Resensi Novel Labirin Sang Penyihir: Terjebak dalam Dunia Labirin

Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Resensi Novel Labirin Sang Penyihir: Terjebak dalam Dunia Labirin
Cover novel Labirin Sang Penyihir (Dok. Ipusnas)

Membaca merupakan salah satu cara mengasah kemampuan untuk menyerap informasi yang disajikan dalam sebuah cerita. Apalagi jika buku tersebut dapat menghadirkan dunia imajinasi dan petualangan, yang akan menambah minat pembacanya.

Seperti halnya dengan novel anak Labirin Sang Penyihir karya dari Maya Lestari GF. Buku terbitan Kakilangit Kencana tahun 2015 ini menyajikan petualangan, fantasi, misteri yang mendebarkan dan penuh imajinasi.

Diawali dengan Attar, sang tokoh utama, yang masuk ke Rumah Labirin meskipun sudah dilarang dan diingatkan mama dan Fanny, sepupunya, petualangan Attar pun dimulai. 

Attar nekat karena tergiur dengan hadiah-hadiah yang menunggunya dalam labirin: robot, game watch, jam tangan, sepatu, buku tulis, permen, dan lain-lain.

Namun, Attar tertipu. Semua hadiah tersebut tak pernah ada. Itu hanyalah jebakan untuk membuatnya terperangkap dalam labirin gelap buatan sang penyihir

Dalam labirin tersebut, Attar bertemu dengan Mandira, anak yang juga terjebak. Mandira memberikan Attar buntalan kain berisi buku teka-teki silang dan kamus untuk menjawabnya.

Setiap pertanyaan yang nantinya berhasil dijawab, akan membuka jalan bagi Attar dan anak-anak lainnya yang terjebak untuk keluar dari labirin. Tapi, apakah Attar berhasil menjawabnya, jika ia hanya memperoleh dua kali kesempatan untuk salah?

“Kotak teka-teki silang itu baru muncul setelah kau membuka lembaran pertanyaan. Setiap kali kau menulis jawaban yang benar dalam kotak teka-teki, kotak-kotak yang lain akan muncul. Begitu seterusnya sampai kata terakhir ditemukan dan gema muncul memecahkan labirin si penyihir. (Hal. 16)

Saya harus mengacungkan jempol untuk kepiawaian penulis ketika menciptakan world building dalam novel anak ini.  Banyak hal yang out of the box, membuat saya terkagum-kagum dengan imajinasi sang penulis.

Seperti labirin yang semula gelap pekat, bisa tiba-tiba memunculkan matahari, hujan, hutan, badai, dan sebagainya, tiap-tiap kali Attar berhasil menjawab pertanyaan.

Penulis juga membuat teka-teki unik yang membuat pembacanya ikut berpikir keras, seperti: “Kuat bagai logam, tak terkalahkan seperti matahari, dingin bagaikan salju. Kedatangannya tak diharapkan. Kepergiannya begitu diinginkan. Suaranya menderu seperti gergaji. Berlindunglah jika ia datang.” (Hal. 67)

Alur cerita sangat menarik, karena selain menyajikan petualangan Attar dalam dunia labirin, juga mengisahkan kehidupan sang penyihir di masa lalu. Segala kejadian yang menimpa dirinya di masa kecil, merupakan cikal bakal tumbuhnya dendam dan luka yang mengubah sang penyihir menjadi jahat.

Sampul novel garapan dari Marwan juga cukup menggambarkan seperti apa labirin ciptaan sang penyihir. Warna merah dan hitam yang mendominasi, serta gambar seorang anak lelaki yang seperti tersesat, membuat kesan misterius dan jahat semakin terasa.

Novel Labirin Sang Penyihir sebagai buku yang ditujukan untuk anak-anak, sudah pasti juga menyelipkan pesan moral. Salah satunya, untuk selalu mendengarkan dan mematuhi pesan/larangan orang tua. Sebab, kita tak akan pernah tahu hal buruk apa yang bisa menimpa kita, jika melanggar amanatnya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak