Memulihkan Kesedihan dan Hati yang Terluka Lewat Buku 'Reclaim Your Heart'

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Memulihkan Kesedihan dan Hati yang Terluka Lewat Buku 'Reclaim Your Heart'
Sampul Buku Reclaim Your Heart (Goodreads)

Saat kita merasakan kekecewaan maupun kesedihan yang mendalam, ada rasa sakit yang timbul di hati dan rasanya sulit untuk dipulihkan kembali.

Bahkan bagi mereka yang telah berkali-kali terjebak dalam lingkaran depresi dan trauma, rasa sakit itu seakan menetap dan bermukim di sana. Kesedihan kerap datang tanpa diawali dengan sebab yang begitu pasti.

Untuk memulihkan hati dari segala luka yang dialaminya, memang butuh proses yang panjang. Kita butuh banyak belajar, bercermin, bercerita, maupun didengarkan.

Pada tingkatan yang lebih serius, sebagian orang mungkin butuh bantuan tenaga profesional untuk membantunya keluar dari segala kesesakan yang dirasakan.

Tapi sebagai langkah awal, kita bisa belajar mengidentifikasi apa yang kita rasakan lewat buku. Ada banyak buku self-help yang membahas hal tersebut. Salah satunya berjudul 'Reclaim Your Heart' karya Yasmin Mogahed.

Melalui buku ini, penulis menyajikan beragam perspektif baru mengenai rasa sakit, kehilangan, kebahagiaan, dan cinta.

Jika selama ini kita sering merasa tertawan dengan perasaan gundah akibat hati yang terluka, maka buku ini memberi panduan tentang cara membebaskan dan memiliki hati kita kembali seutuhnya.

Kalau menurut penulis, Reclaim Your Heart adalah sebuah buku tentang menemukan momen saat badai kehidupan justru menjadi tantangan bagi kita untuk meng-upgrade kualitas diri.

Memang terdengar klise, tapi saat membaca pesan-pesan yang ada di dalamnya, semuanya terasa masuk akal. Sebab, penulis tidak hanya memiliki kemampuan untuk memasukkan unsur ilmiah seperti penelitian maupun dalil-dalil sahih dari kitab suci, tapi juga mampu memadukan pengalaman pribadi beserta hikmah yang ada di baliknya.

Hal yang saya sukai dari buku ini adalah kemampuan penulis dalam menyusun narasi yang menyentuh. Selain itu, bagian yang paling mind-blowing adalah analogi yang diungkap oleh penulis tentang dunia yang diibaratkan seperti samudera.

"Dunia itu seperti samudera, dan hati kita adalah kapal. Kalau kita biarkan air laut masuk, kapal kita akan karam. Demikianlah yang terjadi kalau kita bebaskan dunia merasuki hati kita"

Terkait analogi tersebut, hati kita bisa saja goyah, terombang-ambing dalam samudera, bahkan harus menghadapi badai besar.

Tapi, sekeras apapun samudera dunia menghantam dengan ujian-ujiannya, jangan sampai hati kita bocor dan air dari samudera itu menyelinap ke dalamnya. Sebab jika saat itu terjadi, kapal hati kita akan tenggelam.

Dengan kata lain, jangan memasukkan 'dunia' ke dalam hati kita agar kejadian buruk yang kita alami tidak menenggelamkan kita dalam pusaran kesedihan.

Lantas, bagaimana caranya agar kita tidak tenggelam menghadapi badai? Jawabannya bisa ditemukan lewat buku ini. Meskipun isinya sarat dengan nuansa religi, tapi pesan-pesan yang ada di dalamnya cukup universal.

Jadi, bagi kamu yang sedang merasa galau, hampa, bahkan kehilangan semangat hidup, saya sangat merekomendasikan buku ini sebagai bacaan yang bisa membangkitkan semangat dan menenangkan hari-harimu yang kelam. Selamat membaca!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak