Belajar Kreatif dari Karya Masterpiece Dunia di Buku 'Satu + Satu = Tiga'

Hikmawan Firdaus | Akramunnisa Amir
Belajar Kreatif dari Karya Masterpiece Dunia di Buku 'Satu + Satu = Tiga'
Sampul Buku Satu + Satu = Tiga (ipusnas)

Sebuah masterpiece yang kelihatan istimewa terkadang lahir dari hal-hal biasa yang tidak terduga. Melalui kemampuan orang-orang dengan cara berpikir out of the box, sesuatu yang terlihat biasa-biasa tadi bisa diciptakan menjadi sebuah maha karya. 

Hal itulah yang dibahas oleh Dave Trott dalam buku berjudul 'Satu + Satu = Tiga, Belajar Kreatif dari Karya-karya Masterpiece Dunia.'

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pakar dan pemahaman penulis terkait proses kreatif, salah satu kunci untuk bisa melahirkan masterpiece adalah kemampuan kita untuk menghubungkan titik-titik pengetahuan yang kita miliki menjadi sebuah karya yang berbeda. 

Jadi, sebenarnya tidak ada hal yang baru di dunia ini. Semua karya terlahir berkat adanya inovasi dan kemampuan menggali sisi yang sebelumnya tidak pernah tersorot.  

Ada banyak cerita inspiratif yang cukup menggugah dalam buku ini. Misalnya pengalaman John Lasetter, penggagas animasi 3D yang karyanya ditolak oleh Disney.

Namun ia ternyata berhasil menggagas perusahaan digital Pixar yang sukses dan mampu mengalahkan Disney, perusahaan yang dulu mengabaikannya.  

Kemudian ada juga cerita inspiratif tentang bagaimana penjara di Brasil yang menjalankan aturan "Penebusan" bagi para narapidana lewat kebiasan membaca buku.

Sebuah buku yang berhasil ditamatkan memungkinkan narapidana mendapatkan pengurangan tahanan selama 4 hari.

Pada akhirnya, penjara justru membuat para narapidana tersebut bisa memandang dunia dengan perspektif yang lebih baik.

Fisik boleh saja terpenjara, namun pemikiran mereka bebas pergi ke manapun yang diinginkan lewat membaca buku.

Ada pula kisah dari Alfred Nobel yang memiliki kenangan pahit saat awal-awal merintis karya besarnya.

Penemuan dinamit yang digagas olehnya justru membuat Nobel dicap sebagai pedagang kematian.

Sebab, alat tersebut dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya. Namun akhirnya ia berhasil mengubah stigma buruk tersebut lewat pemberian penghargaan Nobel bagi para ilmuwan yang ia berikan dengan harta pribadinya. 

Ada banyak hal yang saya garis bawahi dari banyak cerita yang dipaparkan penulis di buku ini.

Misalnya dalam berkarya, amat penting mencari tahu kekosongan yang belum diisi oleh orang lain.

Lihatlah sesuatu yang menginspirasi di luar sana, dan cari tahu apa yang belum mereka lakukan. Lalu setelahnya kita bisa membuat sesuatu berdasarkan apa yang belum sempat terpikirkan oleh para pendahulu kita.

Selain itu, ada juga anjuran agar jangan mengulang terus solusi yang sama meskipun kita tahu solusi itu tidak memberi hasil. Atasi masalah dengan mengambil solusi yang baru. 

Dan yang terakhir, quotes mengenai nilai dari sebuah ketakutan sebagai berikut. 

"Tidak ada hal yang membahayakan seseorang melebihi pikirannya sendiri yang tidak ia jinakkan." (Halaman 17) 

Demikianlah ulasan dari buku 'Satu + Satu = Tiga.' Jika kamu ingin belajar kreatif dari karya-karya masterpiece dunia, buku ini bisa menjadi salah satu buku yang akan banyak memberi inspirasi!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak