kuliner yang dicantumkan di sini masih bisa kita jadikan referensi, untuk bepergian ke Bandung. Selain itu, menurut saya  buku ini  cocok dibaca oleh anak-anak hingga dewasa. 

Mari membaca!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak