Sepertinya sangat jarang, novel yang mengangkat tema tentang pekerjaan di bidang Antropologi Forensik, terutama di novel-novel Indonesia. Jadi, saya sangat senang sekali ketika menemukan dan membaca novel Cokelat Postmortem karya dari Etty Indriati.
Novel terbitan Gramedia Pustaka Utama di tahun 2005 ini berkisah tentang kehidupan Anita Kemuning, seorang dosen bergelar doktor yang mengajar di sebuah universitas di Yogyakarta pada bidang Antropologi Forensik.
Suatu hari Anita menerima surat dari Kepolisian Baga, yang meminta bantuannya untuk mengidentifikasi 50 rangka korban dari pembunuhan massal di tahun 1968. Terutama untuk mencari rangka Su, salah satu korban pembunuhan, karena anak perempuan Su ingin menguburkan jasad sang ayah bertepatan dengan upacara nyewu sang ibu.
Dalam proses identifikasi, Anita menemukan rangka yang berbeda dalam salah satu kotak penggalian. Rangka berwarna cokelat tua dengan tulang yang jauh lebih berat dari rangka lainnya yang berwarna abu-abu kekuningan.
Dari beberapa bukti lainnya, Anita berkeyakinan bahwa ‘Cokelat’, nama yang diberikannya pada rangka berbeda tersebut, mengalami kematian yang berbeda dari sejumlah rangka lainnya dan di waktu yang belum terlalu lama.
Sambil menyelesaikan proses identifikasi 50 rangka dan menemukan rangka Su, Anita berupaya mengungkap teka-teki kematian Cokelat.
Mengapa rangka Cokelat ada di pemakaman kuno korban pembunuhan tahun 1968? Bukankah Cokelat “baru saja” mati? Mati karena terjatuh, menjatuhkan diri, atau …. dibunuh? Kemungkinan besar ia mati dibunuh (Hal. 5)
Selain misteri kematian Cokelat, novel ini juga menyajikan sisi kehidupan seorang ahli Antropologi Forensik di Indonesia. Melalui tokoh Anita, pembaca akan ‘ikut diajak’ meneliti rangka-rangka, melihat proses indentifikasi, dan mengenal alat-alat yang digunakan.
Latar belakang penulis sendiri yang seorang dosen dan doktor bidang Antropologi Forensik, tentu saja membuat saya tak meragukan setiap pengetahuan yang dibagikan penulis, karena memang berasal dari pengalaman penulis sendiri.
Novel Cokelat Postmortem juga menggunakan latar tempat tak hanya di Yogyakarta, tapi juga di Jakarta, Chicago, dan Guatemala. Keseluruhan latar tempat tersebut juga digambarkan dengan sangat baik, kental dengan lokalitasnya. Lagi-lagi karena berdasarkan dari pengalaman penulisnya.
Novel Cokelat juga tak hanya menyajikan misteri tapi juga kisah cinta Anita. Kedekatannya dengan Anang, reserse yang mendampinginya selama meneliti rangka dan juga pertemuan Anita dengan Allan, ‘orang minyak’ yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya, membuat perjalanan cinta Anita menarik untuk disimak.
Karakter yang saya sukai dalam novel ini tentu saja Anita. Ia digambarkan sebagai perempuan mandiri, cerdas, terencana, efisien, terbuka, dan apa adanya.
Ending ceritanya sendiri penuh plot twist di sana-sini. Serba tak terduga. Apalagi ketika misteri kematian Cokelat ternyata berkaitan dengan salah satu lelaki yang mendekati Anita. Hmm, apakah kalian jadi tertarik membacanya?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.