Ulasan Film Cinta Dalam Ikhlas: Kisah Haru yang Dibintangi Adhisty Zara

Sekar Anindyah Lamase | Rosalina Omega
Ulasan Film Cinta Dalam Ikhlas: Kisah Haru yang Dibintangi Adhisty Zara
Cinta dalam Ikhlas (IMDb)

Siapa yang tidak penasaran dengan kisah cinta yang berbalut keimanan? Cinta dalam Ikhlas datang sebagai bukti bahwa sinema romansa religi masih relevan di Indonesia. 

Diadaptasi dari novel Abay Adhitya dan disutradarai oleh Fajar Bustomi, film ini berhasil memikat penonton dengan cerita dan visualnya yang menarik.

Sinopsis Film Cinta Dalam Ikhlas 

Athar adalah seorang pemuda yang baru saja kehilangan ayah dan kakaknya. Di tengah kesedihan, ia bertemu dengan Ara pada upacara masuk SMA. Tiga detik pertama pertemuan mereka menjadi awal dari perjalanan panjang Athar untuk menjadi seorang yang layak bagi Ara dan untuk hijrah menjadi pribadi yang lebih baik. 

Tak hanya mendalami Islam, Athar juga berusaha keras memperbaiki nilai, mengejar mimpi, dan bekerja dengan ikhlas.  Namun, berbagai cobaan datang menerpa hubungan mereka, menguji iman dan ketulusan keduanya. Apakah mereka bisa ikhlas melepaskan cinta yang tidak ditakdirkan?

Ulasan Film Cinta Dalam Ikhlas

Bustomi kali ini memilih pendekatan estetika yang lebih halus dibandingkan film-film sebelumnya seperti "Mariposa" dan "Aku Jati, Aku Asperger". 

Warna-warna lembut dan menyejukkan mendominasi, sejalan dengan fashion hijab yang natural dan ringan di mata. Pilihan ini sangat cocok untuk film dengan alur cerita yang simpel dan langsung pada inti seperti Cinta dalam Ikhlas. 

Fashion dalam film ini bukan hanya sebagai setting, tetapi juga memperindah estetika dan menambah kesan religius cerita.

Pengemasan warna dan fashion yang rapi, ditambah dengan dialog dan karakter yang digambarkan secara sederhana namun tulus, membuat film ini terasa sangat immersive. 

Karakter-karakternya digambarkan dengan lurus dan sederhana, namun tetap menarik dan tidak superfisial. Bustomi memang ahli dalam membangun dunia dari sudut pandang khusus, seperti yang terlihat dalam film-film sebelumnya.

Akting para pemeran utama dan pendukung sangat mendukung cerita. Abun Sungkar dan Adhisty Zara berhasil memberikan performa yang natural dan halus, terutama akting ibu Athar yang terasa begitu tulus. 

Meskipun karakter-karakternya tidak membutuhkan kemampuan akting yang tinggi, mereka berhasil membuatnya memorable bagi penonton.

Dari segi cerita, "Cinta dalam Ikhlas" memang klise dan relatable bagi anak muda muslim. Meskipun konfliknya tertebak, pengemasan cerita yang rapi membuat film ini memiliki kekuatannya sendiri. 

Dibandingkan dengan film romansa religi lainnya, "Cinta dalam Ikhlas" menawarkan pengalaman menonton yang lebih baik, dengan adegan-adegan yang tidak diulur-ulur dan alur cerita yang efektif.

Drama di film ini merupakan kekuatan utama yang mencegah rasa bosan penonton. Dengan plot twist yang ditangani dengan baik, film ini berhasil membuat penonton merasa puas. 

Cinta dalam Ikhlas adalah contoh bagaimana cerita romansa religi bisa disajikan dengan rapi dan menarik, dan layak ditonton di bioskop bersama keluarga. 

Film ini berhasil menjadi romansa religi fairytale yang polos, murni, dan ideal. Selamat menonton!

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak