Review Film Ultraman: Rising, Sebuah Pertarungan Penuh Emosi dan Makna

Hayuning Ratri Hapsari | Alexander Joy
Review Film Ultraman: Rising, Sebuah Pertarungan Penuh Emosi dan Makna
Ultraman Rising (IMDb)

Sosok Ultraman udah jadi ikon budaya populer Jepang yang mendunia sejak lebih dari lima dekade lalu. Ultraman udah ngehits banget sejak tahun 1960-an dan nggak cuma di film aja, tapi juga udah nyebar ke berbagai medium lain, seperti seri TV, video game, komik, dan merchandise yang bejibun jumlahnya. 

Kali ini, kolaborasi studio pemilik seri Ultraman, Tsuburaya Productions, bareng Netflix Animation dan Industrial Light and Magic (ILM) bikin film animasi berjudul Ultraman: Rising.

Kolaborasi Tsuburaya Productions dan Netflix

Ultraman: Rising digarap dan ditulis oleh sineas debutan asal AS, Shanon Tindle, yang pernah ikut ngerjain film animasi populer kayak The Croods dan Kubo and the Two Strings. 

Film ini disuarakan oleh Christopher Sean, Gedde Watanabe, Tamlyn Tomita, Keone Young, dan Julia Harriman. Film berdurasi 117 menit ini dirilis oleh Netflix belum lama ini.

Kenji Sato: Pemain Baseball dan Ultraman

Kenji Sato (Sean) adalah pemain baseball terkenal yang egois dan penyendiri, sekarang memutuskan balik ke Jepang setelah lama main di AS. Rupanya, Kenji juga seorang Ultraman yang bantu ngelawan monster (Kaiju) yang ganggu kota, setelah lama banget sosok pelindung ini nggak muncul di sana. 

Namun, aksi Ultraman dianggap ilegal karena melangkahi otoritas resmi, Kaiju Defense Force (KDF). Suatu hari, Ultraman coba ngehalangin KDF buat bunuh Kaiju bernama Gigantron. Gigantron pun akhirnya tewas, tapi Ultraman dapetin sebuah benda yang dilindungi sama monster itu. 

Benda itu ternyata telur raksasa yang nggak lama kemudian pecah, dan di dalamnya ada bayi raksasa Gigantron. Bayi lucu itu pun ngira Ultraman adalah ibunya. Kenji bareng Mina, robot setianya, terpaksa ngerawat bayi itu sampai mereka tahu lokasi pulau para Kaiju. 

Kenji pun kelabakan bagi waktu antara karir baseball-nya, bantu warga kota lawan Kaiju, dan ngerawat bayi Gigantron.

Eksposisi Tentang Tokoh Ultraman

Untuk nonton ini, kita emang butuh eksposisi tentang tokoh Ultraman yang sebenarnya nggak perlu lagi buat cerita film ini. 

Bagi yang belum pernah nonton serinya, pasti agak susah paham konsep Ultraman yang aslinya dari planet Nebula M78, mirip kayak Superman dari Planet Krypton. 

Bentuk "super" mereka adalah raksasa dengan kostum khas dan senjata andalan berupa sorotan sinar dari pose silang kedua tangan. 

Nggak seperti ras Krypton, Ultraman nggak bisa jadi raksasa super secara permanen. Mereka punya lampu "indikator" biru di dada yang berubah merah kalau energinya kritis/menipis, jadi harus balik ke wujud manusia.

Kisah Ultraman yang Nggak Biasa

Kisah Ultraman yang biasanya penuh aksi lawan Kaiju, sekarang ambil jalan yang nggak biasa. Secara brilian, naskah Rising pakai ikon legendaris ini buat angkat tema keluarga, khususnya parenting. 

Sosok Kenji yang egois dan jauh dari ayahnya jadi kunci cerita ini, sekarang dia harus merawat bayi Kaiju. Pesannya jelas banget, nggak susah dimaknai. Namun, bikin naskah yang menyentuh dengan latar cerita Ultraman jelas nggak gampang. 

Chemistry antara Kenji/Ultraman dan bayi itu terjalin intim dan hangat, kayak hubungan ayah dan putrinya. Teknik montage-nya efektif banget buat menunjukkan betapa capeknya Kenji bagi waktu antara karier dan ngerawat bayi selama berbulan-bulan. 

Ini salah satu montage animasi terbaik menurut saya. Selipan komedi terbaiknya ada di momen-momen hubungan mereka, seperti waktu Kenji ngajarin bayi main baseball.

Pencapaian Visual yang Apik

Pencapaian visualnya juga terbilang sangat apik. Adegan-adegan aksinya bisa digambarkan dengan begitu memesona dan nyaman buat dinikmati, lewat kombinasi teknik "sinematografi" dan "editing cepat". 

Adegan pertarungan klimaksnya bener-bener memuaskan, baik dari segi visual maupun intensitas dramatiknya.

Ultraman: Rising, Film Animasi Kejutan Tahun Ini

Ultraman: Rising, mungkin adalah film animasi kejutan terbesar tahun ini, cerita sosok ikonik super ini secara segar mampu mengemas tema keluarga yang menghibur sekaligus menyentuh dengan visual mengagumkan. Sebuah pencapaian yang paripurna. 

Titelnya pun punya makna ganda, bukan cuma soal mengasuh bayi Kaiju, tapi juga tentang pendewasaan Kenji dan ayahnya. Bahkan antagonisnya, Dr. Onda, juga punya trauma masalah keluarga. 

LSayang, karakter jurnalis sekaligus ibu, Ami Wakita, nggak dieksplorasi lebih dalam di plotnya. Ultraman: Rising ada di level film animasi terbaik yang pernah ada. 

Siapa sangka, Ultraman bisa bawa kisah yang begitu menyentuh dan hangat. Nominasi Oscar udah di tangan dan ini pencapaian terbaik Netflix Animation sejauh ini.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak