Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya. Dari ujung barat sampai ujung timur, setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri. Salah satu dari kekayaan tersebut adalah cerita rakyat atau folk tales.
Cerita rakyat secara tidak langsung telah membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang menganggap cerita sebagai salah satu media yang efektif untuk menanamkan nilai kehidupan pada anak. Meskipun kadang ada yang bersifat mitos, atau bahkan di luar akal manusia. Namun, secara umum setiap cerita memberikan pesan moral.
Dongeng Nusantara ini akan membawa kita berkeliling Nusantara dengan cerita-cerita yang sangat seru. Ke-66 cerita dari 33 provinsi ini sarat dengan ajaran kebaikan, kesederhanaan, kejujuran, serta sifat kepahlawanan dan kepemimpinan.
Salah satu cerita dari buku setebal 271 halaman ini bertajuk Kelingking yang Pemberani, cerita dari Jambi. Dikisahkan, Kelingking adalah pemuda bertubuh mungil. Ukuran tubuhnya hanya seukuran jari kelingking orang dewasa. Meski demikian, Kelingking adalah pemuda yang cerdas juga pemberani. Bahkan, kepada Nenek Gergasi pun ia tak takut.
Nenek Gergasi adalah nenek raksasa yang suka makan daging manusia. Ia sudah membunuh banyak orang. Raja tak mampu mengatasinya. Setiap kali raja mengirim pasukan untuk menangkap Nenek Gergasi, prajurit-prajuritnya malah habis disantap oleh Nenek Gergasi.
Semua penduduk desa mengungsi, kecuali Kelingking. Ia bersembunyi di antara ranting pepohonan. Saat ia asyik bersantai, tiba-tiba bumi bergetar sebab langkah kaki Nenek Gergasi. Kelingking bersiap. Matanya mengawasi sekitar. Saat itulah tampak sosok Nenek Gergasi yang besar dan menyeramkan.
Melihat suasana dusun yang sepi, Nenek Gergasi berteriak-teriak, meminta agar manusia keluar dari tempat persembunyian, sebab dirinya sudah sangat lapar. Beberapa kali ia berteriak, namun suasana tetap sepi. Tiba-tiba, terdengar suara Kelingking yang membuatnya lari tunggang langgang hingga terperosok ke dalam jurang yang curam, lalu mati seketika.
"Ha... ha... ha... akhirnya kau muncul juga nenek jelek. Nenek Gergasi... penduduk hutan ini sudah habis aku santap. Sekarang tiba giliranmu. Hmm... air liurku sudah menetes, ayo kemarilah." (Halaman 45).
Meski berbadan besar, ternyata Nenek Gergasi takut juga mendengar ancaman itu. Ia pikir, suara itu milik raksasa yang lebih besar darinya. Ia lalu lari kalang kabut hingga tak sadar kalau di depannya ada jurang.
Kabar kematian Nenek Gergasi sampai ke telinga raja. Ia lalu memerintahkan prajuritnya untuk menjemput Kelingking dan ibunya. Raja lalu mengangkat Kelingking menjadi panglima kerajaan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kelingking ingin memiliki pendamping hidup. Ia meminta ibunya untuk melamar putri raja. Ia pun menghadap raja dan putrinya. la menyatakan tekadnya untuk memperistri putri raja. Raja marah besar, akhirnya Kelingking dicabut gelarnya sebagai panglima dan dikeluarkan dari istana.
Putri berusaha menenangkan ayahnya. Ia tak keberatan menikah dengan Kelingking. Sebab, Kelingking sudah berjasa kepada kerajaan. Tanpa keberaniannya, Nenek Gergasi tentu masih hidup dan terus memangsa rakyat. Raja terdiam. Dalam hati ia membenarkan perkataan putrinya. Dengan berat hati, akhirnya raja menikahkan mereka.
Cerita Si Kelingking ini memberi pesan bahwa bentuk fisik tidak menghalangi seseorang untuk meraih kesuksesan. Teruslah berusaha meskipun kita merasa memiliki kekurangan.
Buku Cerita Rakyat Nusantara ini disusun sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan cerita kepada masyarakat, terutama anak-anak generasi penerus bangsa. Berharap dengan terbitnya buku ini, dapat memperkuat rasa cinta kita terhadap tanah air, berkepribadian, juga berkebudayaan tinggi.
Sebagai anak Indonesia, mari lestarikan budaya Indonesia. Dengan ilustrasi yang indah dan menarik, buku ini pasti akan menjadi salah satu buku favorit pembaca sekalian.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Cerita Rakyat Nusantara
Penulis: Dian K.
Ilustrasi: Yol Yulianto dan Aji Mei S.
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: I, 2010
Tebal: 271 Halaman
ISBN: 978-979-074-423-4